LAPORAN OBSERVASI IDENTIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA DI RT 02 RW 02 KEL. PURWOSARI KEC. BATURADEN KAB. BANYUMAS

♠ Posted by IMM Tarbiyah in , at 09.56

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS
KEC. BATURADEN
KEL. PURWOSARI

SURAT KETERANGAN MELAKUKAN
OBSERVASI (HOME VISIT)

Yang bertandatangan dibawah ini, Ketua RT 02 RW 02 menerangkan bahwa:
Nama
: Dwi Setyowati
Status
: Mahasiswa
NIM
: 072331051
Semester
: VII (tujuh)
Jur/Prodi
: Tarbiyah

Telah melaksanakan tugas observasi (home visit) di RT02 RW02 Kel. Purwosari Kec. Baturaden Kab. Banyumas.
Demikian surat ini kami buat sebagai bukti bahwa mahasiswa diatas telah menyelesaikan tugas terstrukturnya yaitu observasi (home visit), mohon dijadikan periksa dan harap maklum.
Purwosari, 26 Januari 2011
Ketua RT02 RW02,



(……………………….)
BAB I
PENDAHULUAN
Sungguh Kami ciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk” (At-Tin: 4)
Anak adalah anugrah maha agung, karena diciptakan oleh kreator Maha Agung yang keagungannya tak tertandingkan. Maka dalam kondisi apa pun, bersyukurlah para orang tua yang telah dianugrahi amanah itu. Selayaknya amanah, anak harus dijaga dengan cara-cara yang baik dan dibenarkan.
Namun, dalam kemaha Agungan dan kemaha Besaran Tuhan, manusia-manusia dalam kekerdilan hatinya sering memprotes ketika dianugrahii anak yang dalam pandangannya tidak sempurna, mereka menyebutnya cacat atau tidak normal. Orang tua yang mendapatkan anak dalam kondisi “dianggap tidak sempurna” itu sebenarnya bukanlah serta-merta karena mendapat hukuman Tuhan atau petaka yang sering dituduhkan orang-orang kampung. Dan bukan pula karena soal Tuhan mengalami kesalahan teknis dalam mencipta. Ia benar-benar teliti, mengetahui apa-apa yang tidak kita ketahui, Maha Bijaksana, sehingga kita sebagai hamba-Nya hanya dapat meraba-raba hikmah apa yang Tuhan berikan kepada kita dibalik semua kejadian maupun anugrah yang Ia berikan ini.
Membincang masalah anak, pada kesempatan kali ini saya akan membagi pengalaman observasi saya tentang keluarga yang mempunyai seorang anak yang istimewa. Saya katakan istmewa disini karena Ia tidak seperti anak pada umumnya. Ia mempunyai kebutuhan yang “istimewa” pula dalam pola hidupnya. Ilmuwan yang meneliti tentang keragaman karakter atau keunikan manusia ini menyebutnya sebagai tunagrahita. Tunagrahita adalah gangguan yang dialami anak karena adanya hambatan dalam perkembangan mental-intelektualnya, sehingga anak tunagrahita mempunyai IQ dibawah rata-rata manusia pada umumnya. Dari hasil observasi penulis terhadap anak berkebutuhan khusus (istimewa) ini, anak yang menjadi subyek penelitian ini tergolong mengalami tunagrahita ringan.

BAB II
IDENTITAS ANAK DAN ORANG TUA/
WALI ANAK

  1. IDENTITAS ANAK
  1. Nama :
Tempat dan tanggal lahir/umur :
Jenis kelamin :
Agama ; :
Status anak :
Anak Ke dari Jumlah saudara :
Nama Sekolah :
Alamat Rumah :

  1. Riwayat Kelahiran
penyakit pada masa kehamilan :
Usia Perkembangan masa kelahiran :
Kandungan :
Riwayat proses kelahiran :
Tempat kelahiran :
Penolong proses kelahiran :
Gangguan pada saat bayi lahir :
Berat badan bayi :
Panjang badan bayi :
Tanda-tanda kelainan pada bayi :
  1. Perkembangan Masa Balita
Menetek ibunya hingga umur :
Minum susu kaleng hingga umur :
Imunisasi (lengkap/tidak) :
Pemeriksaan /penimbangan rutin/tidak :
Kualitas makanan :
Kuantitas Makanan :
Kesulitan makan (ya/tidak) :

