Pondok Pesantren Najjatul Faizin Dusun Neglasari, Desa Karangsari, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 19.47
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Di lembaga inilah para pengkaji ilmu-ilmu keislaman menimba ilmu-ilmu agama sebagai bekal hidup individu dan sebagai bekal untuk melestarikan ajaran serta budaya yang Islami di masyarakat luas. Dalam sejarahnya Pondok Pesantren selalu berperan aktif dalam melaksanakan apa yang dicita-citakan oleh bangsa ini; mencerdaskan kehidupan bangsa, menggalang manusia yang ber-Kerketuhanan Yang Maha Esa, ber-kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-perkesatuan (ukhuwwah) baik sesame muslim (ukhuwwah islamiyyah), sesame warga Negara (ukhuwwah wathaniyyah) dan sesame manusia (ukhuwwah basyariyah), berpermusyawaratan (wasyawirhum fil amr) dan berperwakilan (athi’ullaha wa athi’urrasul wa ulil amr), serta berkeadilan social (akhlaqul karimah).
Seiring dengan perkembangan zaman, Pondok Pesantren selalu mengalami pembaharuan (al-hifdz bi al-qodim as-shalih wa al-akhdzu biljadid al-ashlah). Hal ini terjadi demi mempertahankan eksistensinya sebagai lembaga yang menjadi bukti bahwa Islam selalu relevan di segala situasi, kondisi, kapanpun dan dimanapun. Landasan inilah yang mejadikan pesantren selalu memberikan sumbangsih yang begitu besar terhadap bangsa dan Negara.

Hal demikian telah dibuktikan oleh sejarah bahwa, dari sekian banyak para pejuang pada masa penjajahan, masa perjuangan pra kemerdekaan, maupun pasca kemerdekaan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pondok Pesantren tidak hanya berjuang di satu sisi melainkan di semua sisi kehidupan bangsa, Pondok Pesantren berperan begitu besar.
Taidak ketinggalan pula, di saat Indonesia yang termasuk belahan dunia ketiga dalam Era Globalilasi, Pondok Pesantren masih begitu eksis bahkan jumlah pesantren semakin bertambah jumlahnya. Seiring tantangan zaman tak sedikit corak Pondok Pesantren yang pada masa dulu hanya mengkaji ilmu-ilmu kuno dengan kajian kitab kuning, kini mulai bertambah dengan kajian-kajian keislaman yang kontemporer. Lebih dari itu banyak Pondok Pesantren yang membentuk Yayasan Pendidikan Islam, yang bukan hanya Pondok Pesantren di dalamnya melainkan sekolah-sekolah mulai dari jenjang pra-Sekolah Dasar hingga Sekolah Tinggi.
Pondok Pesantren Najjatul Faizin merupakan salah satu dari ratusan ribu lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Meski masih terbilang sebagai Pondok Pesantren, namun dalam perkembangannya sebagai lembaga pendidikan Islam telah begitu berperan dalam membangun keberagamaan dan berkebangsaan masyarakat dusun Neglasari, Desa Karangsari, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap khususnya dan Negara Indonesia umumnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Najjatul Faizin dan perkembangannya.
2.      Kondisi Pondok Pesantren Najjatul Faizin
3.      Keadaan Para Asatidz dan Asatidzah Pondok Pesantren Najjatul Faizin
4.      Keadaan Santri Pondok Pesantren Najjatul Faizin
 BAB II
METODE PENELITIAN
A.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Najjatul Faizin Dusun Neglasari, Desa Karangsari, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap pada bulan Desember 2011.
B.     Objek Penelitian
Sesuai dengan tema yang dibahas dalam makalah ini, objek yang diteliti adalah Pondok Pesantren Najjatul Faizin; sejarah dan perkembangannya.
C.     Jenis Penelitian
Jenis ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisanya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antara dinamikan dan fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penekanannya tidak pada usaha menjawab penelitian melalui cara-cara berfikir formkal dan argumentatif. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya pada taraf deskriptif yaitu menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disajikan (Azwar, Saefudin, 1998 : 5-6).
D.    Prosuder Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Perencanaan, yaitu menggambarkan secara rinci hal-hal yang diperlukan sebelum penelitian.
2.    Observasi, yaitu menggambarkan objek amatan dan cara pengamatannya.
3.    Pelaksanaan tindakan, yaitu uraian tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh peneliti.
4.    Evaluasi, yaitu menguraikan cara dan hasil dari tindakan yang dilaksanakan.
E.     Teknik Pengumpulan Data
1.      Metode Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Amirul Hadi, 1998:135). Wawancara ditujukan pada pihak-pihak yang terlibat dan kompeten dalam berbagai aktifitas yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Najjatul Faizin. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dari:
a.       Pengasuh Pondok Pesantren Najjatul Faizin tentang sejarah berdirinya dan status Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
b.      Pengurus Harian Pondok Pesantren Najjatul Faizin tentang program yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.
c.       Masyarakat sekitar Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
2.      Metode Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenoma yang sedang dijadikan sasaran (Anas Aidjiono, 2006: 76).
Dalam metode ini penulis turun langsung ke lapangan dan mengamati kegiatan Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
F.      Teknik Analisis Data
Prinsip analisis data mengacu pada terjawabnya permasalahan pokok yang telah dirumuskan dan diajukan sebelumnya. Dalam melakukan analisis sebuah data hasil penelitian sangay bergantung pada bentuk data tersebut, apakah kuantitatif atau kualitatif. Analisis statistik sesuai dengan data kuantitaif atau data yang dikuantitasikan yaitu dalam bentuk bilangan dan analisis non statistik sesuai untuk data deskriptif (Suryabrata, 2000: 85)
Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik triangulasi, yaitu menggunakan data yang lain di luar data tersebut dengan membandingkan data melalui analisis dan alat yang berbeda digunakan dalam penelitian ini (Moleong, 1998: 330-331). Yakni, penulis membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.[1]
G.    Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah jika penulis dapat menemukan data secara jelas, gamlang dan tidak adanya kontradiksi diantara sumber-sumber yang diwawancara  serta kesesuaian dengan kenyataan dilapangan (Pondok Pesantren Najjatul Faizin).

