♠ Posted by IMM Tarbiyah in Penelitian Pendidikan at 19.47
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pondok Pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Di lembaga inilah para
pengkaji ilmu-ilmu keislaman menimba ilmu-ilmu agama sebagai bekal hidup
individu dan sebagai bekal untuk melestarikan ajaran serta budaya yang Islami
di masyarakat luas. Dalam sejarahnya Pondok Pesantren selalu berperan aktif
dalam melaksanakan apa yang dicita-citakan oleh bangsa ini; mencerdaskan
kehidupan bangsa, menggalang manusia yang ber-Kerketuhanan Yang Maha Esa,
ber-kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-perkesatuan (ukhuwwah) baik sesame
muslim (ukhuwwah islamiyyah), sesame warga Negara (ukhuwwah wathaniyyah) dan sesame
manusia (ukhuwwah basyariyah), berpermusyawaratan (wasyawirhum fil amr) dan berperwakilan
(athi’ullaha wa athi’urrasul wa ulil amr), serta berkeadilan social (akhlaqul
karimah).
Seiring dengan
perkembangan zaman, Pondok Pesantren selalu mengalami pembaharuan (al-hifdz bi
al-qodim as-shalih wa al-akhdzu biljadid al-ashlah). Hal ini terjadi demi
mempertahankan eksistensinya sebagai lembaga yang menjadi bukti bahwa Islam
selalu relevan di segala situasi, kondisi, kapanpun dan dimanapun. Landasan
inilah yang mejadikan pesantren selalu memberikan sumbangsih yang begitu besar
terhadap bangsa dan Negara.
Hal demikian
telah dibuktikan oleh sejarah bahwa, dari sekian banyak para pejuang pada masa
penjajahan, masa perjuangan pra kemerdekaan, maupun pasca kemerdekaan dalam
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pondok Pesantren tidak hanya
berjuang di satu sisi melainkan di semua sisi kehidupan bangsa, Pondok
Pesantren berperan begitu besar.
Taidak
ketinggalan pula, di saat Indonesia yang termasuk belahan dunia ketiga dalam
Era Globalilasi, Pondok Pesantren masih begitu eksis bahkan jumlah pesantren
semakin bertambah jumlahnya. Seiring tantangan zaman tak sedikit corak Pondok
Pesantren yang pada masa dulu hanya mengkaji ilmu-ilmu kuno dengan kajian kitab
kuning, kini mulai bertambah dengan kajian-kajian keislaman yang kontemporer.
Lebih dari itu banyak Pondok Pesantren yang membentuk Yayasan Pendidikan Islam,
yang bukan hanya Pondok Pesantren di dalamnya melainkan sekolah-sekolah mulai
dari jenjang pra-Sekolah Dasar hingga Sekolah Tinggi.
Pondok Pesantren
Najjatul Faizin merupakan salah satu dari ratusan ribu lembaga pendidikan Islam
di Indonesia. Meski masih terbilang sebagai Pondok Pesantren, namun dalam
perkembangannya sebagai lembaga pendidikan Islam telah begitu berperan dalam
membangun keberagamaan dan berkebangsaan masyarakat dusun Neglasari, Desa
Karangsari, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap khususnya dan Negara
Indonesia umumnya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Sejarah
Berdirinya Pondok Pesantren Najjatul Faizin dan perkembangannya.
2.
Kondisi
Pondok Pesantren Najjatul Faizin
3.
Keadaan
Para Asatidz dan Asatidzah Pondok Pesantren Najjatul Faizin
4.
Keadaan
Santri Pondok Pesantren Najjatul Faizin
BAB II
METODE
PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Najjatul Faizin Dusun Neglasari, Desa
Karangsari, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap pada bulan Desember 2011.
B. Objek
Penelitian
Sesuai
dengan tema yang dibahas dalam makalah ini, objek yang diteliti adalah Pondok
Pesantren Najjatul Faizin; sejarah dan perkembangannya.
C. Jenis
Penelitian
Jenis
ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif lebih menekankan analisanya pada proses penyimpulan deduktif dan
induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antara dinamikan dan
fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penekanannya tidak pada
usaha menjawab penelitian melalui cara-cara berfikir formkal dan argumentatif.
