♠ Posted by IMM Tarbiyah in Teori Pendidikan at 21.41
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunaani, Paedagogy
yang mengandung makna, seorang anak yang pergi dan pulang sekolah
diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput
dinamakan Paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. ( Noeng Muhadjir, 2000: 20-21)
Banyak
pendapat yang berlainan tentang pendidikan. Walaupun demikian,
pendidikan berjalan terus tanpa menunggu keseragaman arti. Salah satu
diantaranya mengatakan bahwa pendidikan adalah hasil peradaban suatu
bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang
berfungsi sebagai filsafat pendidikannya; suatu cita-cita atau tujuan
yang menjadi motif ; cara suatu bangsa berpikir dan berkelakuan, yang
dilangsungkan turun temurun dari generasi ke generasi (Siti Meichati,
1975 : 5)
Beberapa
yang ikut berperan penting dalam dunia pendidikan, seperti : Guru,
peserta didik, media, kurikulum, undang-undang pendidikan, dan lain
sebagainya. Pada hakekatnya guru bukan hanya sebagai pengajar, melainkan
sebagai pendidik yang menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta
didiknya. Ada pun dalam penyampaian materi kepada peserta didik ada
beberapa macam metode, antara lain[1] :
a) System tutor
System
tutor ini banyak digunakan di Inggris dan negara-negara yang mengikuti
system pendidikan di Inggris. Dalam system ini siswa harus lebih dahulu
mengadakan bacaan atau belajar sendiri. Pertanyaan diajukan tutor
berdasarkan bacaan itu, dengan demikian membimbing jalan berpikir
peserta didik. Selain itu, tutor menilai hasil belajar peserta didik dan
atas dasar itu memberikan feedback yang pada akhirnya tutor
menyampaikan kepada peserta apa yang harus dibacanya lagi. Disini tutor
bertindak sebagai manager belajar dengan mengarahkan jalan pikiran
peserta didik.
Agar
system tutor ini berhasil, peserta didik harus sanggup belajar sendiri
dengan penuh disiplin dan mampu mengambil isi dan inti apa yang
dibacanya dari buku. Sistem ini sesuai jika diterapkan kepada mahasiswa
yang dianggap sanggup belajar sendiri dengan diberi buku. Sistem tutor
terdiri atas : pertanyaan, diskusi, penilaian dan feedback.
b) Metode kuliah
metode
ini sangat umum dipakai, baik di perguruan tinggi maupun di sekolah
menengah. Suatu kuliah atau ceramah memilik manfaat, diantaranya :
memberikan motivasi dengan membangkitkan minat untuk suatu topic yang
dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang lebih luas dan memberitahukan
kepada peserta didik tentang hasil belajar yang diharapkan dari mereka, serta dapat berusaha untuk membimbing pelajar dalam pelajarannya.
Untuk
menambah efektivitas kuliah dapat digunakan media pengajaran yang lain
seperti : gambar, grafik, demonstrasi atau benda-benda. Dalam kuliah
tidak ada penilaian atas peserta didik, tidak ada pula feedback.
c) Resitasi
Resitasi
banyak dikecam karena hanya didasarkan pada hafalan semata. Namun
resitasi dianggap baik untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
menguasai dan memahami materi pelajaran yang sudah disampaikan.
Evektifitas
resitasi tergantung pada kesanggupan peserta didik untuk belajar
sendiri di rumah. Bahan pelajaran itu hendaknya dikuasai oleh semua
peserta didik dalam kelas itu sehingga penguasaan mereka akan lebih
dimantapkan lagi dengan penilaian dan feedback.
d) Diskusi
Diskusi
bukan menanyakan apa yang dipelajari oleh peserta didik, akan tetapi
mencari implikasi apa yang telah dipelajari. Jadi dengan transfer
pengetahuan peserta didik. Adapun yang didiskusikan adalah topic yang
belum pernah dihadapi.
Agar
diskusi berhasil dengan baik diperlukan keterampilan guru. Pertanyaan
yang diajukan tidak memancing pengetahuan atau informasi mengenai
fakta-fakta, akan tetapi untuk mencari hipotesis-hipotesis. Tujuan
diskusi bukan untuk mencari jawaban melainkan untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat.
Agar
diskusi berjalan lancer, setiap murid harus mempunyai sejumlah
pengetahuan tentang masalah yang dipersoalkan. Diskusi tidak dimaksud
sebagai cara untuk belajar sesuatu yang baru, akan tetapi untuk
mentransfer apa yang telah dipelajari.
e) Laboratorium
Laboratorium
adalah suatu bentuk mengajar yang menghadapkan murid dengan benda-benda
dan peristiwa-peristiwa. Meskipun laboratorium biasanya dikaitkan
dengan pengajaran IPA, namun laboratorium dapat juga dikaitkan dengan
pelajaran lainnya, misalkan laboratorium bahasa, juga jika kita
melakukan karyawisata maka lingkungan merupakan laboratorium geografi,
geologi dan IPS. Laboratorium menggunakan benda dan peristiwa yang
dipelajari dan dapat mengadakan pengukuran untuk menghitung
perubahan-perubahan yang terjadi.
Dalam
laboratorium sebagai bentuk mengajar dapat diikuti prosedur sebagai
berikut : merumuskaan hipotesis, merumuskan definisi oprasional,
mengontrol dan memanipulasi variable-variabel, melakukan eksperimen,
menciptakan “model” dan menafsirkan data. Eksperimen dalam laboratorium
hendaknya mengandung sesuatu yang baru, sehingga pekerjaan itu
merangsang dan bukan sekedar mengikuti prosedur secara rutin.
f) Pekerjaan rumah
Pekerjaan
rumah dianggap sebagai bagian yang penting dari pengajaran di SD maupun
di Perguruan Tinggi. Adapun bentuknya bermacam-macam seperti :
Pekerjaan rumah sebagai belajar sendiri mislanya : mempelajari satu bab
dari buku pelajaran, menerjemahkan bahasa asing, menghafal sajak, dan
sebagainya. Pekerjaan rumah sebagai latihan, mislanya membuat soal-soal
matematika atau fisika yang sudah dipelajari aturan-aturan dan
prinsip-prinsipnya. Pekerjaan rumah juga bisa berupa “proyek” yakni
ditugaskan mengumpulkan sejumlah bahan berhubungan dengan suatu masalah
untuk menyusun suatu laporan, membuat percobaan dan demonstrasi.
Pada
umumnya pekerjaan rumah dipandang sebagai unsur yang penting dalam
pengajaran. Hasil belajar murid banyak ditentukan hingga manakah ia
melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik dan jujur. Fungsi pekerjaan
rumah yang terpenting adalah mendorong anak belajar sendiri.
Pekerjaan
rumah ini harus direncanakan oleh guru agar efektif, dalam artian :
Pekerjaan rumah harus diintegrasikan dengan apa yang telah dipelajari
anak sebelumnya, Pekerjaan rumah harus ddasarkan atas apa yang telah
dikuasai oleh anak dan Pekerjaan rumah harus didasarkan atas pengetahuan
dan keterampilan yang telah dikuasai semua peserta didik.
[1] S.Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Sinar Grafika Offset. Cet.14 h.199