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis melakukan observasi awal. Observasi awal dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang situasi dan keadaan Pondok Pesantren Najjatul Faizin. Selain itu juga penulis melakukan wawancara dengan pengasuh, pengurus harian dan warga sekitar Pondok Pesantren Najjatul Faizin, dengan hasil sebagai berikut:
1.      Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Embrio Pondok Pesantren Najjatul Faizin bermula dari rasa kepedulian terhadap pendidikan Islam di daerah Karangsari yang kemudian dicetuskan dalam bentuk pengajian rutin ba’da shubuh dan maghrib (sekitar tahun 1970-an). Pada awalnya pengajian masih diadakan di Surau (Mushalla) Najjatul Faizin yang terletak di tengah-tengah dusun. Penggagasnya adalah dua tokoh pengembang Islam di dusun setempat yang pernah mengenyam pendidikan Islam di Pondok Pesantren Fauzan dan Pondok Pesantren Najjatain Garut, Jawa Barat. Dua tokoh ini adalah Ky. Muhammad Wahab (alm) dan Ky. Muhammad Abdal (+ 80 tahun).[2]
Kedua tokoh ini tak henti-hentinya menghimbau kepada setiap orang tua untuk mau menitipkan putra-putrinya kepada para ustadz dan ustadzah agar belajar agama demi memenuhi bekal keberagamaan mereka dan perkembangan Islam di daerah itu di masa mendatang yang pada saat itu masih begitu kental dengan budaya-budaya warisan Hindu, Budha bahkan budaya Animisme dan Dinamisme.[3]
Untuk pengajian putra diadakan di Surau sedangkan pengajian putrid diadakan di kediaman ustadzah (hingga saat ini). Pengajian putra hanya diadakan di satu Surau, karena memang Surau hanya satu dan  dusun Neglasari pada saat itu masih kecil. Sedangkan untuk pengajian putri diadakan di kediaman Ustadzah Farihah dan Ustadzah Een Aenah (istri mendiang Ky. Jamaluddin, pengembang Islam di dusun Legok, Karangsari).
Pada tahun 1980 terjunlah dua anak muda keluaran pesantren yang sama dengan perintis. Dan karena kedua tokoh tadi sudah sepuh, maka tampu kepengurusan pendidikan Islam itu pun diberikan kepada kedua pemuda ini. Kedua pemuda ini adalah Ky. Hasib Hasbullah dan Ky. Siradjuddin (alm).
Kedua pemuda ini kemudian berinisiatif untuk mendirikan sebuah Madrasah Diniyyah. Ternyata inisiatif ini disambut dengan antusias oleh masyarakat. Masyarakat pun bergotong-royong untuk membangunkan sebuah Madrasah untuk tempat pengajian putra-putri mereka. Kemudian Madrasah Diniyyah diberi nama al-Madrasah ad-Diniyyah al-Islamiyyah al-Mu’awanah (10 Februari 1980).
Di tangan kedua tokoh inilah pendidikan Islam di dusun Neglasari mempunyai coraknya tersendiri dan menemukan eksistensinya hingga saat ini. Corak pendidikan saat itu tidak jauh berbeda pada saat masih di Surau, hanya saja lebih teratur dan dimasukkan beberapa inovasi.
Pada tahun 1999, dengan kedatangan beberapa santri dari luar daerah, Madrasah Diniyyah Al-Mu’awanah pun kurikulumnya berkembang. Selain mempertahankan pengajian ba’da subuh dan ba’da maghrib juga ditambah dengan pengajian khusus santri dari lain daerah. Kurikulum pesantren mulai diterapkan pada masa ini, meskipun belum dinamai sebagai pesantren.[4]
Sepuluh tahun kemudian (2008), Pondok Pesantren Najjatul Faizin mendapatkan izin Operasional. Dengan No. Statistik 412330104286 (SK Kemenag 11 Desember 2008). Dan akhir Desember 2011 mendatang akan segera mendapatkan Akta Notaris. Selain itu Pondok Pesantren Najjatul Faizin akan segera mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama Terbuka.
Perubahan bentuk dan nama Madrasah Diniyyah al-Mu’awanah ke Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah sebuah bentuk tafa’ulan (mngharap berkah). Karena para pendirinya adalah alumni Pondok Pesantren Najjatain dan Fauzan Garut, Jawa Barat. Kurikulum pun dikembangkan menjadi kurikulum Pesantren seutuhnya. Perbaikan di bidang managemen ini dipelopori oleh Ustadz. Zaenal Musthafa, S.Pd.I. Beliau adalah sarjana muda keluaran STAIN Purwokerto yang menyelesaikan studinya (Strata 1) di STAIMA Kota Banjar, Jawa Barat. Beliau adalah menantu dari Ky. M. Hasib Hasbullah.[5]
Namun, sungguh amat disayangkan ketika Pondok Pesantren menemukan corak, bentuknya peserta didik (santri) sedang mengalami penurunan. Memang hal ini terjadi di hampir seluruh Pondok Pesantren di seluruh Indonesia.
