ANALISIS CERITA DAN PUISI ANAK

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 06.17

ANALISIS CERPEN ANAK “ Apa Gunanya Buah Si Kapuk?”.


1.      Analisis Sarana Sastra
Saat seseorang membaca sebuah cerita, biasanya hal pertama yang dilihat adalah judulnya. Judul yang menarik akan sangat mempengaruhi pembaca untuk membaca cerita. Karena seorang pembaca akan dibuat penasaran dan rasa keingintahuan dengan judul yang menarik. Dan hal yang menarik dari judul diatas adalah tentang Buah Kapuk. Banyak orang yang sudah mengetahui apa manfaat Buah Kapuk yaitu untuk membuat kasur atau sebagai alas tidur. Tapi cerpen diatas mengambil judul tentang Apa Gunanya Buah Si Kapuk?. Dari judul tersebut seseorang pembaca sudah mengetahui apa yang akan disajikan dalam cerpen tersebut yaitu mengenai manfaat Buah Kapuk. Namun disini penulis menyajikan cerita tentang Kapuk yang merupakan bendaa mati, dijadikan objek seperti manusia yang bisa berbicara, merasakan sedih dan senang  dan itu dibuktikan dengan kata Si Kapuk yang merupakan sebutan untuk manusia. dan itu yang membuat judul cerpen diatas kelihatan menarik dan membuat seorang pembaca khususnya anak-anak tertarik, penasaran dan ingin tahu isi ceritanya. Dan Judul  cerpen Diatas sudah merepresentasikan isi cerita seperti yang sudah dijelaskan diatas hanya dengan membaca judulnya, seseorang akan mengetahui isi cerpen yaitu tentang manfaat/kegunaan buah kapuk.
Dan Judul Apa Gunanya Buah Si Kapuk? Di atas hadir sebagai representasi atas:
1)      Buah Kapuk sebagai inti persoalan cerita
2)      Pohon kapuk sebagai sarana untuk memotivasi bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan masing-masingdan jangan mudah menyerah dalam menjalani hidup serta berusahalah untuk selalu bisa membahagiakan dan bermanfaat bagi orang lain.
3)      Pohon kapuk adalah Subjek yang memiliki obsesi untuk mengetahui manfaat dari buahnya.
4)      Buah kapuk dapat membuat bahagia penduduk negeri nommis dengan membuat mereka bisa tertidur pulas karena buahnya.
Sudut pandang yang digunakan adalah aku sebagai tokoh utama yaitu Pohon Kapuk sebagai tokoh utama.dan dalam cerita diatas penulis tidak terlibat langsung atau tidak tercantum dalam isi cerita. Dan penulis menceritakan tokoh lain poho kapuk sebagai tokoh utama. Dengan model ini pembaca diajak masuk untuk ikut mengalami dan merasakan peristiwa-peristiwa dari cerita diatas yang bernada kesedihan, kegembiraan, optimis, kekesewaan dan kebahagiaan. Sedih karena ternyata buah kapuk tidak bisa dimakan. Optimis yaitu pohon Kapuk merasa Optimis bahwa buahnya memiliki manfaat dan dapat berguna untuk penduduk Nommis. Kecewa karena ternyata buahnya tidak bisa dimakan dan merasa bahwa Pohon Kapuk tidak bisa memberi kebahagiaan Penduduk Nommis yang telah merawatnya. Dan gembira karena ternyata buahnya dapat berguna dan bisa menjadikan penduduk Nommis tertidur pulas. Dengan demikian cara bercerita penulis yang menyajikan Pohon Kapuk sebagai tokoh utama ini sengaja digunakan dengan tujuan untuk memberikan efek empati dan simpati pembaca pada gejolak jiwa  Si Kapuk yang merupakan tokoh utama dan berbagai suasana yang diciptakannya.
2.      Analisis Fakta Cerita
Plot; Alur cerita dalam cerpen diatas boleh dibilang cukup sederhana, lurus(kronologis). Dengan jalinan peristiwa berpusat pada Pohon Kapuk dengan penahapan alurnya meliputi eksposisi, instabilitas, konflik, klimaks dan denoument. Dengan kronologis ceritanya sebagai berikut:
Ø      Tahap eksposisi
·        Peristiwa tumbuhnya benih di Negeri Nommis, yang dibawa oleh seekor burung dari negeri yang jauh
Ø      Tahap instabilitas
·        Peristiwa herannya/ penasaran dari penduduk Nommis yang melihat tumbuhnya pohon yang tidak dikenal di negerinya dan timbulah rasa penasaran penduduk nommis untuk mengetahui apa manfaat Pohon tersebut.
