♠ Posted by IMM Tarbiyah in Kuliah Umum at 19.23
A. PENDAHULUAN
Kajian sosiologi
pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan memandang
masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan,
politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi pendidikan memandang
gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka
sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari struktur
sosial masyarakat.
Dilihat dari objek
penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama
sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga merupakan bagian dari
kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara
lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan
sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan
susunan pengetahuan yang jelas. Objek penelitian sosiologi pendidikan adalah
tingkah laku sosial, yaitu tingkah laku manusia dan institusi sosial yang
terkait dengan pendidikan. Tingkah laku itu hanya dapat dimengerti dari tujuan,
cita-cita atau nilai-nilai yang dikejar. Sebagaimana dalam terminologi
sosiologi, sosiologi pendidikan berbicara tentang pandangan tentang kelas,
sekolah, keluarga, masyarakat desa, kelompok- kelompok masyarakat dan
sebagainya, masing-masing terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial.
Tiap-tiap sistem sosial merupakan kesatuan integral yang mendapat pengaruh dari
: Sistem sosial yang lain, lingkungan alam, sifat-sifat fisik manusia, dan
karakter mental penghuninya.
Sosiologi pendidikan
telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan
pengetahuan yang jelas. Menurut Dodson (dalam Faisal dan Yasik, 1985) sosiologi
pendidikan mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari lingkungan sekitar
kebudayaan secara totalitas sedemikian rupa sehingga terbentuknya tingkah laku
tertentu dan sekolah atau lingkungan pendidikan dianggap sebagai bagian dari
total cultural miliu. Selaras dengan pendapat di atas, E. Goerge Payne (dalam
Faisal dan Yasik, 1985) yang merupakan bapak sosiologi pendidikan memberikan
penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial dan proses
sosial terdapat hubungan yang saling terjalin, di mana di dalam interaksi
sosial itu individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya.
Penjelasan tersebut
melekat kuat aspek sosiologisnya. Sementara dari segi paedagogisnya, bahwa
seluruh individu dan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa,
kelompok-kelompok sosial dan proses-proses sosialnya, berlangsung di seputar
sistem pendidikan yang selalu bergerak dinamis.
C.Sekolah
sebagai fungsi sosial
Organisasi pendidikan (sekolah) merupakan suatu sistem yang terbuka. Sebagai sistem terbuka, sekolah pasti akan mengadakan hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sekolah yang maju pasti akan banyak mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga lain di luar sekolah, contohnya dalam hal beasiswa, PHBI, praktek ketenaga-kerjaan dan masih banyak lagi yang lain.
Organisasi pendidikan (sekolah) merupakan suatu sistem yang terbuka. Sebagai sistem terbuka, sekolah pasti akan mengadakan hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sekolah yang maju pasti akan banyak mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga lain di luar sekolah, contohnya dalam hal beasiswa, PHBI, praktek ketenaga-kerjaan dan masih banyak lagi yang lain.
Dalam hal ini Immegart (1972:44) mengungkapkan bahwa
Hanya sistem yang terbuka yang memiliki negentropy, yaitu suatu
usaha yang terus menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy
(kepunahan).
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat dan sekolah mempunyai
keterkaitan dan saling berpengaruh satu sama lain. Lembaga yang berkualitas
baik akan terus berusaha memfungsikan dan mengatur manajemen humasnya dengan
melakukan hubungan dengan lembaga-lembaga lain diluar sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikannya.
Dari uraian tersebut diatas, jelas terlihat bahwa lembaga
pendidikan mempunyai peran cukup besar terhadap masyarakat dan juga sebaliknya
masyarakat juga mempunyai peran cukup besar bagi penyelenggaraan pendidikan.
Mengenai peran sekolah terhadap masyarakat beberapa ahli berbeda bendapat
sebagai berikut;
Stoop (1981: 463-464) menjelaskan bahwa pada hakekatnya lembaga
mempunyai 2 fungsi terhadap masyarakat yaitu fungsi layanan dan fungsi
pemimpin. Dikatakan fungsi layanan karena ia melayani kebutuhan masyarakat,
baik itu pendidikan, pengajaran maupun kebutuhan daerah-daerah setempat.
Dikatakan sebagai pemimpin karena ia memimpin masyarakat disertai dengan
penemuan-penemuannya untuk memajukan kehidupan masyarakat.
Fuad Ihsan (1997: 98-99) mengutip pendapatnya Sapiah Faisal (1980)
dalam bukunya dasar-dasar kependidikan menyebutkan 4 peran sekolah terhadap
perkembangan masyarakat adalah sebagai berikut;
a.Mencerdaskan kehidupan bangsa
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan formal
dan non formal. Kecerdasan memang sangat penting bagi perkembangan masyarakat.
Masyarakat yang tingkat kecerdasannya tinggi akan mudah memecahkan problema
hidup dalam masyarakat.
b.Membawa virus pembaharuan bagi perkembangan masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan akan banyak melakukan penelitian
untuk meningkatkan kualitasnya. Penelitian tersebut akan menghasilkan
penemuan-penemuan baru yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk meningkatkan
perkembangan masyarakat.
c. Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi
kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
Untuk terjun kelapangan pekerjaan diperlukan bekal yang matang, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sekolah akan berusaha menyusun kurikulumnya secara fleksibel terhadap perkembangan zaman sehingga akan menghasilkan out put yang siap pakai.
Untuk terjun kelapangan pekerjaan diperlukan bekal yang matang, pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sekolah akan berusaha menyusun kurikulumnya secara fleksibel terhadap perkembangan zaman sehingga akan menghasilkan out put yang siap pakai.
d. Melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat,
sehingga tercipta integrasi social yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.
Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh
masyarakat dan sekolah telah berusaha membekali siswanya sejak sekolah dasar
lewat pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, maupun bidang studi yang
lain.
Search Engine Submission - AddMe