PERKEMBANGAN PEMIKIRAN DI TURKI

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 20.06

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam terutama sesudah pembukaan abad ke 19, yang dalam sejarah islam dipandang sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia barat membawa ide-ide baru ke dunia islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Dan keadaan ini terjadi juga diwilayah turki.
Pada awalnya turki merupakan kawasan anatolia, pada tahun 1900 SM kawasan ini dihuni oleh penduduk hatiti yang berasal dari asi tengah eropa, kemudian wilayah ini diperluas ke daerah mesopotania dan suriah. Kemudian setelah masuk ke abad masehi, kawasan anatolia jatuh ke tangan romawi tentunya dengan mengalami beberapa kekuasaan sampai bertahan hingga empat abad.
Pada abad ke empat kaum bar-bar menyerbu kawasan ini, dan berhasil menguasai wilayah barat, sedangkan wilayah timur masih bisa dipertahankan, kemudian ibu kota yang berada di wilayah Romawi yang asal mulanya terletak di wilayah barat, dipindah ke Konstatinopel yang sekarang disebut Istanbul dan dan berganti nama dengan nama kerajaan Bizantium.pada tahun 1953 otoman berhasil menaklukan Bizantium dengan merebut ibukota Konstantinopel dengan merebut beberapa wilayah, namun setelah raja Sulaiman turun tahta kejayaan otonom berangsur angsur memudar.

Menjelang abad ke 19 otoman kehilangan wilayah kekuasaannya Mesir dan kawasan Bulhan. Pada tahun 1923 ditetapkan konverensi tantang batas-batas wilayah lausangnge, konverensi ini juga menetapkan bahwa Turki secara resmi menjadi negara republik dan Kemal Attathuk resmi menjadi presiden pertama Turki.[1]
Dari sejarah singkat tersebut bagaimanakah sepak terjang Kemal Attaturk dalam membangun Turki pada masa pemerintahannya. Dan bagaimana keadaan wilayah Turki pasca sepeninggal Kemal Attaturk, siapa yang meneruskan dan seberapa luas pembaharuan yang ia lakukan.