  1. Perkembangan Fisik
Dapat berdiri pada umur :
Dapat berjalan pada umur :
Naik sepeda roda tiga pada umur :
Bicara dengan kalimat lengkap :
Kesulitan gerakan yang dialami :

Status gizi Balita (baik/kurang) :
Riwayat kesehatan (baik/kurang) :

  1. Perkembangan Sosial
Hubungan dengan saudara :
Hubungan dengan teman :
Hubungan dengan orantua :
Hobi :
Minat Khusus :

  1. Perkembangan Pendidikan
Masuk TK umur :
Lama Pendidikan di TK :
Kesulitan selama di TK :
Pelayanan khusus yang pernah ditrima anak :
MP yang dirasa paling sulit :
MP yang dirasa paling disenangi :

  1. IDENTITAS ORANG TUA
  1. Ayah
Nama ayah :
Umur :
Agama :
Status Ayah :
Pendidikan tertinggi :
Pekerjaan Pokok :
Alamat tinggal :
Ibu
Nama Ibu :
Umur :
Agama :
Status Ibu :
Pendidikan Tertinggi :
Alamat Tinggal :

  1. Orang Hubungan tua-anak
Kedua orang tua satu rumah :
Anak satu rumah dengan kedua orang tua :
Anak diasuh oleh salah satu orang tua :
Anak disuh wali/Saudara :

  1. Sosial ekonomi Orangtua
Jabatan formal ayah dikantor (jika ada) :
Jabatan formal ibu dikantor (jika ada) :
Jabatan informal ayah diluar kantor :
Jabatan informal ibu diluar kantor :
Rata-rata penghasilan (kedua orang tua) perbulan:

  1. Tanggungan dan Tanggapan Keluarga
Jumlah anak :
Ybs. Anak yang ke :
Persepsi orang tua terhadap anak ybs. :
Kesulitan orantua terhadap anak ybs. :
Harapan orang tua terhadap anak ybs. :

Bantuan yang diharapkan orangtua :
  1. JENIS KEISTIMEWAAN
  1. Jenis
Dari hasil observasi, penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa sebenarnya Fitri hanya mengalami tunagrahita ringan (Debil).
  1. Klasifikasi
Fitri dapat dikategorikan dalam Tunagrahita ringan ( Debil) yang memiliki IQ 50-70 bisa mendengar dan berbicara. Bahkan bisa menanggapi pertanyaan dengan baik ketika berdialog dengan penuls. Ia pun tergolong anak yang lincah, bisa bernteraksi dengan lngkungan social dan mampu bekerja akan tetapi sesuai dengan kondisi moodnya
Adapun penyebab Fitri memiliki gangguan tunagrahita ringan dikarenakan semasa balitanya Ia sering sakit-sakitan, sehingga menurut penuturan ibunya, dokter pernah menyatakan bahwa ada syaraf Fitri yang terganggu akibat sakit-sakitannya itu.
  1. Ciri-ciri yang menunjukan Fitri memiliki gangguan Tunagrahita Ringan
  1. Hiperaktif dan gangguan perhatian
Ketika penulis berkunjung ke rumah Fitri, Fitri banyak bergerak di rumahnya. Ia melakukan apa pun yang Ia mau. Namun sayang, dia tidak dapat focus dengan lawan bicaranya tatkala Ia sedang bermain dengan dunianya. Dan ketika dipanggil kadang tidak cukup satu kali, baik oleh penulis maupun ibunya.
  1. Kelemahan menangkap pesan yang disampaikan
Berdasarkan penuturan ibunda Fitri, Fitri pindah dari SD nya ke SDLB disebabkan Ia terlalu lamban dalam menangkap pesan atau pelajaran yang disampaikan gurunya di kelas.

  1. Prestasi akademik yang rendah
Fitri tertinggal atau lambat dalam menerima pelajaran. Sehingga secara otomatis prestasi Dia pun tertinggal, jauh dibawah teman-temannya yang tidak mengalami gangguan tunagrahita.
  1. Sulit mengontrol diri
Meskipun sudah hampir menginjak usia remaja, kadangkala Fitri kurang bisa memilih tindakan yang tepat untuk dirinya. Terutama ketika bersikap diruang publik, Ia kurang bisa menimbang-nimbang sikap, atau kurang peduli terhadap norma dan penilaian orang lain.

