Strategi Pembelajaran Aktif

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 09.48

 Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Salah satu strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar/ pembelajaran untuk mengaktifkan individu.

  1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu 1:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajarankonvesional
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)2.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Pembelajaran Active learning :
- Berpusat pada guru
Berpusat pada anak didik
- Penekanan pada menerima pengetahuan
Penekanan pada menemukan
- Kurang menyenangkan
Sangat menyenangkan
- Kurang memberdayakan semua
Membemberdayakan semua
- Indera dan potensi anak didik
indera dan potensi anak didik
- Menggunakan metode yang monoton
Menggunakan banyak metode
- Kurang banyak media yang digunakan
Menggunakan banyak media
- Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada
Strategi dalam dunia pendidikan, memiliki arti sebagai a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal ( J. R David, 1976). Jadi strategi dapat di artikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu3.
Dari apa yang telah di sampaikan di atas, ada kesimpulan yang dapat di ambilantaranya. Yang pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Selanjutnya, strategi di susun untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya, arah dari semua keputusan strategi adalah pecapaian tujuan4.

  1. Karakteristik Peserta Didik
Sifat dan perilaku siswa dapat di bedakan menjadi beberapa bagian5:
  1. Siswa Pendiam atau Pemalu
Siswa ini tidak banyak aktivitas fisiknya, selalu menurut perintah guru, cenderung diam dan tidak suka bertanya atau cenderung pasif. Guru terkadang sulit sulit mengidentifikasi siswa yang mempunyai karakteristik seperti ini, oleh karena itu guru harus sering bertanya dan memberi kesempatan pada siswa ini agar dia lebih aktif, tidak malu bertanya dan berani menampilkan diri.
  1. Siswa Perenung
Selain siswa pendiam terdapat pula siswa yang perenung, suka melamun, dan tidak berkosentrasi. Biasanya siswa ini prestasinya kurang begitu baik. Guru harus memperhatikan siswa yang seperti ini, dengan cara banyak bertanya dan member perintah secara khusus.
  1. Siswa super aktif
Siswa yang super aktif dan bersifat negative adalah siswa yang mengganggu kondisi belajar teman – temannya di kelas dan merusak konsentrasi. Selain itu siswa ini juga berperilaku seperti menarik perhatian guru dan temannya yang lain dan berbuat sesuatu hal yang aneh dan berbuat sesuai kemauannya sendiri. Siswa seperti ini ada kecenderungan untuk tidak serius mengerjakan tugas yang di berikan guru. Maka siswa seperti itu harus di beri bimbingan dan konseling dan penanggulangan khusus.
  1. Siswa malas
Siswa pemalas biasanya mengikuti sifat perenung. Gejala sifat malas ini antara lain jarang mengerjakan tugas, pekerjaan rumah, mengabaikan kebersihan kelas, dan kebersihan diri sendiri. Selain itu kurang disiplin dan sering terlambat.
  1. Strategi untuk mengaktifkkan Individu.
Pada proses pelaksanaan pembelajaran, seorang pendidik harus mampu mengaktifkan peserta didik dalam pembelajarannya. Berikut, ini strategi pembelajaran aktif untuk mengaktifkan peserta didik/individu6 :
  1. Memberikan pertanyaan yang merangsang siswa berpikir dan berproduksi.
Pertanyaan dapat membuat atau merangsang siswa berpikir. Merangsang berpikir dalam arti merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya bukan mengulangi gagasan yang sudah di kemukakan guru. Kategori pertanyaan yang masuk kategori pertanyaan ini antara lain, pertanyaan produktif, terbuka dan imajinatif. Pertanyaan ini dapat merangsang siswa berpikir.
  1. Penyediaan umpan balik yang bermakna
Umpan balik adalah respon atau reaksi guru terhadap perilaku siswa. Apa
yang di lakukan guru ketika siswa bertanya? Ketika siswa berpendapat? Ketika siswa menunjukan hasil kerja? Ketika siswa membuat kesalahan? Umpan balik yang baik adalah respon guru yang tidak memvonis “Salah”!, “Bukan”!, “Tidak”. “Baik” atau “Betul merupakan umpan balik yang memvonis. Umpan balik yang memvonis menjadikan siswa bergantung pada guru. Ucapan siswa yang berbunyi : “Pak/Bu, ini betul tidak? Ini boleh tidak? Merupakan ungkapan yang menunjukan ketergantungan siswa kepada guru. Mereka tidak dapat atau tidak berani memutuskan atau menilai sendiri apa yang di lakukannya. Sedangkan umpan balik yang tidak memvonis membuat siswa merasa di hargai, dapat berpikir, dan bertanggung jawab untuk menilai mutu gagasan sendiri.
Di samping ada dua hal tersebut, strategi pembelajaran yang dapat di aplikasikan guru untuk mengaktifkan individu.
  1. Strategi membaca denga keras (reading alone)
Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu siswa memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan, dan merangsang diskusi. Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut :
1). Guru memilih suatu teks yang cukup menarik untuk di baca dengan keras, misalnya tentang manasik haji. Guru hendaknya membatasi bacaan yang harus di baca oleh peserta didik.
2). Guru menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat. Guru menjelaskan poin-poin kunci atau masalah – masalah pokok yang dapat di angkat.
3). Guru membagi bacaan teks ituu dengan alinea-alinea atau beberapa cara l ainnya. Guru menyuruh sukarelawan untuk membaca keras teks-teks tersebut.
4). Ketika bacaan – bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa bagian yang di anggap penting untuk menekan poin – poin tertentu dan munculkan beberapa pertanyaan atau berikan contoh – contoh.
  1. Setiap orang adalah guru (everyone is a teacher here)
Ini merupakan strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang “ pengajar” terhadap peserta didik yang lain. Prosedur dari strategi ini adalah :

