SEJARAH BANYUMAS KUNO

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 05.30

BAB 1
PENDAHULUAN

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, suku, ras, adat-istiadat dan beraneka ragam kebudayaan. Indonesia tidak hanya kaya akan kebudayaan saja tetapi juga, memiliki kekayaan alam dan hasil bumi yang melimpah, yang membuat negara-negara lain menjajahnya karena ingin menguasai kekayaannya.
 Indonesia memiliki beribu pulau yang disetiap pulau terdapat banyak suku, dan tiap-tiap suku mempunyai beragam kebudayaan yang berbeda-beda, salah satunya yaitu, pulau Jawa. Pulau jawa adalah pulau yang terkenal ramah, sopan, dan bersahabat penduduknya, yang sangat kental menganut budaya ketimuran dibanding dengan pulau yang lain.
Pulau jawa juga terkenal akan tradisi kejawennya, dan kental khas budayanya. Pemakalah disini akan membicarakan tentang kota Banyumas yang terletak dipulau Jawa. Banyumas adalah sebuan nama salah satu ibukota yang ada di Jawa Tengah. Setiap nama sebuah tempat memiliki cerita/sejarah tersendiri, begitu juga Banyumas, dan sebagai warga Banyumas kita harus tau dan melestarikan sejarah kebudayaannya agar tidak pudar dan luntur akibat pengaruh budaya asing yang masuk. Agar sampai pada generasi penerus kita nanti
Maka perlu dipelajari tentang sejarah terjadinya kota Banyumas ini, terutama bagi warga banyumas sendiri agar tidak buta akan sejarah dan kebudayaan tempat kelahiran kita sendiri.
 
 

BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH BANYUMAS KUNO

Sejarah (Babad) Banyumas tidak dapat dipisahkan dengan Kerajaan Galuh Purba atau Galuh Sindula (dibangun sebelum abad V Masehi). Kerajaan tersebut dibangun disekitar Gunng Slamet, namun setelah itu pusat kerajaan dipindah ke Garut – Kawali (daerah Ciamis, abad VI-VII M) dengan membentuk atau melanjutkan pemerintahan di Kerajaan Galuh Kawali. Kerajaan Galuh Purba (Galuh Sindula) dibangun oleh para pendatang dari Kutai, Kalimantan Timur. Para pendatang tersebut meninggalkan Kutai sebelum agama Hindu masuk ke Kutai sehingga mereka belum menganut agama Hindu. Jadi para pendatang itu meninggalkan Kutai sebelum jaman pemerintahan Kerajaan Kutai Mertadipura.
Menurut catatan Van der Meulen (1988): (Indonesia di ambang sejarah- Kanisius), para pendatang dari Kutai tersebut pindah ke Pulau Jawa jauh sebelum abad III M. Mereka mendarat disekitar Cirebon. Mereka terus masuk kedaerah pedalaman, sebagian ada yang menetap disekitar gunung Ciremai, dan sebagian lagi terus melanjutkan perjalanan kearah selatan sampai didaerah sekitar Gunung Slamet dan lembah Sungai Serayu.
Mereka yang menetap disekitar Gunung Ciremai nantinya membangun Peradaban Sunda, sementara mereka yang menetap disekitar Gunung Slamet kemudian membangun Kerajaan Galuh. Menurut laporan yang ditu[is oleh Tim Peneliti Sejarah Galuh (1972),  Kerajaan Galuh Purba tersebut dibangun oleh Ratu Galuh. Disebutkan bahwa kemungkinan nama kerajaan tersebut adalah kerajaan Galuh Sindula. Ada pula naskah yang memberi nama kerajaan Bojong Galuh, dengan ibukotanya di Medang Gili. Antara abad I-VI M, Kerajaan Galuh Purba tersebut berkembang, namun belum memiliki catatan sejarah, yang jelas antara abad I-VI M tersebut banyak kerajaan yang menggunakan nama Galuh.