Adapun keberadaan asas, tujuan, status dan sumber danaya adalah sebagai berikut:
a.       Asas
Asas yang menjiwai Pondok Pesantren Al-Qur’an, Hadits serta Pancasila dan UUD’45. Maka segala aktifitas yang berlangsung di Pondok Pesantren Najjatul Faizin bertumpu dan mengacu pada nilai dan pedoman hidup yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, serta perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.      Tujuan
Adapun tujuan Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah mencetak generasi muslim yang ber-tafaqquh fi ad-din, bertakwa, berilmu pengetahuan luas dan ber-akhlaq al-karimah, sehingga menjadi generasi Islam yang sanggup menerima dan mengembangkan Islam secara kaffah serta mampu menjaga dan mengangkat harkat martabat bangsa dan negaranya. Untuk mencapai itu, maka segala langkah pendidikan dan pengajaran harus selalu didasarkan pada asaanya yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah serta Pancasila dan UUD’45.
c.       Status
Pondok Pesantren Najjatul Faizin secara penuh dimiliki oleh masyarakat setempat, bukan milik perorangan atau golongan dan tidak masuk pada golongan manapun dan organsisasi tertentu. Pondok Pesantren Najjatul Faizin berstatus swasta.
d.      Sumber dana
Sumber dana Pondok Pesantren Najjatul Faizin berasal dari infaq wali santri, donator, serta simpatisan umat Islam. Sedangkan uang jumlah infaq yang diwajibkan adalah < Rp. 5.000. Hal ini mengingat keadaan ekonomi orang tua santri masih sangat rendah. Keadaan ini dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua santri yang hampir 90% adalah petani tadah hujan, mereka akan mencari pekerjaan sampingan dengan merantau ke kota-kota besar seperti; Jakarta, Bandung dan Bogor.
2.      Letak geografis
Pondok Pesantren Najjatul Faizin berlokasi di tengah-tengah dusun Neglasari, RT 03 dan 04/RW 05, Desa Karangsari, Kecamatan Cimanggu 53256, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desa Karangsari terletak di pegunungan Pinus (Gunung Maruyung) di ujung Kebupaten Cilacap. Keadaan geografis yang jauh dari budaya modern menyebabkan sisi keagamaan masih begitu kental dengan budaya tua, serta punya semangat yang tinggi. Namun keadaan geografis yang sulit dijangkau ini menyebabkan kurang mendapatkan perhatian baik dari kalangan bawah maupun dari kalangan atas (pemerintah).
Selain itu, permasalahan ini juga menjadi terhambatnya proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Najjatul Faizin. Keadaan ekonomi pengasuh, pengelola, pengurus, para ustadz dan ustadzah, bahkan para santri lokal memaksa mereka tuk bekerja banting tulang di siang hari. Sehingga pengajian hanya mampu dilakukan; ba’da shubuh, ba’da maghrib, ba’da isya. Sedangkan sekolah diniyyah bagi anak-anak pemula dilaksanakan ba’da dzuhur dan ‘ashar oleh ustadz/ustadah yang juga masih berusia muda.
3.      Keadaan Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Ustadzah/Guru sebagai tenaga pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting dalam lembaga pendidikan. Ustadz merupakan pelaksana dalam kegiatan pembelajaran yang akan membawa santri dalam suasana menyenangkan. Hampir Semua ustadz/ustadzah adalah keluaran Pondok Pesantren. Hanya saja mereka tidak punya penghasilan tetap, sehingga kesibukkan mencari nafkah menjadi factor utama penghambat pembelajaran.
Beberapa kendalanya antara lain:
·         Jumlah Ustadz/Ustadzah yang kurang bila dibandingkan dengan jumlah kelas dan waktu pengajian yang direncanakan.
·         Sarana-prasarana yang jauh dari memadai.
·         Serta rendahnya tingkat ekonomi masyarakat terutama para ustadz/ ustadzah sehingga tidak focus terhadap pengajaran, bahkan cenderung menyerah karena beban ekonomi keluarga yang membuat mereka harus merantau.
Adapun nama ustadz/ustadzh Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah sebagai berikut:
No.
Nama
Pekerjaan
1.
Ky. Hasib
Tani
2.
Ust. Alimuddin
Tani+dagang
3.
Zaenal Musthafa, S.Pd.I
Guru SD, SMP
4.
Ust. Ratibul Hadad
Tani+dagang
5.
Ust. Taufik Hidayat
Dagang
6.
Ust. Aachmad Muhsin
Karyawan
7.
Ustdzh. Nurhidayah
Guru TK
8.
Ustdzh. Munawaroh
Ibu Rmh Tgga
9.
Ustdzh. Zainabul M.
Ibu Rmh Tgga