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya pada taraf deskriptif yaitu
menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah
untuk dipahami dan disajikan (Azwar, Saefudin, 1998 : 5-6).
D. Prosuder
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan,
yaitu menggambarkan secara rinci hal-hal yang diperlukan sebelum penelitian.
2. Observasi,
yaitu menggambarkan objek amatan dan cara pengamatannya.
3. Pelaksanaan
tindakan, yaitu uraian tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh peneliti.
4. Evaluasi,
yaitu menguraikan cara dan hasil dari tindakan yang dilaksanakan.
E. Teknik
Pengumpulan Data
1. Metode
Wawancara
Wawancara
adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula (Amirul Hadi, 1998:135). Wawancara ditujukan
pada pihak-pihak yang terlibat dan kompeten dalam berbagai aktifitas yang
dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Najjatul Faizin. Metode ini penulis gunakan
untuk memperoleh data dari:
a. Pengasuh
Pondok Pesantren Najjatul Faizin tentang sejarah berdirinya dan status Pondok
Pesantren Najjatul Faizin.
b. Pengurus
Harian Pondok Pesantren Najjatul Faizin tentang program yang telah, sedang dan
akan dilaksanakan.
c. Masyarakat
sekitar Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
2. Metode
Observasi
Observasi
adalah suatu cara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenoma yang sedang dijadikan sasaran (Anas Aidjiono, 2006: 76).
Dalam
metode ini penulis turun langsung ke lapangan dan mengamati kegiatan Pondok
Pesantren Najjatul Faizin.
F. Teknik
Analisis Data
Prinsip
analisis data mengacu pada terjawabnya permasalahan pokok yang telah dirumuskan
dan diajukan sebelumnya. Dalam melakukan analisis sebuah data hasil penelitian
sangay bergantung pada bentuk data tersebut, apakah kuantitatif atau
kualitatif. Analisis statistik sesuai dengan data kuantitaif atau data yang
dikuantitasikan yaitu dalam bentuk bilangan dan analisis non statistik sesuai
untuk data deskriptif (Suryabrata, 2000: 85)
Dalam
menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik triangulasi, yaitu
menggunakan data yang lain di luar data tersebut dengan membandingkan data
melalui analisis dan alat yang berbeda digunakan dalam penelitian ini (Moleong,
1998: 330-331). Yakni, penulis membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara.[1]
G. Indikator
Keberhasilan
Indikator
keberhasilan dari penelitian ini adalah jika penulis dapat menemukan data
secara jelas, gamlang dan tidak adanya kontradiksi diantara sumber-sumber yang
diwawancara serta kesesuaian dengan
kenyataan dilapangan (Pondok Pesantren Najjatul Faizin).
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Sebelum penulis
melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis melakukan observasi awal.
Observasi awal dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang situasi dan keadaan
Pondok Pesantren Najjatul Faizin. Selain itu juga penulis melakukan wawancara
dengan pengasuh, pengurus harian dan warga sekitar Pondok Pesantren Najjatul
Faizin, dengan hasil sebagai berikut:
1.
Sejarah
berdirinya Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Embrio Pondok Pesantren Najjatul Faizin bermula dari
rasa kepedulian terhadap pendidikan Islam di daerah Karangsari yang kemudian
dicetuskan dalam bentuk pengajian rutin ba’da shubuh dan maghrib (sekitar tahun
1970-an). Pada awalnya pengajian masih diadakan di Surau (Mushalla) Najjatul
Faizin yang terletak di tengah-tengah dusun. Penggagasnya adalah dua tokoh
pengembang Islam di dusun setempat yang pernah mengenyam pendidikan Islam di
Pondok Pesantren Fauzan dan Pondok Pesantren Najjatain Garut, Jawa Barat. Dua
tokoh ini adalah Ky. Muhammad Wahab (alm) dan Ky. Muhammad Abdal (+ 80
tahun).[2]
Kedua tokoh ini tak henti-hentinya menghimbau kepada
setiap orang tua untuk mau menitipkan putra-putrinya kepada para ustadz dan
ustadzah agar belajar agama demi memenuhi bekal keberagamaan mereka dan
perkembangan Islam di daerah itu di masa mendatang yang pada saat itu masih
begitu kental dengan budaya-budaya warisan Hindu, Budha bahkan budaya Animisme
dan Dinamisme.[3]
Untuk pengajian putra diadakan di Surau sedangkan
pengajian putrid diadakan di kediaman ustadzah (hingga saat ini). Pengajian
putra hanya diadakan di satu Surau, karena memang Surau hanya satu dan dusun Neglasari pada saat itu masih kecil.