Selain Kerajaan Galuh Purba/Bojong, atau Galuh Sindula yang kemudian pindah ke Garut-Kawali. Salah satu Kerajaan bawahan Galuh Purba yaitu Kerajaan Galuh Kalinggamulai berkembang, bahkan menurut Babad Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara (tulisan Pangeran Wangsakerta dari Cirebon), pada abad VII-VIII M ada tiga Wangsa (Dinasti) yang berkembang yaitu: Wangsa Kalingga, Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra. Catatan tersebut sesuai dengan buku yang ditulis oleh Fruin-Mees: Geschiedenis van Java, 1919, halaman 16-20. Berarti Kerajaan Galuh Kalingga yang sebelumnya sebagai bawahan Kerajaan Galuh Purba, nantinya menjadi kerajaan yang berkembang setelah memisahkan diri dari Kerajaan Galuh Purba dan berdiri sendiri menjadi Kerajaan Kalingga.
Setelah pusat pemerintahan kerajaan Galuh Purba dipindah ke Garut-Kawali, pengaruh kerajaan ini di wilayah bagian timur makin surut dan digantikan oleh Kerajaan Kalingga yang pamornya semakin berkembang.sementara itu, diwilayah barat, Tarumanegara (kelanjutan dari kerajaan salak negara) mulai tumbuh, bahkan Kerajaan Galuh Kawali akhirnya menjadi bawahan/bagian dari Kerajaaan Tarumanegara. Antara tahun 395-434, pada masa pemerintahan raja Purnawarman, kerajaan Tarumanegara membawahi 48 kerajaan –kerajaan bawahan. Kerajaan bawahan yang paling timur berpusat diwilayah Purbalingga sekarang, dan ini kemungkinan kerajaan Galuh Purba sebelum pusat pemerintahannya dipindahkan ke garur-kawali. Sebagiam kerajaan-kerajaaan bawahan tersebut sudah ada sebelum kerajaan Tarumanegara dibangun, sehingga kerajaan-kerajaan bawahan tersebut telah ada sebelum 358 M, sebagai contoh ialah Kerajaan Salaknegara.
Pada saat Kerajaan Tarumanegara diperintah oleh rajaCandrawarman (515-535 M), banyak para penguasa kerajaan bawahan yang memperoleh kekuasaan kembali sebagai hadiah kesetiaan pada Kerajaan Tarumanegara. Ini termasuk kerajaan Galuh Purba, tetapi belum jelas hadiah tahta Kerajaan Galuh Purba itu diberikan pada siapa, yang pasti bukan diberikan pada Raja Wretikandayun (karena dalam babad Sunda, Raja Wretikandayun disebut sebagai pendiri Kerajaan Galuh). Namun yang benar adalah Wretikandayun ialah Raja galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Tarumanegara sewaktu tarumanegara diperintah oleh Prabu Tarusbawa. Ada catatan yang menyebutkan Kerajaan galuh mulai dibangun pada tahun 516 M. Sementara, Wertikandayun mulai menjadi raja pada tahun 516 M, dengan pusat pemerintahan di Banjar Patruman.
Selain itu, ada hal yang menimbulkan tanda tanya, bagaiman hubungan Kerajaan Galuh yang dibangun pada tahun 516 M tersebut dengan Kerajaan Kendan, sebab raja Wertikandayun adalah keturunan dari raja-raja kerajaan Kendan. Ada beberapa kemungkinan, diantaranya, Wertikandayun memperoleh hak tahta Kerajaan Galuh melalui Rajaputra Suraliman (eyang kakung dari Wertikandayun) yang menjabat sebagai panglima perang Tarumanegara, atau juga bisa melalui hubungan perkawinan antara kerabat keraton yang sudah umum terjadi pada waktu itu. Jadi, Wertikandayun disamping menguasai Galuh sekaligus juga menguasai Kendan. Setelah itu, Wertikandayun membangun ibukota kerajaan baru didaerah Kawali.

