♠ Posted by IMM Tarbiyah in Resensi at 21.28
Judul : Prophetic Education
Pengarang : Dr. Moh. Roqib, M.Ag.
Penerbit : STAIN Press
Tahun Terbit : Cetakan I tahun 2011
Kota Terbit : Purwokerto
Jumlah Halaman : 390
Jika
Dr. Moh. Roqib, M.Ag. menyatakan ada tiga orang (Kuntowijoyo, Muhammad
Iqbal dan Roger Garaudy) yang mempopulerkan istilah prophetic, maka di
tahun 2011 ini sudah muncul satu tokoh lagi yang memakai istilah
phrophetik yaitu M. Abdul Halim Sani dalam bukunya yang berjudul
“Manifesto Gerakan Intelektual Profetik” terbitan Samudra Biru
Yogyakarta di bulan Februari kemarin.
Prophetic Education merupakan buku karya beliau yang ke-16. Mengupas Kontekstualisasi Filsafat dan Budaya Profetik dalam Pendidikan. Seperti yang kita tahu, kata phrophetic dan education itu serapan dari Bahasa Inggris. Prophet berarti nabi dan education berarti pendidikan. Perlu pembaca ketahui bahwa Phrophetic itu sendiri aslinya berasal dari bahasa Yunani, “Prophetes”
sebuah kata benda untuk menyebut orang yang bicara awal atau orang yang
memproklamasikan diri dan berarti juga orang yang berbicara masa depan.
Lantas apa yang dimaksud dengan phrophetic education?
Dalam buku ini disebutkan bahwa, Pendidikan Profetik atau Prophetic Education merupakan proses transfer pengetahuan (knowledge) dan nilai (values) yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan alam sekaligus memahamnya untuk membangun komunitas sosial yang ideal (khairul ummah).
Makna
Filsafat dan budaya profetik jika dikonstektualikan dalam pendidikan
dibahas secara runtut, mulai dari : tujuan pendidikan profetik, materi
pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran profetik, peserta didik
dan pendidik yang profetik, evaluasi pendidikan profetik hingga lembaga
pendidikan profetik. Bahasa tutur yang ringan menjadikan nilai plus
tersendiri dari buku ini. Sehingga semua kalangan dengan mudah memahami
materi yang disampaikan.
Pembahasan
pemikiran salah satu tokoh dalam paradigma profetik yang disuguhkan
menjadikan penambahan kosa kata yang pada akhirnya membuat pembaca
sedikit enggan karena menjadikan demikian banyak halaman yang pastinya
membutuhkan waktu lama untuk membacanya. Kedetailannya dalam menuliskan
menjadikan pembahasan pendukung lebih dominan sehingga terkesan seperti
penelitian karya sastra tokoh tertentu.
Suatu
kelebihan buku-buku terbitan Indonesia yaitu banyak catatan kaki dan
terkesan bukan pemikiran murni si penulis. Berbeda dengan Negara lain
menerbitkan jenis buku tertentu yang terbatas tapi murni penelitian. Ini
menjadikan kritik yang patut dipertimbangkan.
Keseluruhan
isi buku ungkapkan gagasan terkait format baru pendidikan yang lebih
komprehensif dengan membidik manusia yang tidak terpisah dengan Tuhan
dan alam (antropologis) sebagai paradigmanya. Bukan sekedar
gagasan, melainkan potret pendidikan ideal di masa depan. Realisasi
lebih bagus daripada konsep dan design, semoga suatu saat nanti
ditemukan lembaga pendidikan semacam ini.