♠ Posted by IMM Tarbiyah in Kuliah Umum at 06.19
REVIEW ILMU KALAM
A. PENGERTIAN
ILMU KALAM
Dalam
kajian study islam, kalam berarti sabda/firman Tuhan, namun dalam masa
kontemporer kalam tidak hanya focus berbicara tentang tuhan namun lebih
memfokuskan berbicara tentang kemanusiaan seperti kemiskinan.
Pengertian
ilmu kalam secara maknawiyah/para ahli,
a.
Al-Taftazzani dalam dirasat fi
al-Falsafah al-Islamiyah menjelaskan: ilmu kalam adalah ilmu yang
membahas tentang kalam Allah, apakah kalam Allah bersifat hadis/qadim.
b.
Harun nasution dalam teologi
melihatnya dari dua persepektif, yaitu persepektif objek dn subjek.
c.
Musthafa abdul razik: ilmu ini
(ilmu kalam) yang berkaitan dengan akidah imani ini sesungguhnya dibangun di
atas argumentasi-argumentasi rasional. Atau, ilmu yang berkaitan dengan akidah
islami ini bertolak atas bantuan nalar.
d.
Ibnu kaldun mendefinisikan ilmu
kalam :
Ilmu
kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah
imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.
Imu
kalam juga biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain ilmu usuludin,
ilmu tauhid, fiqih al-akbar, dan teologi islam. Disebut ilmu ussuludin
kerena ilmu ini membahas pokok-pokok agama, disebut ilmu tauhid karena
ilmu ini memebahas tentang keesaan Allah swt, teologi islam merupakan
istilah lain dari ilmu kalam, yang diambil dari bahasa inggris, theology.
William. L. Reese mendefinisikannya dengan diskursus atau pemikiran tentang
tuhan. Dengan mengutip kata-kata William Ockham, Reese lebih jauh mengatakan
teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta
independensi filsafat dan ilmu pengetahuan, sementara itu, Gove mengatakan
bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman
agama secara rasional.
B. SUMBER-SUMBER
ILMU KALAM
Sumber-sumber ilmu kalam adalah
sebagai berikut,
1. Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam, Alquran banyak menyinggung hal
yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah
a. Q.S
Al-Ikkhlas (112): 3-4. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan tidak beranak dan
diperanakkan, serta tidak ada setara sebanding sesuatupun.
b. Q.S
Asy-Syura (42): 7. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan tidak menyerupai sesuatu
apapun di dunia ini, ia maha mendengar dan maha mengetahui
2. Hadis
Beberapa hadis yang
kemudian dipahami sebagian para ulama sebagai prediksi nabi mengenai
kemunculan berbagai golongan dalam ilmu
kalam diantara adalah,
“Hadis yang diriwayatkan dari abu hurairah r.a ia
mengatakan bahwa rasulullah bersabda, “orang-orang yahudi akan terpecah belah
menjadi tujuh puluh dua golongan, dan
umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh golongan.
3. Pemikiran
manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat
islam sendiri atau pemikiran yang berasal dari luar umat islam. Sebelum
filsafat yunani masuk dan berkembang di dunia islam, umat islam sendiri telah
menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan ayat-ayat Alquran, terutama yang belum jelas maksudnya (al-mutasyabihat).
C. SEJARAH
PERSOALAN ILMU KALAM
Dari beberapa referensi mengatakan, kemunculan persoalan
kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman
bin Affan yang kemudian persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi
dalam islam, yaitu:
a. Aliran
khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar
adalah kafir, dalam arti telah keluar dari islam, atau tegasnya murtad dan
wajib dibunuh.
b. Aliran
murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar
masih tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu
terserah kepada Allah untuk mengampuni
atau menghukumnya.
c. Aliran
mu’tazilah, yang tidak menerima kedua pendapat diatas. Bagi
mereka, orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin. Mereka
mengambil posisi antara mukmin dan kafir, yang dalam bahasa arabnya terkenal
dengan istilah al-manzilah manzilatain (posisi di antara dua posisi).
Dalam islam, timbul pula dua
aliran teologi yang terkenal dengan nama Qadariyah dan jabariyah, menurut
qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.
Adapun jabariyah, berpendapat sebaliknya bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.
D. KERANGKA
BERPIKIR ILMU KALAM
Perbedaan metode berpikir
secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi dua macam, yaitu kerangka
berpikir rasional dan metode berpikir tradisional.
Metode berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip berikut
ini:
1. Hanya
terkait pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut dalam Alquran dan
hadis nabi, yakni ayat yang qath’I (teks yang tidak diinterpretasi lagi
kepada arti lain, selain arti harfinya).
2. Memberikan
kepada menusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat
kepada akal.
Adapun berpikir tradisional memiliki prinsip-prinsip berikut
ini:
1. Terikat
pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengndung arti zhanni (teks yang
boleh mengandung arti lain selain arti harfinya.
2. Tidak
memberikan kebebasan kepada menusia dalam berkehendak dan berbuat.
3. Memeberikan
daya yang kecil kepada akal.
E. PEMBAGIAN
ILMU KALAM
1. Kalam
klasik
kalam yang kerangka berpikirnya ada dua, ada yang tekstual
dan ada yang kontekstual. Maka ada dua kerangka berpikir tradisional dan
rasional
a. Kalam
tradisional: kalam yang kerangka berpikirnya berdasarkan wahyu (tekstual)
dan tidak mau melakukan pentakwilan (interpretasi) terhadap wahyu baik
atyat-ayat yang muhtamat maupun ayat-ayat yang mutasyabihat.
Yang termasuk kedalam bagian ini adalah: khawarij, murji’ah,
asariyah, dan maturidyah.
b. Kalam
rasional: yaitu aliran kalam yang kerangka pikirnya berdasarkan pada rasio (akal),
untuk menghindari pertentangan antara akal dan wahyu kelompok ini tidak ragu
untuk melakukan pentakwilan (interpretasi) terhadap wahyu, adapun ynag
termasuk pada kelompok ini adalah: qadariyah, dan aliran mu’tazilah.
2. Kalam
modern
Yaitu sebuah aliran yang kerangka berpikirnya secara
rasional, adapun wahyu berfungsi sebagai konfirmasi yaitu untuk menguatkan dan
menyempurnakan pengetahuan akal dan informasi, wahyu juga berfungsi menolong
akal untuk mengetahui sifat.
F. KRITIKAN
TERHADAP ILMU KALAM
a. Aspek
epistimologi
Sisi kelamahan dalam aspek ini adalah aspek metodologi
terutama dalam menafsirkan ayat alquran yang tidak memperhatikan asbabun nuzul
dan pemaknaan bahasa.
b. Aspek
ontology
Sisi kelemahannya, bahwa kalam tidak hanya membahasa tentang
aspek ketuhanan akan tetapi juga harus menyentuh hajat hidup umat manusia.
c. Aspek
aksiologi
Sisi kelemahannya, aliaran kalam klasik, perlu adanya dekontruksi
terhadap pemikiran kalam berikutnya.