Wilayah Kekuasaan Kerajaan Galuh Purba
Kerajaan Galuh Purba memiliki kekuasaan yang cukup luas, mulai dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Cilacap, Purbalingga, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen, bahkan ada yang menyebutkan sampai ke Kedu, Kulonprogo dan Purwodadi.
Sampai sekarang banyak tempat didaerah tersebut yang menggunakan nama galuhgaluh, diantaranya raja Galuh (Cirebon), galuh (Purbalingga), Galuh Timur (Bumiayu), Sirah Galuh (Cilacap), Begaluh (Leksono), Samigaluh (Purworejo, Kedu), Sigaluh (Purwodadi).  Menurut sejarawan Van der Meulen diduga keras bahwa semua tempat tersebut dulunya wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Galuh Purba.
Kerajaan Galuh Kawali
Menurut catatan di Prasasti Bogor, Kerajaan galuh Kawali memang pindahan dari Kerajaan Galuh Purba yang berada disekitar Gunung Slamet yang merupakan pusat Kerajaan Wangsa Galuh Purba yang kemudian pindah dari wilayah Banyumas ke wilayah sekitar Garut-Kawali. Kepindahan tersebut dikarenakan Kerajaan Galuh Purba kalah pamor dengan para leluhur Wangsa Sailendra yang sudah mulai berkembang.
Pusat Kerajaan Galuh Purba pindah ke Garut-Kawali sekitar abad V akhir atau awal abad VI M. Dan pada sekitar abad XIII pusat Kerajaan Galuh Kawali pindah lagi dan bergabung dengan kerajaan Sunda serta berganti nama menjadi Pakuan Padjadjaran . catatan pindah dua kali itu terdapat pada Prasasti Bogor.
Setelah pamor kekuasaan Galuh Purba mulai merosot, wilayah-wilayah, atau kerajaan-kerajaan bawahannya kemudian tunduk pada Kerajaan Tarumanegara, termasuk Kerajaan Galuh Kawali juga menjadi kerajaan bawahan Tarumanegara.
Sewaktu Kerajaan Tarumanegara mulai lemah (pada saat itu dalam kekuasaan pemerintahan tarusbawa, 669 M). Kerajaan galuh Kawali sebagai kerajaan bawahannya kemungkinan malah sudah menjadi kuat kembali, ditambah pula dengan adanya aliansi perkawinan antara kerabat keraton Kerajaan Kalingga dengan kerabat keraton Kerajaan Galuh Kawali. Hal itu yang mendorong raja Galuh Kawali yang bernama Wretikandayu berani menuntut kekuasaan untuk tidak lagi menjadi kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara (raja Galuh Kawali ingin merdeka). Pada saat Raja Galuh Kawali telah merdeka, Prabu Tarusbawa mewarisi tahta Tarumanegara lewat istrinya yaitu Putri Manasih (putri pertama Prabu Linggawarman). Tarumanegara pada waktu itu sudah sangat merosot pamornya, apalagi setelah Prabu Tarusbawa mengganti nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda dan sekaligus memindahkan pusat pemerintahan ke Sundapura (maksud Prabu Tarusbawa agar pamor Tarumanegara kembali kuat seperti pada saat dibawah pemerintahan Raja Purnawarman). Situasi tersebut merupakan kesempatan bagi Raja Galuh Kawali, Wertikandayun untuk memisahkan diri dengan meminta bantuan pada Kerajaan Kalingga (kerajaan besannya). Untuk menghindari perang saudara, Prabu Tarusbawa mengabulkan tuntutan Raja Galuh Wretikandayun.
Wilayah Kekuasaan Galuh Kawali
Kerajaan Galuh Kawali memiliki wilayah kekuasaan mulai dari sungai Citarum terus kearah timur sampai ke Sungai Cipawali, Brebes.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M. Jayasingawaraman sesungguhnya berasal dari Ceylon (Srilanka sekarang ) India, yang mengungsi ke Nusantara karena bangsanya kalah perang. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman berada disekitar Sungai Gomatri (sekarang wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah kelanjutan dari Kerajaan Salaknegara. Setelah itu  Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda adalah kelanjutan dari Kerajaan Tarumanegara, sedangkan Kerajaan Galuh adalah kerajaan yang memisahkan diri dan diperintah oleh Wretikandayun. Raja Tarumanegara terakhir sebenarnyaRaja Sang Linggawarman karena Tarusbawa yang meneruskan tahta di Tarumanegara adalah menantu Raja Sang Linggawarman.
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga dibangun oleh orang-orang keturunan salah satu kerajaan di Negara Orrisa di Negeri India karena bangsanya kalah perang. Para keturunan kerajaan tersebut kemudian pindah menyebar sampai ke Pulau Jawa. Ada dua kerajaan yang dibangun oleh keturunan India yang berada didalam catatan sejarah, yakni:                                     
1.      Kerajaan salaknegara di Banten;
2.      Kerajaan Kalingga di sekitar Jepara, Jateng. 
Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah dibangun pada tahun 640 M didaerah Keling dekat Jepara sekarang. Kira-kira tahun 732 M Wangsa Sanjaya merubah nama Kalingga menjadi Mataram (Mataram Kuno atau Hindu).  Ia sendiri menjadi raja pertama Mataram Hindu dengan ibukotanya di Medang Kamulan. Wangsa Sanjaya pula yang membangun candi-candi hindu di Jawa Tengah, antara lain: Candi Prambanan, Candi Mendut,  Candi Rorojonggrang, dsb.
Silsilah Raja-Raja Kalingga
Tidak ada catatan siapa yang menjadi raja pertama di Kalingga tapi tercatat salah seorang rajanya bernama Dewi Simha.
·        Dewi sSimha;
·        Limwa atau Gajayana (kerajaan Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur);
·        Uttejana;
·        Anana .

