♠ Posted by IMM Tarbiyah in Penelitian Pendidikan at 08.02
A.
PRESTASI
BELAJAR
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang
siswa dalam usaha belajar nya sebagaimana dicantumkan dalam nilai rapor.
Melalui prestasi belajar, siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai dalam belajar.
Banyak orang
berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus
memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
juga tinggi. Hal ini karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan
dan mempertahankan suatu tujuan, dan untuk menilai keadaan diri sendiri secara kritis dan objektif.
Dalam
kenyataannya, ada siswa yang mempunyai inteligensi tinggi, tetapi memperoleh
prestasi belajarnya yang relatif rendah. Sebaliknya, ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Itu sebabnya inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, Karena ada
faktor lain yang mempengaruhinya.Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang
20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan
lain, diantaranya kecerdasan emosional (EQ), yakni kemampuan memotivasi dir
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati
(mood), berempati serta bekerjasama.
Keseimbangan
antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah.
Pendidikan sendiri bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence, yaitu
model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu
mengembangkan emotional intelligence siswa.walaupun EQ merupakan hal yang
relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan
kecerdsan emosional tidak kalah penting dengan IQ.
B.
KECERDASAN
EMOSIONAL
a.
Pengertian
Salovey dan
Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau EQ sebagai: “ Himpunan bagian
dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”
Kecerdasan
emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat
berubah-ubah setiap saat. Untuk itu, peranan lingkungan terutama orang tua pada
masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan
EQ bukanlah lawan keterampilan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis,
baik pada tingkat konseptual maupun di dunia nyata.
b.
Faktor
kecerdasan Emosional
Gardner mendefinisikan kecerdasan pribadi dalam lima kemampuan
utama, yaitu:
1.
Mengenali
Emosi Diri
Para ahli
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati. Apabila kurang, maka individu menjadi larut dalam
aliran dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran ini belum menjamin penguasaan emosi,
namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi.
2.
Mengelola
Emosi
Mengelola emosi
merupakan suatu kemampuan dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan
tepat atau selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
Emosi berlebihan yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan akibat -akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk
bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
3.
Memotivasi
Diri sendiri
Prestasi harus
dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki
ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati,
serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah,
optimis, dan keyakinan diri.
4.
Mengenali
Emosi Orang Lain.
Kemampuan ini
disebut juga Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap
sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain, peka
terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam
pandangannya menunjukan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan
isyarat nonverbal mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih populer,
lebih mudah bergaul, dan lebih peka.
5.
Membina
Hubungan
Keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan.Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan
sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain.Orang seperti ini populer dalam
lingkunganya dan menjadi teman yang menyenangakan karena kemampuannya
berkomunikasi. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukannya.
C.
KETERIKATAN
ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi
belajar agar menjadi yang terbaik,
seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha ini positif, namun masih banyak dalam
mencapai keberhasilan selain kecerdasan intelektual, faktor tersebut adalah
kecerdasan emosional. Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui
dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain
dengan efektif. Individu yang memiliki keterampilan emosional baik berarti
kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk
berprestasi. Sedangkan induividu yang tidak dapat menahan kendali atas
kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak
kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada
tugas –tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Penelitian Walter
Mischel (1960) mengenai “marsmallow challenge” di Universitas Stanford menunjukan anak yang ketika berumur empat
tahun mampu menunda dorongan hatinya, setelah lulus sekolah menengah atas,
secara akademis lebih kompeten, lebih mampu menyusun gagasan secara nalar,
serta memiliki gairah belajar yang lebih tinggi.
Keterampilan dasar
emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetepi membutuhkan proses
dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional
tersebut besar pengaruhnya. Hal ini akan diperoleh bila anak diajarkan
keterampilan dasar kecerdasan emosional,
secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima
perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya
sendiri.
Pada penelitian,
buku ini menggunakan sampel SMAN 2 Mataram, yang berkategori sekolah favorit di
NTB, berdasarkan nilai rata-rata rapor tahun pelajaran 2006-2007.
D.
METODE
PENELITIAN
a.