4.      Keadaan santri Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Santri/peserta didik adalah pelajar yang akan menerima pelajaran atau transfer ilmu dari guru/ustadz. Santri Pondok Pesantren Najjatul Faizin + 100 santri. semuanya adalah anak-anak dari dusun Neglasari dan Legok sendiri, hanya beberapa anak saja yang dari luar dusun. Pelajaran yang mereka pelajari antara lain: ‘Aqa’idul iman, Fiqih Ibadah, Nahwu-Sorof, Akhlaq, Tajwid dan BTA. Adapun tata tertib dalam mengaji adalah:
a.       Berbusana Muslim
b.      Membawa alat tulis
c.       Membawa al-Qur’an
d.      Membawa Kitab Kuning (bila sudah sampai jenjangnya)
e.       Datang tepat waktu
f.       Rajin berangkat
g.      Hormat pada guru dan teman
h.      Membayar Syahriyah
i.        Menjaga kebersihan, kerapihan, ketenangan kelas.
5.      Struktur Organisasi
Setiap lembaga pendidikan selalu mempunyai pengurus yang mengelola dan mempertanggung jawabkan terhadap lembaga pendidikan tersebut, begitu juga di Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
 Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah sebagai berikut:
PENGASUH
KYAI HASIB HASBULLAH
 