Sedangkan untuk pengajian putri diadakan di kediaman Ustadzah Farihah dan
Ustadzah Een Aenah (istri mendiang Ky. Jamaluddin, pengembang Islam di dusun
Legok, Karangsari).
Pada tahun 1980 terjunlah dua anak muda keluaran
pesantren yang sama dengan perintis. Dan karena kedua tokoh tadi sudah sepuh,
maka tampu kepengurusan pendidikan Islam itu pun diberikan kepada kedua pemuda
ini. Kedua pemuda ini adalah Ky. Hasib Hasbullah dan Ky. Siradjuddin (alm).
Kedua pemuda ini kemudian berinisiatif untuk mendirikan
sebuah Madrasah Diniyyah. Ternyata inisiatif ini disambut dengan antusias oleh
masyarakat. Masyarakat pun bergotong-royong untuk membangunkan sebuah Madrasah
untuk tempat pengajian putra-putri mereka. Kemudian Madrasah Diniyyah diberi
nama al-Madrasah ad-Diniyyah al-Islamiyyah al-Mu’awanah (10 Februari 1980).
Di tangan kedua tokoh inilah pendidikan Islam di dusun
Neglasari mempunyai coraknya tersendiri dan menemukan eksistensinya hingga saat
ini. Corak pendidikan saat itu tidak jauh berbeda pada saat masih di Surau,
hanya saja lebih teratur dan dimasukkan beberapa inovasi.
Pada tahun 1999, dengan kedatangan beberapa santri
dari luar daerah, Madrasah Diniyyah Al-Mu’awanah pun kurikulumnya berkembang. Selain
mempertahankan pengajian ba’da subuh dan ba’da maghrib juga ditambah dengan
pengajian khusus santri dari lain daerah. Kurikulum pesantren mulai diterapkan
pada masa ini, meskipun belum dinamai sebagai pesantren.[4]
Sepuluh tahun kemudian (2008), Pondok Pesantren
Najjatul Faizin mendapatkan izin Operasional. Dengan No. Statistik 412330104286
(SK Kemenag 11 Desember 2008). Dan akhir Desember 2011 mendatang akan segera
mendapatkan Akta Notaris. Selain itu Pondok Pesantren Najjatul Faizin akan
segera mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama Terbuka.
Perubahan bentuk dan nama Madrasah Diniyyah
al-Mu’awanah ke Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah sebuah bentuk tafa’ulan
(mngharap berkah). Karena para pendirinya adalah alumni Pondok Pesantren
Najjatain dan Fauzan Garut, Jawa Barat. Kurikulum pun dikembangkan menjadi
kurikulum Pesantren seutuhnya. Perbaikan di bidang managemen ini dipelopori
oleh Ustadz. Zaenal Musthafa, S.Pd.I. Beliau adalah sarjana muda keluaran STAIN
Purwokerto yang menyelesaikan studinya (Strata 1) di STAIMA Kota Banjar, Jawa
Barat. Beliau adalah menantu dari Ky. M. Hasib Hasbullah.[5]
Namun, sungguh amat disayangkan ketika Pondok
Pesantren menemukan corak, bentuknya peserta didik (santri) sedang mengalami
penurunan. Memang hal ini terjadi di hampir seluruh Pondok Pesantren di seluruh
Indonesia.
Adapun keberadaan asas, tujuan, status dan sumber
danaya adalah sebagai berikut:
a.
Asas
Asas yang menjiwai Pondok Pesantren Al-Qur’an, Hadits serta Pancasila
dan UUD’45. Maka segala aktifitas yang berlangsung di Pondok Pesantren Najjatul
Faizin bertumpu dan mengacu pada nilai dan pedoman hidup yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta perundang-undangan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b.