Catatan:
Pada akhirnya, wangsa sanjaya memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu ke Jawa Timur pada masa pemerintahan Raja Empu Sindok. Pemindahan pusat pemerintahan tersebut disebabkan oleh bencana alam meletusnya Gunung Merapi. Di Jawa Timur Empu Sindok mendirikan Kerajaan Medangkamulan. Empu Sindok kemudian diganti oleh putranya yaitu Prabu Dharmawangsa. Selanjutnya Prabu Dharmawangsa digantikan oleh putera menantunya yaitu Prabu Airlangga yang berasal dari Pulau Dewata, Bali. Pada masa pemerintahan raja Airlangga kemudian Kerajaan Medangkamulan berganti nama menjadi Kerajaan Kahuripan. Kerajaan Kahuripan kemudian dibagi menjadi dua wilayah, masing-masing untuk kedua putera Raja Airlangga dari garwa-ampean yaitu wilayah Kediri dan Jenggala.
Putra Prabu Airlangga dari garwa Padmi (permaisuri) adalah perempuan yang bernama Dewi Kilisutji, dan ia tidak berminat untuk menjadi raja menggantikan tahta Ayahandanya Prabu Airlangga. Dewi Kilisutji lebih suka menjadi seorang Brahmana.
Kerajaan Kediri dan Jenggala akhirnya dapat disatukan kembali melalui hubungan perkawinan putera Raja Kediri dan Jenggala (yang terkenal dengan ceritera rakyat “Panji Asmara Bangun dan Dewi Sekartaji”).  Di Jawa Timur, disamping berdiri Kerajaan Kediri, juga ada kerajaan kecil dibawah pemerintahan Akuwun Tunggul Ametung. Atuwu Tunggul Ametung kemudian dapat dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah Tumapel runtuh maka berdiri Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok.
Raja Singasari yang termasyhur adalah Prabu Kertanegara. Raja Kertanegara kemudian dibunuh oleh Djadjakatwang dari Kediri yang berkomplot dengan puteranya yang menjadi salah seorang menantu Prabu Kerta negara yaitu Ardaraja. Salah seorang menantu Prabu Kertanegara selain ardaradja adalah R.Widjaja. R.Widjaja inilah yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit setelah dapat mengalahkan Djajakatwang dan sekaligus memukul mundur pasukan Kaisar Bilai Khan dari Mongol.
Kekuasaan Kerajaan Majapahit mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah mada. Pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, Mahapatih Gajah Mada dapat menyatukan seluruh wilayah Nusantara dibawah pemerintahan Kerajaan Majapahit. Wilayah kekuasaan Majapahit pada waktu itu, meliputi pulau-pulau besar dan kecil diseluruh Nusantara, seperti : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, Kep. Nusatenggara, Kep. Maluku, Papua, Kep. Sulu di Philiphina, Semenanjung Malaka, Cempa, bahkan sampai ke P. Madagaskar.
Kekuasaan Majapahit runtuh pada waktu di bawah kekuasaan Raja Brawidjaya V. jatuhnya kekuasaan Prabu Brawidjaya V disebabkan oleh serangan Prabu Ranawidjaya dari Kediri, bukan oleh puteranya R. Patah yang pada waktu itu sudah menjadi sultan Demak, bahkan pada akhirnya Sultan Brawidjaya V bergabung dan dalam perlindungan puteranya, R. Patah, Sultan Demak, sampe Prabu Brawidjaya V mangkat dan disemayamkan di Demak. Sultan Demak pula yang dapat menaklukan Prabu Ranawidjaya dari Majapahit. Kekuasaan Demak berahir sampai pada masa pemerintahan sultan Trenggana.
Setelah Demak runtuh kemudian berdiri Kesultanan Pajang dibawah kekuasaan Sultan Hadiwidjaya (Djaka Tingkir atau Mas Krebet). Sultan Hadiwidjaya juga masih keturunan Prabu Brawidjaya V dengan silsilah melalui putera Prabu Brawidjaya V yaitu pangeran Handajaningrat Pengging Sepuh, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga dan Djaka Tingkir atau Mas Krebet (setelah menjadi Sultan Pajang kemudian bergelar sultan Hadiwidjaya).
Kemudian, Pajang jatuh dan digantikan oleh Mataram yang didirikan oleh R. Sutawidjaja atau Penembahan Senopati. R. Sutawidjaja selain sebagai putera angkat sultan Hadiwidjaja, ia juga masih keturunan dari Prabu Brawidjaja V dari Majapahit. Selanjutnya, melalui Perjanjian Gianti kemudian Mataram dibagi menjadi dua wilayah kekuasaan yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

BAB III
PENUTUP

Sejarah (babad) Banyumas tidak dapat dipisahkan dengan Kerajaaan Galuh Purba atau GaluhSindula. Sebelum terbentuknya Banyumas, Banyumas mempunyai sejarah kono yang meliputi tentang terbentuknya sejarah berbagai kerajaan, seperti : Kerajaan Galh Purba, Galuh Kawali, Tarumanegara, Kalingga dan amsih banyak lagi berbagai kerajaan yang ada diwilayah Jawa dan sekitarnya.
 Tetapi karena kurangnya refrensi dan minimnya pengetahuan pemakalah menyebabkan kurang jelas dan detailnya isi makalah oleh karena itu pemakalah mohon maaf dan meminta kritik dan saran demi kebaikan makalah agar lebih bagus dalam membuat makalah.

 DAFTAR PUSTAKA
Warwin, 2009. Sejarah Banyumas dari Masa ke Masa.