PEMBAHASAN

A.                Sejarah Turki Modern
Sejarah Turki modern dapat dibedakan menjadi dua fase. Periode antara 1921 dan 1950  merupakan fase kediktatoran presidensial, reformasi agama, dan merupakan tahap awal program industrialisasi. Dari tahun 1950 sampai masa sekarang ini merupakan fase sistem polotok multi-partai, fase berkembangnya deferensiasi sosial, fase perubahan ekonomi yang pesat, dan fase berkecamuknya konflik ideologis.[2]
Mustafa Kamal lahir tahun 1881 masehi, di kota Salanik (kota Yahudi) daerah Macedonia yang berpenduduk 140.000 jiwa. Delapan puluh ribu diantaranya adalah orang-oraang Yahudi Espana, dan dua puluh ribu lainnya lagi adalah orang-orang Yahudi al Dunama, yakni kaum yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Secara resmi ayah Kamal adalah Ali Ridla dan ibunya Zubeyde.[3] Namun ada yang mengatakan ia anak hasil perzinahan.
Dia bersekolah di sekolah dasar modern di Salomika, selanjutnya ia memasuki sekolah menengah. Dalam usia 14 tahun ia tamat belajar di sekolah ini dan meneruskan pelajaran pada sekolah latihan militer di Monastir. Setelah itu, dia masuk ke sekolah tinggi militer di Istambul.
Adapun periodesasi perkembangan di Turki pada tahun 1921 disebut periode kemalis ditandai dengan adanya The Law Fundamental organization, sebagai penegasan adanya pemerintahan bangsa Turki, kemudian pada tahun 1923 Mustafa Kemal ini diangkat sebagai presiden pertama republik Turki kemudian diberi gelar Ataturk, yang artinya Bapak Turki. Ia adalah pendiri partai republik, dan partai ini merupakan partai politik di Turki, partai republik merupakan instrumen rezim terbesar dinegri ini, dan beberapa dinas perkantoran rezim ini menyebarkan informasi kemajuan pertanian, mengorganisir program pendidikan, dan mengajrkan ideologi nasional dan sekuler kepada masyarakat.  
B.                 Perkembangan yang dilakukan oleh Kemalis
1.                  Kemajuan Pada Bidang Pertanian
Pada rentang abad sembilan belas, persaingan Eropa mendesak elite muslim meninggalkan kegiatan perdagangan dan menggantungkan nasib mereka pada negara sebagai pelaku utama aktivitas perekonomian. Namun antara tahun 1908- dan 1919 terjadi penarikan modal asing, pengasingan pedagang yunani dan Armenia, dan dibukalah kesempatan bagi elit komersial Turki. Sebaliknya, pada dekade 1920-an sejumlah orang asing menguasai perbankan Turki dan perdagangan eksport import. Untuk mengatasi hal ini kemalis melanjutkan prakasa pemerintah membangun perekonomian, adapun hal-hal yang dilakukan yaitu, berusaha meningkatkan produksi pertanian dengan mereduksi pajak, dan berinvestasi dalam proyek jalan dan lintasan kereta api. Ekspor kapas, tembakau, dan buah-buahan kering meningkat. Republik Turki juga memperkasai pembangunan industri, akan tetapi pada tahun 1929 pasaran ekspor hancur, sehingga Turki kembali pada kebijakan pengendalian negara, secara lebih energik terhadap pembangunan dan perencanaan ekonomi, kebijakan ini dipengaruhi oleh unsur Usmani dan Soviet.
            Pada tahun 1930 negara menasionalisasikan sejumlah proyek seperti proyek jalan pelabuhan dan pertambangan. Rencana lima tahunan pertama (1929-1933) mengembangkan industri pengolahan, kebutuhan pokok. Bank sumer didirikan untuk mendanai perusahaan tekstil, kertas, kaca, dan gula. Inggris membantu mendanai pembangunan proyek pabrik, baja dan logam. Sehingga pada dekade 1920-an dan 1930-an disiapkanlah dasar-dasar bagi kelahiran sebuah ekonomi industri modern.[4]
2.                  Mengorganisir Program Pendidikan
Dalam satu pidatonya Mustafa Kemal menyampaikan bahwa, kelanjutan hidup didunia modern menghendaki dari sesuatu masyarakat supaya mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Di zaman yang didalamnya ilmu pengetahuan membawa perubahan terus menerus bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang, tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus diubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.[5]