1). Guru membagikan kartu kepada kepada setiap peserta didik. Guru meminta peserta didik untuk menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi yang sedang di pelajari di dalam kelas atau topic khusus yang akan mereka diskusikan di dalam kelas. Misalnya ketika materi pelajaran tentang puasa maka mereka membuat pertanyaan yang berkaitan dengan puasa.

2). Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu persatu kartu tersebut kepada setiap peserta didik. Guru meminta peserta didik membaca dalam hati pertanyaan ataupun topic yang ada dalam kartu dan pikirkan satu jawaban.

3) Guru memanggil sukarelawan untuk membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan member respon.

4) Setelah melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.

  1. Menulis pengalaman secara langsung (writing in the here and now)
Menulis membantu peserta didik merefleksikan pengalaman – pengalaman yang telah mereka alami. Prosedur strategi ini adalah :

  1. Guru memilih jenis pengalaman yang di inginkan untuk di tulis oleh peserta didik, misalnya menceritakan tentang sholat tarawih

  1. Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik tidak merasa buru – buru.

  1. Setelah selesai peserta didik menulis guru menginformasikan kepada peserta didik tentang pengalaman yang telah di tulis untuk tujuan refleksi. Guru memberitahukan peserta didik bahwa cara yang berharga untuk merefleksikan pengalaman adalah dengan mengenangnya.

  1. Guru mendiskusikan hasil tulisan siswa tersebut bersama – sama












PENUTUP

Strategi Pembelajaran untuk mengaktifkan Individu, untuk era saat ini sangatlah di tuntut dalam penerapannya. Pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan kreatif, menjadi salah satu indikasi proses pembelajaran itu akan tercapai dengan baik. Strategi semacam ini, menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran yang mengharapkan adanya output yang signifikan dalam hal ini peserta didik.
Pembelajaran konvesional yang salah satu indikasinya tidak adanya feedback dari peserta didik ke pendidik, menjadikan proses pembelajaran ini jauh dari standar. Peserta didik yang dalam proses pembelajarannya, hanya mengacu pada transfer pengetahuan tentunya tidak akan cepat berkembang di sisi pengetahuannya. Karena memang prosesny yang tidak memihak pada kreatifitas peserta didiknya.
Maka dari itu, sebisa mungkin kita yang nantinya menjadi penerus guru bangsa kita akan berusaha sebisa mungkin membuat kondisi ruagan sekolah senyaman mungkin, damai, penuh aura positif, tentunya dengan sedikit aplikasi dari proses pembelajaran yang berusaha untuk mengaktifkan kreatifitas berpikir peserta didik.
Akhirnya kami ucapkan Alhamdulillah, dengan di seleskannya makalah ini, dengan pembahasan Strategi Pembelajaran untuk Mengaktifkan Individu. Kiranya hanya itu yang dapat kami sajikan, mudahan dapat menjadi khasanah baru kemajkeilmuan kita. Tak lupa, di sampaikan maaf, bila mana hasil pembahasan kita ini masih terlalu sempit dan belum mewakili apa yang menjadi intinya. Mohon maaf
DAFTAR PUSTAKA

Martins Yamin & Bansu I. Ansari, Taktik mengembangkan kemampuan Individual siswa. Gaung Persada Press. Jakarta. Hlm. 25-27

Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.


Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS, 2004.

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Kencana Prenada Group. Jakarta. 2009.hlm. 126
1 Silberman, Mel, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta, YAPPENDIS, 2004.

2 Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
3 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Kencana Prenada Group. Jakarta. 2009.hlm. 126
4 Ibid hlm. 126
5 Martins Yamin & Bansu I. Ansari, Taktik mengembangkan kemampuan Individual siswa. Gaung Persada Press. Jakarta. Hlm. 25-27
6 Ibid. Taktik Mengaktifkan Kemampuan Individual Siswa. Hlm. 31-33.