♠ Posted by IMM Tarbiyah in Teori Pendidikan at 07.10
Pendahuluan.
Pendidikan diibaratkan seperti manusia yang hidup di dunia, terkadang ia sehat dan terkadang pula ia sakit. Tergantung dari manusia itu sendiri yang mengelola keadaan, sehingga diperolehlah hasil dari pengelolaan tersebut.
Begitu pula dengan pendidikan, ia bisa menjadi berkembang atau bahkan menjadi terpuruk. Saat terjadi keterpurukan maka haruslah ada inovasi yang nantinya akan mengubah keadaan tersebut. Karena inovasi merupakan upaya mengeksplor sesuatu yang baru yang belum ada sebelumnya untuk sebuah perbaikan.
Pembahasan
- Pengertian Inovasi Pendidikan.
Peter F. Drucker (1985) seorang pakar manajemen merumuskan inovasi sebagai upaya menciptakan perubahan yang direncanakan, terfokus dalam sebuah organisasi/ tatanan masyarakat. Inovasi, katanya, harus dimiliki organisasi yang sedang berjalan, baik organisasi bisnis maupun organisasi layanan publik[1].
Jadi inovasi pendidikan adalah suatu pembaruan yang dilakukan dengan sengaja, yang nantinya ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
- Model Inovasi.
1. Top-down model.
Merupakan inovasi yang sengaja diciptakan oleh atasan kepada bawahan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan ataupun yang lainnya. Sedangkan bawahan tidak memiliki otoritas untuk menolak pelaksanaan tersebut.
Atasan disini yang dimaksud adalah pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional. Sedang bawahannya yaitu sekolah, guru atau masyarakat. Model ini cenderung memaksakan kehendak secara sepihak tanpa menghiraukan kondisi dimana inovasi itu dilaksanakan.
2. Bottom-up model.
Ialah inovasi yang diciptakan dari bawahan dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.
Karena secara umum, maksud dari pendidikan itu adalah pembentukan manusia yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya, melainkan lebih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri[2].
- Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam Inovasi.
1. Guru.
Guru merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu dalam inovasi pendidikan, guru memiliki keterlibatan yang besar untuk menuju kepada kehendak yang akan dicapai..
2. Siswa.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan juga tak kalah pentingnya dengan guru. Ia merupakan objek yang akan diarahkan, sehingga harus diperhatikan.
3. Kurikulum.
Kurikulum merupakan segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya[3].
Dalam proses belajar mengajar disekolah, kurikulum tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, tanpa adanya kurikulum, inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai rencana.
4. Fasilitas.
Tanpa adanya fasilitas, proses belajar mengajar tidak akan belajar dengan lancar, hal tersebut akan berimbas pula pada pelaksanaan inovasi pendidikan .
Oleh karena itu, fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Fasilitas disini yang sangat esensial ialah fasilitas belajar mengajar seperti meja, kursi, dan lain-lain.
5. Lingkup sosial masyarakat.
Dalam menerapkan inovasi pendidikan, Masyarakat secara tidak langsung, terlibat dalam perubahan tersebut.. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama masyarakat dimana peserta didik itu berasal[4].
- Kesimpulan.
Inovasi pendidikan pada dasarnya mengubah sesuatu menuju perbaikan. Ia tidak dapat melangkah tanpa adanya faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan diatas. Dengan demikian, jika akan dilakukan inovasi tentulah harus melibatkan faktor-faktor yang akan mendorong keberhasilan suatu inovasi tersebut.
Daftar Pustaka
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem based Learning. Jakarta: Kencana.
Drs. B. Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed., Drs. Moedjiono. 1999. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[1] M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan melalui Problem based Learning (Jakarta: Kencana, 2009) hlm. vii
[2] Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed., Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999) hlm. 9
[3] Drs. B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004) hlm. 32