3.                  Mengajarkan Ajaran Nasional dan Sekuler
Ide nasionalisme yang diterima Musstafa Kemal ialah ide nasionalisme Turki yang terbatas daerah geografinya dan bukan ide nasionalisme yang luas. Di dalam piagam nasional 1990, disebut antara lain bahwa, Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap daerah-daerah yang dulu terletak dibawah kekuasaan kerajaan Utsmani kecuali daerah yang didalamnya terdapat mayoritas Turki. Mustafa Kemal menjelaskan bahwa kaum nasionalis akan bekerja hanya dalam lingkungan daerah teritorial Turki untuk kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat Turki. Kesadaran nasional yang sudah timbul di zaman Turki  muda, dimasa sesudah perang diperkuat oleh politik barat untuk menguasai daerah Turki. Timbullah kesadaran bahwa kemerdekaan tanah air sedang dalam bahaya, dan harus dipertahankan dan diperjuangkan. Hal inilah yang menimbulkan organisasi-organisasi  pembela kemerdekaan di Anatolia.[6]
Mustafa Kemal berusaha memasukan massa ke dalam frame work ideologis dan kultural rezim republik, merenggangkan keterikatan masyarakat umum, terhadap Islam dan mengarahkan mereka kepada pola kehidupan barat dan sekuler. Rezim kemalis menghapuskan lembaga organisasi Islam. Kesultanan Usmani dihapuskan pada tahun 1923, sedangkan khilafah dihapuskan pada tahun 1924. Lembaga wakaf dan lembaga ulama dikuasakan pada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thareqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang (ilegal) dan dihancurkan. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggatikan tulisan arab, dan mulai dilancarkan upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagai mana yang berlaku dengan pola nama barat. Dalam  rentangan abad ini diberlakukan kitab hukum keluarga yang didasarkan pada kitab hukum swiss menggatikan hukum syari’ah. Demikianlah, Islam telah dilepaskan dan di asingkan perannya dalam kehidupan masyarakat dan simbol-simbol ketergantungan bangsa Turki terhadap kultur tradisional digantikan dengan sistem hukum, kebahasaan dan beberapa sistem identitas modern lainnya.
Sekularisasi yang dijalankan Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekularisasinya berpusat pada kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan dalam soal politik. Oleh karena itu, pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, seperti partai Islam, partai Kristen, dan sebagainya. Yang terutama ditentangnya adalah ide negara Islam dan pembentukan negara Islam. Negara harus dipisahkan dari agama. Institusi-institusi negara, sosial, ekonomi, hukum, politik dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan syari’at. Negara dalam pada itu menjamin kebebasan beragama bagi masyarakat.[7]
Sebagian dari perubahan tersebut adalah transformasi status wanita. Program tanzimat abad 19 telah menyediakan pendidikan dasar bagi wanita, tetapi pada penghujung abad ini kubu nasionalis sekuler menjadikan permasalahan wanita pusat perhatian yang krusial. Ziya Gokalp telah menyampaikaan teori bahwasanya persamaan wanita merupakan syarat bagi pengembangan sebuah masyarakat Turki modern. Ia memperjuangkan persamaan wanita dalam pendidikan, pekerjaan dan kehidupan keluarga. Dalam dekade awal abad ini wanita perkotaan mulai mengenakan pakaian modern Eropa.
Reformasi dekade 1920-an dan 1930an membawakan perubahan yang lebih radikal. Undang-undang keluarga 1924 mengharamkan poligami, menjadikan suami dan istri berkedudukan sama dalam perceraian, dan sejak saat itu perceraian harus dijatuhkan di pengadilan dengan syarat-syarat tertentu. Tidak semata-mata hak prerogatif suami. Konstitusi menegakkan hak persamaan wanita dalam pendidikan dan dalam pekerjaan, dan pada tahun 1934 wanita diberi hak untuk dicalonkan dalam pemilihan nasional. Pada tahun 1935 beberapa perwakilan wanita terpilih dalam parlemen Turki. Perubahan dalam hal sikap dan prinsip hukum menjadi basis utama bagi pengembangan partisipasi wanita didalam kehidupan publik bangsa Turki.[8] Sampai akhirnya pada tahun 1839 sampai 1876 terjadi pembaharuan tanzimat yang ditandai dengan pembukaan sekolah modern yaitu Robert College pada tahun 1836 dan Galatasaray pada tahun 1868. Sekolah modern ini mengenalkan pendidikan bahasa asing, hal ini menandai sebuah tahapan penting menuju diakhirinya pemisahan sosial menurut agama[9]. Kemudian pada 1938 Attatuk meninggal dan dilanjutkan oleh Ismet Inonu. Namun periode antara kematian Kemal dan akhir masa pemerintahan Inonu membuka kembali sistem politik yang baru. Oleh karena itu, pada tahun 1946 pemerintahan Inonu mengijinkan pembentukan partai demokrat.
Partai demokrat memobilisir koalisi baru yang terdiri dari kalangan businesman kecil, tuan tanah menengah dan kaum petani dan klien yang bergantung pada mereka, serta petani menengah dan kaya. Untuk menantang kesewenang-wenangan elit birokratik dan militer. Dan mengusulkan orientasi politik dan kebijakan keagamaan yang baru. Partai demokrat berjuang membatasi intervensi negara dalam perekonomian, mengalihkan perusahaan kedalam penanganan pihak swasta, membuka kesempatan pemasaran bagi kaum petani dan menghapus berbagai pembatasan dalam praktik keagamaan Islam. Pada pemilihan nasional tahun 1950 mengundang konflik antara rezim otoriter dan sekuler dan tuntutan propinsier terhadap sebuah pemerintahan liberal yang toleran terhadap Islam. Meskipun terjadi kemajuan di bidang pertanian akan tetapi terjadi pula situasi kekacauan dan ketidaktentraman yang disebabkan oleh inflasi, kelebihan perdagangan, dan semakin besarnya hutang publik sehingga pada tahun 1958 IMF mendesak Turki untuk mengurangi anggaran sosial dan mengurangi gaji dan mendevaluasi mata uang yang beredar. Sehingga pada tahun 1990 turki mengalami kemelorotan dalam bidang ekonomi. Kemudian muncul partai keadilan yang dipimpin oleh Demirel sebagai penerus bagi partai demokrat. Partai ini beroriaetasi pada pengembangan perusahaan swasta berskala besar dan perusahaan warga perkampungan. Pada tahun 1971 kaum militer mengambil alih kekuasaan negara. Pada 1980 pasukan militer terlibat dalam perbaikan tatanan politik. Kemudian munculah Turki Kontemporer. Hal ini ditandai dengan tradisi-tradisi ulama hancur, dan menganggap tradisi republik adalah sekuler. Selain itu Turki kontemporer menganggap kelas terdidik perkotaan menganggap Islam adalah simbol keterbelakangan.