Tujuan
Adapun tujuan Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah mencetak generasi
muslim yang ber-tafaqquh fi ad-din,
bertakwa, berilmu pengetahuan luas dan ber-akhlaq
al-karimah, sehingga menjadi generasi Islam yang sanggup menerima dan
mengembangkan Islam secara kaffah
serta mampu menjaga dan mengangkat harkat martabat bangsa dan negaranya. Untuk
mencapai itu, maka segala langkah pendidikan dan pengajaran harus selalu
didasarkan pada asaanya yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah serta Pancasila dan UUD’45.
c.
Status
Pondok Pesantren Najjatul Faizin secara penuh dimiliki oleh masyarakat
setempat, bukan milik perorangan atau golongan dan tidak masuk pada golongan
manapun dan organsisasi tertentu. Pondok Pesantren Najjatul Faizin berstatus
swasta.
d.
Sumber
dana
Sumber dana Pondok Pesantren Najjatul Faizin berasal dari infaq wali
santri, donator, serta simpatisan umat Islam. Sedangkan uang jumlah infaq yang
diwajibkan adalah < Rp. 5.000. Hal ini mengingat keadaan ekonomi orang tua
santri masih sangat rendah. Keadaan ini dapat dilihat dari latar belakang
pekerjaan orang tua santri yang hampir 90% adalah petani tadah hujan, mereka
akan mencari pekerjaan sampingan dengan merantau ke kota-kota besar seperti;
Jakarta, Bandung dan Bogor.
2.
Letak
geografis
Pondok Pesantren Najjatul Faizin berlokasi di
tengah-tengah dusun Neglasari, RT 03 dan 04/RW 05, Desa Karangsari, Kecamatan
Cimanggu 53256, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desa Karangsari terletak di
pegunungan Pinus (Gunung Maruyung) di ujung Kebupaten Cilacap. Keadaan geografis
yang jauh dari budaya modern menyebabkan sisi keagamaan masih begitu kental
dengan budaya tua, serta punya semangat yang tinggi. Namun keadaan geografis
yang sulit dijangkau ini menyebabkan kurang mendapatkan perhatian baik dari
kalangan bawah maupun dari kalangan atas (pemerintah).
Selain itu, permasalahan ini juga menjadi terhambatnya
proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Najjatul Faizin. Keadaan ekonomi
pengasuh, pengelola, pengurus, para ustadz dan ustadzah, bahkan para santri
lokal memaksa mereka tuk bekerja banting tulang di siang hari. Sehingga
pengajian hanya mampu dilakukan; ba’da shubuh, ba’da maghrib, ba’da isya.
Sedangkan sekolah diniyyah bagi anak-anak pemula dilaksanakan ba’da dzuhur dan
‘ashar oleh ustadz/ustadah yang juga masih berusia muda.
3.
Keadaan
Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Ustadzah/Guru sebagai tenaga pendidik memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam lembaga pendidikan. Ustadz merupakan
pelaksana dalam kegiatan pembelajaran yang akan membawa santri dalam suasana
menyenangkan. Hampir Semua ustadz/ustadzah adalah keluaran Pondok Pesantren.
Hanya saja mereka tidak punya penghasilan tetap, sehingga kesibukkan mencari
nafkah menjadi factor utama penghambat pembelajaran.
Beberapa kendalanya antara lain:
·
Jumlah
Ustadz/Ustadzah yang kurang bila dibandingkan dengan jumlah kelas dan waktu
pengajian yang direncanakan.
·
Sarana-prasarana
yang jauh dari memadai.
·
Serta
rendahnya tingkat ekonomi masyarakat terutama para ustadz/ ustadzah sehingga
tidak focus terhadap pengajaran, bahkan cenderung menyerah karena beban ekonomi
keluarga yang membuat mereka harus merantau.