Ø      Tahap Konflik
·        Peristiwa beramai-ramainya penduduk negeri nommis yang mendatangi pohon kapuk dan mencicipi Buah kapuk.
·        Peristiwa kekecewaan Pohon Kapuk karena ternyata buahnya tidak bisa dimakan.
·        Peristiwa penduduk Nommis yang dibuat bersin-bersin oleh Buah Pohon kapuk karena serat dan benang yang dikeluarkannya.
Ø      Tahap Klimaks
·        Peristiwa pemetikan dan pengumpulan semua buah kapuk kemudian dibuang ke pinggir sungai yang terletak di kampung seberang.
·        Peristiwa tertidurnya anak-anak negeri Nommis disandaran karung yang bersi kapuk
Ø      Tahap Denoument
·        Peristiwa dibawa pulangnya kembali karung-karung yang berisi Buah Kapuk yang telah dibuang oleh penduduk nommis dan dijadikannya sebagai alas tidur
Oleh karena rangkaian peristiwanya lurus dan kronologis, maka peristiwa, ketika tumbuhnya pohon kapuk di Negeri Nommis , merupakan penyebab dari cerita diatas . jalinan peristiwanya bersifat kausalitas(sebab akibat). Karena setelah pohon kapuk tumbuh dan berbuah maka menyebabkan orang-orang negeri nommis merasa penasaran dan ingin mngetahui manfaat  buah kapuk tersebut. Akibatnya orang-orang penduduk Nommis beramai-ramai memakan Buah kapuk yang ternyata tidak enak dimakan. Kenyataan tersebut mulai menjadi peristiwa masuknya rasa simpati., karena peristiwa yang terjadi kemudian Si kapuk merasa kecewa, penduduk Nommis yang merasa dirugikan dengan adanya Buah kapuk yang akhirnya membuang buah kapuk, dan setelah melalui kejadian-kejadian akhirnya ditemukan manfaat dari buah kapuk. Pencarian manfaat dari buah kapuk tersebut bernada sedih dan bahagia.
Sebenarnya peristiwa utama yang terjadi dal;am cerpen diatas dimulai ketika orang-orang negeri Nommis merasa penasaran terhadap manfaat dari buah kapuk yang kemudian beramai-ramai mencicipi buah kapuk(konflik). Sedangkan peristiwa-peristiwa sebelumnya sekalipun sebagai motif penggerak/penyebab peristiwa berkembang tetapi hanya berperan sebagai penghubung atau tambahan yang bersifat eksposisi.
Tokoh; tokoh-tokoh yang hadir dalam cerpen diatas terdiri atas tokoh utama yaitu pohon kapuk dan penduduk negeri Nommis, dan tokoh-tokoh tambahan yaitu kepala Negeri, Plies, plip dan olest. Selebihnya adalah tokoh-tokoh yang hadir secara persona. Melainkan kehadirannya hanya secara situasional. tokoh yang hadir secara situasional yaitu anak-anak Negeri nommisdan burung. Anak-anak negeri Nommis saat mereka berbondong bersama-sama mengangkut karung-karung yang berisi buah kapuk untuk dibuang ke pinggir sungai kampung Seberang dan saat mereka tidur karena kecapaian. Dan burung yaitu saat dia membawa benih kapuk dari negeri yang jauh. Tokoh-tokoh sebagai penggambaran situasional ini tidak hadir dalam bentuk dialog dan monolog, tetapi hadir sebagai penggambaran situasi sosial, yaitu suasana berbondong-bondong membung pohon kapuk.
Kutipan berikut menggambarkan kehadiran tokoh secara situasional
.....
Anak-anak negeri Nommis beramai-ramai mengangkut karung yang berisi buah kapuk itu, karena banyak, mereka jadi harus bolak-balik. Ketika karung terakhir selesai diangkut, mereka kelelahan.
.....
Dengan demikian, anak-anak negeri Nommis dalam cerpen diatas bukanlah tokoh yang hadir secara persona. Melainkan tokoh-tokoh situasional yang hadir tanpa persona dan dialog. Kehadirannya hanya sebagai bagian dari fakta sosial negeri Nommis sebagai latar. Dan keramaian menggambarkan keadaan ramainya aktivitas anak-anak negeri Nommis untuk mengangkut/membuang buah kapuk.