Metode
Pengumpulan Sampel
Untuk
prosedur pengambilan sampel dengan
metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut:
Ni =
Keterangan
:
ni : jumlah sampel per sub populasi
Ni : total sub populasi
N : total populasi
n : Besarnya sampel
Berdasarkan kriteria sampel di atas maka diperoleh distribusi
sampling sebagai berikut:
Tabel
1 : Disrtibusi Sampling
Kelas
|
2A
|
2B
|
2C
|
2D
|
2E
|
2F
|
Jumlah
|
Populasi
|
40
|
42
|
40
|
38
|
42
|
38
|
240
|
Sampel
|
25
|
26
|
25
|
23
|
26
|
23
|
148
|
b.
Metode
Pengumpulan Data
Metode yang
dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode skala, yaitu
suatu metode pengambilan data di mana data-data yang di perlukan dalam
penelitian diperoleh melalui pernyatan atau pertanyaan tertulis yang diajukan
responden mengenai suatu hal yang di sajikan dalam bentuk suatu daftar
pertanyaan, dengan menggunakan skala kecerdasan emosional dan metode dokumentasi.
1.
Skala
Kecerdasan Emosional
Skala
kecerdasan emosional terdiri dari aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi
diri, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain (empati), bekerjasama dengan orang lain yang berguna untuk
mengukur sejauh mana kecerdasan emosional dipahami kelas 2 Mataram.
Tabel
2 : Blue print Skala kecerdasan Emosional
No
|
Faktor
|
Indikator
|
Nomor Item
|
?
|
|
Favorable
|
Unfavorable
|
||||
1
|
Mengenali Emosi diri
|
a.
Mengenali dan memahami emosi diri
|
1,14,21,25,39
|
6,45,55,65,67
|
10
|
b.
Memahami penyebab timbulnya emosi
|
2,3,38,46,72
|
28,68,77,83,94
|
10
|
||
2
|
Mengelola Emosi
|
a. Mengendalikan emosi
|
15,22,34,40,51
|
7,56,62,66,78
|
10
|
b.
mengekspresikan emosi dengan tepat
|
4,8,16,47,84
|
29,69,73,79,89
|
10
|
||
3
|
Memotivasi diri sendiri
|
a. Optimis
|
5,17,41,87,90
|
35,57,61,95,97
|
10
|
b. Dorongan berprestasi
|
9,18,58,74,80
|
26,30,42,48,70
|
10
|
||
4
|
Mengenali Emosi orang lain
|
a. Peka terhadap perasaan orang lain
|
10,27,31,42,81
|
12,36,63,85,91
|
10
|
b. mendengarkan masalah orang lain
|
59,75,92,96,98
|
11,23,43,49,100
|
10
|
||
5
|
Membina Hubungan
|
a. Dapat bekerja sama
|
32,53,71,76,88
|
12,20,37,93,99
|
10
|
b. Dapat berkomunikasi
|
13,24,60,64,86
|
33,44,50,54,82
|
10
|
||
|
|
Total
|
|
|
100
|
2.
Dokumentasi
Teknik pengumpulan data terhadap prestasi belajar
ini adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia, yaitu nilai IP (indeks
prestasi) pada semester satu sebagai objek penelitian yang merupakan hasil
penelitian oleh pihak akademis. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan
dengan cara melihat hasi rapor semester
1 dari seluruh subjek penelitian. Mata pelajaran kelas II, yaitu
pendidikan Agama,PPKN, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Nasional dan
Sejarah Umum, Bahasa Inggris, Pendidikan jasmani dan kesehatan, Matematika,
Kimia, Biologi, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi.
3.
Analisis
Korelasi Antarfaktor
Korelasi
antarfaktor dilakukan dengan mengkorelasikan setiap faktor dengan faktor
lainnya dan dengan totak faktornya.
Tabel
3 : Korelasi Antarfaktor Skala Kecerdasan Emosional
Faktor
|
F1
|
F2
|
F3
|
F4
|
F5
|
F tot
|
1.
Mengenali
Emosi
|
1000
|
762
|
778
|
545
|
499
|
851
|
2.
Mengelola
emosi
|
762
|
1000
|
842
|
538
|
509
|
878
|
3.
Memotivasi diri
sendiri
|
778
|
842
|
1000
|
554
|
552
|
898
|
4.
Mengenal
emosi orang lain
|
545
|
538
|
554
|
1000
|
754
|
796
|
5.