KETUA
ZAENAL MUSTHAFA, S.Pd.I

SEKRETARIS
USTD. KAMALUDIN
 
BENDAHARA
USTD. SUWARNO

SEKSI-SEKSI
 
SARANA PRASARANA
USTDZ. ISMAIL


PENDIDIKAN
TAUFIK HIDAYAT

SENI & BUDAYA
USTDZ. RATIBUL HADAD

 
      Adapun tugas dari masing-masing pengurus adalah sebagai berikut:
a.       Pengasuh
Pengasuh atau pimpinan Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah penanggungjawab seluruh kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
b.      Ketua Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Ketua Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah coordinator dan pengawas baik secara administrative maupun structural internal organisasi. Dalam kerjanya ketua Pondok Pesantren dibantu oleh sekretaris, bendahara, beserta seksi-seksi dan para ustadz/ustadzah. Selain itu ketua Pondok Pesantren juga berfungsi sebagai pelaksana kebijakan pendidikan yang diterjemahkan dari arahan umum dari pengasuh dan dari aspirasi masyarakat dan santri yang dirumuskan dalam rapat bulanan Pondok Pesantren Najjatul Faizin.
c.       Bendahara
Bendahara bertugas sebagai pengatur dan penanggung jawab keuangan yang berada dibawah tanggung jawab ketua.
d.      Sekretaris
Sekretaris bertugas sebagai pengatur administrasi di tingkat teknis, sekaligus sebagai pengelola suarat-menyurat yang berada di bawah wewenang ketua.
e.       Seksi-seksi
Seksi-seksi bertugas melaksanakan program yang telah dicanangkan dalam rapat tahunan, sesuai dengan lapangannya masing-masing demi keutuhan, perkembangan dan kemajuan pondok pesantren dan bertanggung jawab kepada ketua.[6]
6.      Jadwal Pengajian di Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Hari
Waktu
Kegiatan
Ustadz
Sabtu-selasa
Ba’da Subuh
-    Bandongan Kitab Kuning
-    Bandongan al-Qur’an kelompok (sesuai level)
Ky. Hasib
Ky. Siradjuddin
Ust. Ismail
Ust. ‘Alimuddin
Ba’da Maghrib
Sorogan Al-Qur’an

Ba’da ‘Isya
Kajian Kitab Kuning
Rabu
Ba’da Subuh
-    Bandongan Kitab Kuning
-    Bandongan al-Qur’an kelompok (sesuai level)