Adapun nama ustadz/ustadzh Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah
sebagai berikut:
No.
|
Nama
|
Pekerjaan
|
1.
|
Ky. Hasib
|
Tani
|
2.
|
Ust. Alimuddin
|
Tani+dagang
|
3.
|
Zaenal Musthafa, S.Pd.I
|
Guru SD, SMP
|
4.
|
Ust. Ratibul Hadad
|
Tani+dagang
|
5.
|
Ust. Taufik Hidayat
|
Dagang
|
6.
|
Ust. Aachmad Muhsin
|
Karyawan
|
7.
|
Ustdzh. Nurhidayah
|
Guru TK
|
8.
|
Ustdzh. Munawaroh
|
Ibu Rmh Tgga
|
9.
|
Ustdzh. Zainabul M.
|
Ibu Rmh Tgga
|
4.
Keadaan
santri Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Santri/peserta didik adalah pelajar yang akan menerima
pelajaran atau transfer ilmu dari guru/ustadz. Santri Pondok Pesantren Najjatul
Faizin + 100 santri. semuanya adalah anak-anak dari dusun Neglasari dan
Legok sendiri, hanya beberapa anak saja yang dari luar dusun. Pelajaran yang
mereka pelajari antara lain: ‘Aqa’idul iman, Fiqih Ibadah, Nahwu-Sorof, Akhlaq,
Tajwid dan BTA. Adapun tata tertib dalam mengaji adalah:
a.
Berbusana
Muslim
b.
Membawa
alat tulis
c.
Membawa
al-Qur’an
d.
Membawa
Kitab Kuning (bila sudah sampai jenjangnya)
e.
Datang
tepat waktu
f.
Rajin
berangkat
g.
Hormat
pada guru dan teman
h.
Membayar
Syahriyah
i.
Menjaga
kebersihan, kerapihan, ketenangan kelas.
5.
Struktur
Organisasi
Setiap lembaga pendidikan selalu mempunyai pengurus
yang mengelola dan mempertanggung jawabkan terhadap lembaga pendidikan
tersebut, begitu juga di Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Najjatul
Faizin adalah sebagai berikut:
PENGASUH
KYAI HASIB HASBULLAH
KETUA
ZAENAL MUSTHAFA, S.Pd.I
SEKRETARIS
USTD. KAMALUDIN
BENDAHARA
USTD. SUWARNO
SEKSI-SEKSI
SARANA PRASARANA
USTDZ. ISMAIL
PENDIDIKAN
TAUFIK HIDAYAT
SENI & BUDAYA
USTDZ. RATIBUL HADAD
Adapun
tugas dari masing-masing pengurus adalah sebagai berikut:
a.
Pengasuh
Pengasuh atau
pimpinan Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah penanggungjawab seluruh
kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
b.
Ketua
Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Ketua Pondok
Pesantren Najjatul Faizin adalah coordinator dan pengawas baik secara
administrative maupun structural internal organisasi. Dalam kerjanya ketua
Pondok Pesantren dibantu oleh sekretaris, bendahara, beserta seksi-seksi dan
para ustadz/ustadzah. Selain itu ketua Pondok Pesantren juga berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan pendidikan yang diterjemahkan dari arahan umum dari
pengasuh dan dari aspirasi masyarakat dan santri yang dirumuskan dalam rapat
bulanan Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
c.
Bendahara
Bendahara
bertugas sebagai pengatur dan penanggung jawab keuangan yang berada dibawah
tanggung jawab ketua.
d.
Sekretaris
Sekretaris
bertugas sebagai pengatur administrasi di tingkat teknis, sekaligus sebagai
pengelola suarat-menyurat yang berada di bawah wewenang ketua.
e.
