♠ Posted by IMM Tarbiyah in Tafsir Quran at 21.37
A. SURAT AL AN’AM AYAT 75-79
1. Ayat 75
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
“Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami
yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar
Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.”
2. Ayat 76
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika
malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia
berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
3. Ayat 77
فَلَمَّا
رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ
لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
“Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat."
4. Ayat 78
فَلَمَّا
رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا
أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Kemudian
tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia
berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.”
5. Ayat 79
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
B. TAFSIR
Dalam
ayat-ayat diatas Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah untuk
mengiisahkan dakwah Nabi Ibrahim as yang mengajak manusia untuk beragama
tauhid dan menjauhi penyembahan berhala yang membawa manusia kepada
kesesatan, dengan disertai alasan-alasan yang kuat. Jagat raya dan
seluruh isinya derta hukum yang berlaku didalamnya, cukup kuat untuk
menjadi bukti keesaan Allah dan kebatilan perbuatan orang-orang
musyrikin.
Ayat
75, kemudian daripada itu Allah SWT memberikan penjelasan lagi,
bagaimana Allah SWT menampakan kegungan ciptaan Nya di langit dan di
bumi, dan tata susunannya ataupun keindahan tata warnanya. Allah
menampakan kepada Ibrahim as. Benda-benda langit yang beraneka ragam
bentuk dan susunannya, beredar menurut ketentuannta masing-masing secara
teratur. Bumi yang terdiri atas lapisan-lapisan yang banyak mengandung
barang tambang dan perhiasan, sangat berguna bagii kepentingan manusia.
Kesemuanya itu menjadi bukti adanya keagungan Allah, yang dapat dipahamo oleh manusia dengan berfikir sesuai dengan firmanNya.
Allah
SWT menjelaskan pula maksud tujuan dari pengenalan Ibrahim as. Terhadap
keindahan ciptaanNya itu untuk Ibrahim as. Benar-benar mengenal hukum
alam yang berlaku terhadap ciptaanNya, dan kekuasaan Allah yang
mengendalikan hukum-hukum itu, agar dapat dijadikan bukti-bukti dalam
menghadapi orang-orang musrikin yang sesat, dan menjadi pegangan bagi
dirinya agar termasuk orang yang betul-betul meyakini ke Esaan Allah
SWT.
Ayat
76, Sesudah itu Allah SWT menjelaskan proses pengenalaan Ibrahim as.
Secar terperinci. Mula pertama pengalaman Nabi Ibrahim as terhadap
bintang-bintang yang pada saat bintang nampak bercahaya dan pada saat
bintang itu tidak bercahaya, dilihatnya sebuah bintang yang bercahaya
paling terang.
Maka
timbulah pertanyaan dalam hatinya. “Inikah Tuhanku? Pertanyaan ini
merupakan pengingkaran terhadap anggapan kaumnya. Agar mereka tersentak
untuk memperlihatkan alasan-alasan pengingkaran yang akan dikemukakan.
Akan
tetapi setelah bintang itu tenggelam dan sirna dari pandangan timbul
keyakinan bahwa ia tidak senang kepada yang tenggelam dan menghilang,
apalagi dianggapnya sebagai Tuhan.
Ini
sebagai alasan Nabi Ibrahim as untuk mematahkan itikad kaumnya bahwa
semua yang mengalami perubahan itu tidak pantas dianggap sebagai Tuhan.
Kesimpulan Ibrahim as itu merupakan kesimpulan dari jalan fikiran yang
benar dan sesuai dengan fitrah. Dan siapa saja yang melakukan pengamatan
serupa itu, niscaya akan berkesimpulan ssama.
Ayat
77, seirama dengan ayat yang lalu, Allah SWT menjelaskan pula
pengamatan Nabi Ibrahim as terhadap benda langit yang lebih terang
cahayanya dan lebih besar kelihatannya yaitu bulan.
Setelah
Nabi Ibrahim as melihat bulan tersembunyi dibalik cakrawala, dengan
cahaya yang terang benderang itu, yang terlihat ketika terbit, timbulah
kesan dalam hatinya untuk mengatakan, “Inikah gerangan Tuhanku?”
Perkataan Ibrahim as serupa itu adalah pernyataan yang timbul secara
naluriyah seperti juga kesan yang didapat oleh kaumnya yang sebenarnya
adalah pernyataan untuk mengingkari kesan pertama yang menipu pandangan
mata itu dan untuk membantah keiyakinan kaumnya seperti pernyataannya
dalam ayat yang lalu. Pengulangan berita dengan memberikan kenyataan
yang lebih tandas adalah untuk menguatkan pernyataan yang telah lalu.