BAB III
FIELD NOTE (catatan observasi)
Catatan:
Ibunda Fitri, bu Umiyati adalah penjual pecel keliling yang setiap hari mampir ke kost penulis untuk menjajakan dagangannya. Sehingga untuk mendapatkan informasi tentang Fitri sebenarnya tidaklah sulit. Apalagi Fitri juga pernah beberapa kali ikut ibunya keliling jualan. Namun demi memenuhi prosedur yang harus dipenuhi seorang observer, penulis pun menyempatkan diri untuk bershilaturahim atau berkunjung ke rumah keluarga Fitri.
Belum lama kami ngobrol dan menikmati hidangan yang disajikan oleh bu Umiyati, waktu itu sekitar pukul 10.30 wib pun tiba-tiba datang Fitri dengan seragam sekolahnya. Seperti anak sekolah pada umumnya, Ia pun mengganti bajunya sendiri setibanya di rumah. Setelah itu Ia segera keluar dari rumah dan tak menghiraukan saya yang tengah duduk sebagai tamunya.
Belum lama keluar, Fitri pun kembali ke rumahnya dengan sebatang es lilin ditangannya. Ia tampak malu-malu menghindari bertemu mata dengan saya. Akhirnya saya pun berinisiatif untuk memanggilnya, berharap bisa interview langsung dengannya.
Tak butuh waktu lama, Fitri waktu itu langsung duduk disebelah kanan saya. Saya pun memulai obrolan ringan dengannya.
“Fitri, siapa yang mengajar matematikamu?” pertanyaanku ringan sambil memegangi buku tulisnya yang saya buka pada halaman penuh angka dengan penjumlahannya itu.
“Bu In,” jawabnya sambil memandangi wajahku.
“Trus Bahasa Indonesia, siapa?”
“bu In”, jawabnya lagi
Oh, ternyata saya baru sadar, bahwa untuk SDLB tempat menimba ilmu Fitri memang memakai sistem guru kelas. Bu In mengampu seluruh mata pelajaran kelas 3. Ya, kini Fitri duduk di bangku kelas 3 SDLB.
Saya lanjutkan pertanyaan, “Mata pelajaran apa yang kamu suka, Fit?”
“Matematika” suaranya sumringah.
“kau suka bahasa Indonesia?”
“iya suka…”
Wah, jangan-jangan suka semuanya nih, bisiku dalam hati. Kemudian beralih pertanyaan, “sekelasmu berapa jumlah anaknya fit?”. Pertanyaanku yang ini tidak dijawabnya dengan gambling. Ia malah menyebutkan beberapa nama temannya, tapi tidak memberitahu jumlah pastinya. Saya pun tidak mengintervensi Fitri dengan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut. Disamping ingin membebaskan Fitri untuk bermain, sebenarnya saya juga sudah memperoleh sedikit data dari ibunya. Setidaknya data ini cukup untuk mengidentfkasi anak berkebutuhan khusus. Setelah merasa cukup berbincang, akhirnya saya pun pamit untuk pulang kepada keluarga Fitri.
BAB VI
KESIMPULAN
Tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan Tuhan. Dia amat serius, tidak pernah main-main dalam mencipta makhluknya. Hanya saja manusia butuh kecerdasan untuk membaca setiap penciptaan yang Tuhan kehendaki. Begitu pula ketika kita diamanahi anak yang istimewa, seperti Fitri, misalnya. Kita tak boleh patah arang untuk mendidiknya. Dibalik kekurangan yang ada pada seseorang, tersimpan potensi yang luar biasa jika kita mau menggali dan memberinya ruang.
Tunagrahita ringan yang menimpa pada Fitri merupakan gangguan keterbelakangan mental yang terjadi akibat perkembangannya terganggu pada waktu balita, yaitu Dia sering sakit-sakitan hingga suhu badanya meningkat, panas. Sehingga dari hasil diagnosa dokter, ada syaraf-syaraf Fitri yang terganggu. Dan ini berdampak pada perkembangan mental-intelektualnya yang berada dibawah rata-rata anak pada umumnya.
Jika melihat tulisan-tulisan tangan Fitri dan nilai-nilai yang diperolehnya, penulis menilai bahwa Fitri masih punya peluang untuk dapat berkembang dengan layak. Support orang tua, teman-teman dan lingkunganlah yang ia butuhkan untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang dapat memberikan manfaat terhadap sesama.
Dan bagaimana untuk berhati-hati ketika merawat balita merupakan hal yang patut menjadi perhatian kita disini. Karena masa depan anak harus dipersiapkan dari nol. Jika dalam perjalanan perkembangannya ada yang kita abaikan, maka hasilnya akan dapat mengganggu proses perkembangan selanjutnya.