Latar; latar dalam cerpen tersebut bertempat di negeri Nommis dan dipinggir sungai. Tapi latar dipinggir sungai ini juga tidak jelas karena di pinggir sungai hanya digunakan sebagai latar cerita untuk membuang buah kapuk tidak ada deskripsi secara jelas.dan dicerpen tersebut tidak dijelaskan secaradetail letak pohon kapuk berada di mana, misal diladang, perkampungan atau di kebun.jadi latar utama cerpen diatas yaitu di Negeri Nommis dengan didukung peristiwa yang ditunjukan dengan tumbuhnya pohon kapuk di negeri Nommis tersebut yang menimbulkan berbagai pertanyaan dan konflik.
3.      Analisis Tema
Setelah dibaca dan dipahami, tema cerpen diatas secara umum adalah “pengenalan potensi/manfaat/kegunaan”. Yaitu tema berupa moral, yaitu menyangkut hubungan moral yang erat antara pohon kapuk dengan penduduk nommis yaitu terjalinnya hubungan baik antara mereka.
4.      Analisis Relasi Antar Unsur
Tema pengenalan potensi/ manfaat sebagai tema moral, merupakan tema cerpen diatas dan seperti yang sudah dijelaaskan diatas, cerita dimulai dari peristiwa tumbuhnya suatu benih di negeri nommis.yang dibawa oleh seekor burung . dalam peristiwa ini, pelibatan unsur ;1) Tokoh:Pohon kapuk sebagai tokoh utama; 2)dan latar terjadi di negeri nommis.situasi tersebut merupakan awal cerita mulai dibangun dan pada peristiwa ini, efek-efek situasi atau suasana belum terbentuk. Dan peristiwa selanjutnya yaitu rasa penasaran orang-orang penduduk nommis terhadap buah kapuk, yang kemudian mencicipinya. Kekecewaan pohon kapuk karena buahnya tidak bisa dimakan, dan buah kapuk yang membuat orang-orang negeri nommis bersin-bersin.
Di sisi lain, dilihat dari aspek latarnya peristiwa tidak mengalami pergeseran latar. Karena peristiwa dari awal sampai akhir tetap berada di negeri Nommis. Walaupun ditengah-tengah ada latar dipinggir sungai tapi masih dalam lingkup negeri nommis.
Peristiwa selanjutnya klimaks, yaitu peristiwa ketidaksukaan penduduk nommis terhadap buah pohon kapuk karena telah membuat bersin-bersin dan kemudian mendapatkan kesepakatan untuk membuang buah kapuk tersebut. Peristiwa tersebut membawa pada terbentuknya suasana sedih dan kecewa.
 Dan terakhir yaitu denoucement yaitu peristiwa tertidurnya anak-anak negeri nommis disandaran karung berisi kapuk yang akhirnya menjawab pertanyaan tentang kegunaan pohon kapuk.

                            









ANALISIS PUISI ANAK “17 Agustus ; Mencari Hatta”.

Judul puisi diatas yaitu 17 Agustus;Mencari hatta. Disini sudah jelas bahwa objek yang akan dipuisikan yaitu peritiwa “17 Agustus“ yang merupakan tanggal kemerdekaan indonesia, dan “mencari hatta” yaitu mencari kelanjutannya. Bagaimana keadaan setelah merdeka apakah akan mengalami perubahan yang lebih baik atau tidak.
Bait ke-1
Pagi
Berhadap-hadapan dengan bendera
Aku mencari merah putih dalam jiwa
Dilihat dari susunan kata atau diksinya, puisi diatas menggambarkan suasana keprihatinan. Bentuk keprihatinan ini terlihat dari pemilihan diksi berhadap-hadapan, mencari, dalam jiwa.  Akhiran –an pada kata berhadap-hadapan bernada negatif. Dan yang menciptakan asosiasi keprihatinan yaitu bait ke-1 dan ke-2 yang memiliki diksi ironis atau saling berlawanan yaitu: berhadap-hadapan dengan bendera tapi masih mencari merah putih dalam jiwa. Komposisi bunyi puisi diatas menimbulkan suasana efoni dengan kombinasi a dan i, yaitu yang terdapat dalam kata bendera, aku, dan mencari.
Bait perrtama tersebut memiliki arti suasana pagi pada tanggal 17 agustus, banyak orang yang melakukan upacara untuk memperingati hari kemerdekaan. Dan langsung berhadap-hadapan dengan bendera tapi seorang aku masih mencari merah putih dalm jiwa dalam artian walaupun mereka sudah berhadap-hadapan langsung dengan bendera tapi belum tertanam dalam jiwa mereka. Dan mereka belum memiliki rasa nasionalisme yang tertanam dalam jiwa walaupun mereka melakukan upacara tapi hanya dijadikanatau dianggap sebagai upacara rutinan.
Bait ke-2
Siang
Dimana aku, dimana merah putih?