Kemudian setelah bulan itu terbenam dari ufuk dan lenyap dari
pengamatan, diapun memberikan pertanyaan agar diketahui oleh orang-orang
musrikin yang berada di sekitnya.
Ibrhin
berkata, “Sebenarnyalah jika Tuhan tidak memberikan daku petunjuk
kepada jalan yang benar untuk mrngetahui dan meyakini ke EsaanNya
niscaya aku termasuk dalam golongan yang tersesat, yaitu orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dan tidak mengakui petunjuk Tuhan, serta
menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah. Mereka itu lebih senang
memperturutkan hawa nafsunya daripada melakukan perbuatan yang diridhai
Allah. Sindiran yang bertahap ini adalah sebagai sindiran yang
menentukan untuk mematahkan pendapat-pendapat kaumnya. Sindiran yang
pertama lunak, kemudian diikuti dengan sindiran yang kedua yang tandas,
adalah untuk menyanggah pikiran kaumnya secara halus agar mereka terbuka
belenggu hatinya untuk memahami kebenaran yang sebenar-benarnya.
Ayat
78, Kemudian daripada itu Allah SWT mengisahkan sindirannya yang lebih
tajam yaitu pengamatan Nabi Ibrahim as. Terhadap matahari, benda langit
yang paling cerah cahayanya menurut pandangan mata, yang merupakan lah
lalu, yaitu rentetan ketigaa dari pengamatan-pengamatan Ibrahim yang
telah lalu, yaitu setelah Ibrahim as. Melihat matahari tersembunyi
terbit di ufuk, diapun berkata ;” Yang terlihat sekarang adalah Tuhanku”
Ini lebih besar dari pada bintang-bintang dan bulan. Akan tetapi
setelah matahari itu tenggelam dan sirna dari pandangan, beliau pun
mengeluarkan peringatan :”Wahai kaumku, sebenarnya aku berlepas dieri
dari apa yang kamu sekutukan.”
Sindiran
ini adalah sindiran yang paling tajam untuk membungkam kaumnya agar
mereka tidak mengajukan alasan lagi buat mengingkari kebenaran yang
dibawakan oleh Ibrahim as.
Ayat 79, Setelah Allah SWT mengisahkan kelepasan diri Ibrahim as
dan akidah tauhidnya yang murni, yaitu Ibrahim as. Menghadapkan dirinya
dalam ibadah-ibadahnya kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Dia
pula yang menciptakan benda-benda langit yangrang benderang di angkasa
raya dan menciptakan menciptakan manusia seluruhnya, termasuk pemahat
patung-patung yang beraneka ragam bentuknya.
Ibrahim
as cenderung kepada agama tauhid dan menyatakan bahwa agama-agama
lainnya adalah batal, dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang
yang musyrik. Dia seorang yang berserah diri kepada Allah SWT semata.
Dan Allah berfirman : “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus.’
“dan
barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telaah berpegang pada buhul
tali yang kokoh.’
C. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut :
1. Menyembah berhala atau patung bertentangan dengan fikiran yang benar dan menyimpang dari ajaran agama tauhid.
2. Dengan melihat keindahan ciptaan Allah, manusia akan mendapatkan bukti ke Esaan Nya.
3. Benda-benda
langit termasuk bintang-bintang itu bukanlah Tuhan akan tetapi makhluk
Nya. Maka tidak pantaslah seorang endewakan makhluk Allah yang tidak
kekal dan mengalami perubahan.
4. Ibrahim
as mengajak kaumnya untuk beragama tauhid, dengan cara-cara yang halus,
diajaknya kaumnya untuk menggunakan fikirn memperlihatkan keindahan
ciptaan Allah agar terbuka fikirannya untuk mengakui keEsaan Nya.
5. Ajaran
nabi Ibrahim as kepada kaumnya untuk memperhatikan keindahan ciptaan
llah itu untuk membenarkan agama tauhid dan meninggalkan kemusyrikan.
6. Nabi Ibrahim as beragama tauhid, seorang yang khanif, menyerahkan diri kepada Allah semata dan membenci kemusrikan.
D. SUMBER
Departemen Agama Republik Indonesia. 1993. Al Qur’an. Semarang : PT Citra Efthar