PENUTUP

Perkembangan Turki modern terbagi atas dua fase yaitu pada tahun 1921-1950 dan pada fase 1950-sekarang. Fase pertama ditandai dengan fase kediktatoran presidensial, reformasi agama dan tahap awal industrialisasi. Sedangksn pada fase kedua ditandai dengan adanya sistem politik multi partai, fase berkembangnya diferensiasi sosial, perubahan ekonomi yang pesat dan berkecamuknya konflik ideologis.
Presiden pertama Turki yaitu Mustafa Kemal yang kemudian diberi julukan Ataturk yang berarti “Bapak Turki”. Pemberian nama ini dikareakan banyak jasa yang telah diberikan kemal untuk kemajuan turki. Selama masa pemerintahannya, ideologi yang dibawanya yaitu nasionalis dan sekularis. Nasinalis disini, dimana rakyat turki harus bekerja hanya dalam lingkungan daerah teritorial turki untuk kebahagiaan dan kesejahteraan rakyaat turki. Dan ideologi sekularisme ditandai dengan tulisan arab mulai digantikan dengan tulisan latin, kesultanan utsmani dihapuskan, khilafah dihapuskan dan thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlrang.
Banyak jasa yang telah diberikan kemal terhadap turki hingga akhirnya pada tahun 1938, Kemal meninggal dan kedudukannya digantikan oleh Ismet Isnonu dengan ideologi liberalis yang dibawanya.











DAFTAR PUSTAKA

M. Lapidus, Ira,  Sejarah Sosial Ummat Islam, ( Semarang : PT Raja Grafindo Persada, 2000).
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003)
_______, Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 6, ( Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991).
Esposito, John L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern,(Bandung:  Nizam, 2001).


[1] ­­­­­Ensiklopedia nasional indonesia jilid 6, 1991, jakarta : PT Cipta Adi Pustaka.
[2] Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, ( Semarang :PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 88
[3] Harun Nasution, Pembaharu dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), hlm. 134
[4] Ibid, hlm. 89
[5] Harun nasution, penbaharu dalam islam sejarah pemikiran dan gerakan, (jakarta: PT Bulan Bintang, 2003), hlm. 140.
[6] Ibid. Hlm. 120
[7] Harun Nasution, pembaharu, hlm. 145
[8]Ibid, Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, hlm. 91
[9] John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Nizam, 2001) Hlm. 63-64