Engkau yang berkibaran dijalan-jalan
Atau hanya kain usang dan baru
Yang merana kehilangan jiwa
Bait ke-2 puisi diatas mnggambarkan kata-kata yang sedih dan memprihatinkan. Ini dilihat dari pemilihan kata merana dan kehilangan sebagai kata kunci yang menyebabkan keprihatinan.kata-kata merana dan kehilangan jika diletakan pada kata apapun akan menciptakan asosiasi yang memprihatinkan.
Komposisi bunyi puisi diatas, terlihat bahwa struktur bunyi yang membangunnya mengkombinasikan bunyi yang bernada parau jika dilihat pada bait ke-2 saling berkaitan dengan bait ke-1 . bait ke-2 menyatakan kebimbangan yang terdapat dalam baris ke-2 dimana aku, dimana merah putih, sehingga dari kebimbangan tersebut seorang aku mencari merah putih dalam jiwa.
Bait ke-2 tersebut menggambarkan keadaan siang pada tanggal 17 Agustus. Siang yang biasanya seseorang mengalami kelelahan dan dalam puisi diatas seorang aku sedang mengalami kebimbangan yang merasa kurang memiliki rasa nasionalisme . dan pada tanggal 17 agustus di siang hari merah putih banyak berkibaran dijalan-jalan tapi banyak orang yang menganggap bahwa itu hanya sebuah kain yang tidak memiliki arti. Dan semakin kesini jiwa nasionalisme yang dimiliki seseorang semakin memudar.
Bait ke-3
Senja
Kutemukan merah putih
Tersedu di sudut negeri
Tertimbun ranting-ranting sejarah
Yang patah
Bait puisi diatas masih menggunakan diksi yang memprihatinkan dan melambangkan keedihan. Hal ini didukung oleh kata tersedu,tertimbun dan patah. Dan kata-kata tersebut jika diasosiasikan dengan kata apapun akan melambangkan kesedihan. Dan struktur bunyi yang membangunnya masih struktur bunyi kakafoni.
Makna puisi diatas menggambarkan keadaan merah putih pada senja dalam artian sebenarnya merah putih diambil dan dikembalikan ketempat semula. Dan kata tersedu disudut negeri dalam artian merindukan jiwa nasional yang dimiliki oleh pejuang-pejuang dahulu. Yang sudah tertimbun dengan jiwa yang individualis dan masa bodoh.
Bait ke-4
Malam
Mimpi-mimpi berkecamuk
Merah putih masi merayap gelisah
Mencari hatta dalam jiwa duaratus kita
Suasana yang dibangun pada bait diatas adalah berupa pengharapan. Ini didukung dengan adanya mimpi-mimpi. Dan suasana yang dibangun adalah bunyi efoni
Malam hari merah putih sudah tidak terdapat dijalan-jalan dan bait diata menggambarkan bahwa negeri ini masih banyak memiliki mimpi-mimpi yang belum terwujud yaitu untuk menjadikan bangsa ini lebih maju. Dan untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi tersebut diperlukan seseorang yang memiliki jiwa nasionalisme, tapi sekarang jiwa nasionalisme semakin  menghilang dan negeri ini masih terus mencari seseorang yang akan membuat/membebaskan negeri ini menjadi merdeka secara keseluruhan .
Tema dan amanat
Secara keseluruhan tema dasar dari puisi diatas yaitu tentang keprihatinan dan pengharapan yaitu keprihatinan terhadap nasib bangsa ini, yang semakin hari semakin kehilngan jiwa penerus yang akan memajukan negeri ini. Dan walaupun negeri ini sudah dikatakan merdeka tapi hanya sebatas merdeka dalam artian fisik. Serta semakin hari banyak orang yang semakin meninggalkan jiwa nasionalisme dan mereka lebih memprhatikan diri sendiri tidak memikirkan nasib bangsa. Dan pengharapan yaitu pengharapan untuk terciptanya jiwa-jiwa pahlawan dan jiwa Nasionalisme yang akan memajukan negeri.
Amanat yang disampaikan dalam puisi diatas yaitu negeri ini membutuhkan orang yang memiliki jiwa nasionalisme. Maka tumbuhkanlah jiwa nasionalisme dalam jiwa kita masing-masing karena masih banyak mimpi-mimpi negeri ini yang belum terwujud, dan untuk mewujudkan semua impian negeri ini untuk menjadi lebih baik diperlukan pahlawan atau orang yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Dan cara untuk menumbuhkannya yaitu dengan menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan mengenang betapa sulitnya pahlawan dahulu dalam berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Dan sekarang kita tinggal memelihara dan memajukan negeri ini.