Membina
hubungan
|
499
|
509
|
552
|
754
|
1000
|
778
|
Total
|
851
|
878
|
898
|
796
|
778
|
1000
|
Pembahasan
:
Berdasarkan
dari latar belakang penelitian dan teori yang digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas II SMAN 2 Mataram, maka
dapat dibuktikan bahwa ada hubungan antara keduanya.
Melalui uji statistik yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa setinggi-tingginya IQ menyumbang sekitar 20%
bagi kesuksesan seseorang dan 80% diisi dengan kekuatan lain yang menurut
Daniel Goleman salah satunya adalah kecerdasan emosional.
Dari hasil skala kecerdasan
emosional dengan pernyataan sebanyak 85 item yang disusun berdasarkan skala
likert yang dimodivikasi dengan alternatif jawaban, yaitu sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Cara penilaian dengan memberikan nilai antara satu sampai empat
berdasarkan kriteria pernyataan favorabel dan unfavorabel.
Berdasarkan analisis data penelitian
menunjukan korelasi ( rxy ) sebesar
0,248 dengan p = 0.002 < 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal
tersebut menunjukan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa pada siswa kelas II
SMAN 2 Mataram.
Prestasi belajar biasanya ditunjukan dalam bentuk
huruf atau angka, yang tinggi rendahnya menunjukan seberapa jauh siswa
telah menguasai bahan yang telah
diberikan, tetapi hal tersebut sudah tidak dapat diterima lagi karena hasil
rapor tidak hanya menunjukan seberapa jauh siswa telah menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan. Prestasi
belajar juga dipengaruhi oleh perilaku siswa, kerajinan, dan keterampilan atau
sikap tertentu yang dimiliki siswa tersebut, yang dapat diukur dengan standar
nilai tertentu oleh guru yang bersangkutan agar mendekati nilai rata-rata.
Dari beberapa studi juga menegaskan
terpisahnya kecerdasan emosional dari kecerdasan akademis, dan menemukan
kecilnya hubungan atau tiadanya hubungan antara nilai tes prestasi akademis
atau IQ dan perasaan sejahtera emosional seseorang, sebab orang yang mengalami
amarah atau depresi yang hebat masih bisa merasa sejahtera bila mereka
mempunyai kompenensi saat-saat menyenangkan atau membahagiakan (Goleman, 2002:
78). [1]
Robert Sternberg, ahli psikologi
dari Yale University,USA, menceritakan kisah yang patut direnungkan mengenai
dua mahasiswa, penn & Matt. Ia orang yang cemerlang dan kreatif, sesuai
dengan syarat yang ditentukan oleh Yale
University. Kendati sangat hebat, Penn
tidak disukai orang, terutama yang harus bekerjasama dengannya. Ketika lulus,
Penn diincar banyak perusahaan terkemuka dalam bidangnya untuk bekerja, namun
karena keangkuhannya dalam wawancara tersebut, sehingga hanya satu saja yang
menawarinya pekerjaan.
Matt, juga mahasiswa Yale, sejurus
dengan Penn. Ia secara akademik tidak begitu cerdas tapi
ia pandai bergaul sehingga disukai oleh orang yang bekerja sama
dengannya. Sesudah lulus, Matt diterima bekerja oleh tujuh dari delapan
perusahaan yang mewawancarainya, sementara Penn dipecat dari perusahaannya.Matt
memiliki kecerdasan emosi, sedangkan Penn tidak. Itulah sebabnya mengapa banyak
orang yang secara intelektual cerdas sering kali bukanlah orang yang berhasil
dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi mereka.[2]
Maka dapat kami simpulkan, bahwa
antara kecerdasan intelektual dan kecerdasa emosional tidak dapat dipisahkan
karena saling keterkaitan dan kesinambungan. Begitu juga prestasi belajar yang
baik apabila dibentuk dan diperoleh dari IQ dan EQ yang berfungsi secara
bersamaan dalam kehidupannya. Melalui bukti-bukti dan contoh kejadian yang
sudah di jabarkan tadi sekiranya bisa menjadi bukti untuk direlisasikan dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam pendidikan kehidupan pendidikan.
Referensi :
Agus Sutiyono, 2009, jurnal INSANIA “pemikiran
alternatif kependidikan”, Purwokerto ; STAIN PRESS.
Baharuddin
& Nur wahyuni, 2011, “Teori Belajar& pembelajaran”, jogjakarta;
Ar-Ruzz Media