Ba’da Maghrib
Berjama’ah Surat 4 (Yasin, ar-Rohman, al-Waqi’ah, al-Mulk  ). dan Barzanji
Semua santri
Kamis
Ba’da subuh
-    Bandongan Kitab Kuning
Bandongan al-Qur’an kelompok (sesuai level)
Ky. Hasib

Ba’da maghrib
Barzanji (marhabanan)
Santri&jama’ah mesjid

Ba’da Isya
Kajian kitab kuning
Taufik hidayat
Jum’at
Ba’da subuh
Jum’at bersih
Semua santri

Ba’da magrib
Aqaidul iman, fiqih ibadah.
Ustdz. Alimudin

Ba’da isya
Kajian kitab kuning
Ahmad muhsin

Ba’da dzuhur
Tilawatil qur’an
Ratibul hadad

 
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pondok Pesantren Najjatul Faizin adalah  lembaga pendidikan Islam yang terletak di tengah masyarakat yang masih begitu jauh dari jangkauan kemodernan. Terletak di perbatasan Kabupaten Cilacap dan Brebes, di dusun Neglasari, Karangsari, Cimanggu, Cilacap yang berbatasan langsung dengan dusun Dukuh Tengah, Karangpari, Bantarkawung, Brebes.
Dalam perkembangannya, Pondok Pesantren Najjatul Faizin dari sejak masih berupa pengajian di surau kecil, kemudian menjadi Madrasah Diniyah, hingga sekarang menjadi Pondok Pesantren, telah banyak berperan terhadap perkembangan keislaman, bahkan telah menjadi papan tumpuan masyarakat untuk memajukan kehidupan beragama dan berbangsa.
Hal ini dapat dilihat dari mulai banyaknya masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan serta berkembangnya pola hidup kepada hidup yang lebih berkeadaban di daerah tersebut. Bahkan sekarang sedang merencanakan untuk membuat sekolah menengah terbuka untuk menjawab kebutuhan warga terhadap dunia pendidikan yang hingga sampai saat ini masih kurang dapat perhatian.
B.     Saran dan Kritik
1.      Masih kurangnya kerjasama dalam hal pengajaran merupakan hambatan yang tak dapat diabaikan sebagai penentuk tercapainya tujuan pendidikan.
2.      Menurunnya kepedulian terhadap pentingnya pendidikan agama merupakan tanda bahwa masih kurangnya asimilasi antara budaya keislaman dengan budaya setempat dan juga dengan budaya modern yang berkembang.
3.      Masih minimnya keuangan menjadi hambatan utama bagi para asatidz yang notabene berlatar belakang kurang mampu.
4.      Gedung Pondok Pesantren yang bersebelahan dengan Mesjid dan berada di tengah-tengah dusun memang sangat strategis, namun hal ini menyebabkan sulitnya berkembang bagi pemmbangunan fisik. Sementara jumlah santri, jumlah kelas dan ragam pendidikan di dalamnya sangat membutuhkan ruang tersendiri.


[1]SUBARDO, Efektifitas Metode Uswatun Hasanah dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Ashar Berjama’ah Santri TPQ Pon-Pes Darul Abror Purwanegara Purwokerto Utara Banyumas Tahun 2010 (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Purwolerto, 2010: 22-25.
[2] Wawancara dengan Ky. Abdal, Jum’at, 23 Desember 2011, selepas shalat jum’at di kediaman beliau di RT 04/Rw 05, dusun Neglasari
[3] Wawancara dengan bapak Marto warga RT. 04 RW. 05 dan bapak Sujatma warga RT. 03 RW. 05
[4]Wawancara dengan pengasuh Pondok Pesantren Najjatul Faizin, bapak Ky. Muhammad Hasib Hasbullah
[5] Wawancara dengan Ustdz. Zaenal Musthafa, S.Pd.I
[6] Dokumen-dokumen Pondok Pesantren Najjatul Faizin
Search Engine Submission - AddMe