Seksi-seksi
Seksi-seksi
bertugas melaksanakan program yang telah dicanangkan dalam rapat tahunan,
sesuai dengan lapangannya masing-masing demi keutuhan, perkembangan dan
kemajuan pondok pesantren dan bertanggung jawab kepada ketua.[6]
6. Jadwal Pengajian di Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Hari
|
Waktu
|
Kegiatan
|
Ustadz
|
Sabtu-selasa
|
Ba’da Subuh
|
-
Bandongan Kitab Kuning
-
Bandongan al-Qur’an kelompok (sesuai level)
|
Ky. Hasib
Ky. Siradjuddin
Ust. Ismail
Ust. ‘Alimuddin
|
Ba’da Maghrib
|
Sorogan Al-Qur’an
|
||
Ba’da ‘Isya
|
Kajian Kitab Kuning
|
||
Rabu
|
Ba’da Subuh
|
-
Bandongan Kitab Kuning
-
Bandongan al-Qur’an kelompok (sesuai level)
|
|
Ba’da Maghrib
|
Berjama’ah Surat 4 (Yasin, ar-Rohman, al-Waqi’ah,
al-Mulk ). dan Barzanji
|
Semua santri
|
|
Kamis
|
Ba’da subuh
|
-
Bandongan Kitab Kuning
Bandongan al-Qur’an kelompok (sesuai level)
|
Ky. Hasib
|
Ba’da maghrib
|
Barzanji (marhabanan)
|
Santri&jama’ah mesjid
|
|
Ba’da Isya
|
Kajian kitab kuning
|
Taufik hidayat
|
|
Jum’at
|
Ba’da subuh
|
Jum’at bersih
|
Semua santri
|
Ba’da magrib
|
Aqaidul iman, fiqih ibadah.
|
Ustdz. Alimudin
|
|
Ba’da isya
|
Kajian kitab kuning
|
Ahmad muhsin
|
|
Ba’da dzuhur
|
Tilawatil qur’an
|
Ratibul hadad
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah lembaga pendidikan Islam yang terletak di
tengah masyarakat yang masih begitu jauh dari jangkauan kemodernan. Terletak di
perbatasan Kabupaten Cilacap dan Brebes, di dusun Neglasari, Karangsari,
Cimanggu, Cilacap yang berbatasan langsung dengan dusun Dukuh Tengah,
Karangpari, Bantarkawung, Brebes.
Dalam perkembangannya, Pondok Pesantren Najjatul
Faizin dari sejak masih berupa pengajian di surau kecil, kemudian menjadi
Madrasah Diniyah, hingga sekarang menjadi Pondok Pesantren, telah banyak
berperan terhadap perkembangan keislaman, bahkan telah menjadi papan tumpuan
masyarakat untuk memajukan kehidupan beragama dan berbangsa.
Hal ini dapat dilihat dari mulai banyaknya masyarakat yang
sadar akan pentingnya pendidikan serta berkembangnya pola hidup kepada hidup
yang lebih berkeadaban di daerah tersebut. Bahkan sekarang sedang merencanakan
untuk membuat sekolah menengah terbuka untuk menjawab kebutuhan warga terhadap
dunia pendidikan yang hingga sampai saat ini masih kurang dapat perhatian.
B.
Saran
dan Kritik
1.
Masih
kurangnya kerjasama dalam hal pengajaran merupakan hambatan yang tak dapat
diabaikan sebagai penentuk tercapainya tujuan pendidikan.
2.
Menurunnya
kepedulian terhadap pentingnya pendidikan agama merupakan tanda bahwa masih
kurangnya asimilasi antara budaya keislaman dengan budaya setempat dan juga
dengan budaya modern yang berkembang.
3.
Masih
minimnya keuangan menjadi hambatan utama bagi para asatidz yang notabene
berlatar belakang kurang mampu.
4.
Gedung
Pondok Pesantren yang bersebelahan dengan Mesjid dan berada di tengah-tengah
dusun memang sangat strategis, namun hal ini menyebabkan sulitnya berkembang
bagi pemmbangunan fisik. Sementara jumlah santri, jumlah kelas dan ragam
pendidikan di dalamnya sangat membutuhkan ruang tersendiri.
[1]SUBARDO, Efektifitas Metode Uswatun Hasanah dalam Meningkatkan Ibadah
Shalat Ashar Berjama’ah Santri TPQ Pon-Pes Darul Abror Purwanegara Purwokerto
Utara Banyumas Tahun 2010 (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Purwolerto, 2010:
22-25.
[2] Wawancara
dengan Ky. Abdal, Jum’at, 23 Desember 2011, selepas shalat jum’at di kediaman
beliau di RT 04/Rw 05, dusun Neglasari
[6] Dokumen-dokumen Pondok Pesantren
Najjatul Faizin