Kerajaan Mughal

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 06.51

  1. PENDAHULUAN
Kerajaan mughal merupakan salah satu warisan peradaban islam di India.[1] Dimana kerajaan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Terlihat pada kekuasaan di masa Akbar yaitu cucu dari pendiri Kerajaan Mughal, Zahiruddin Babur.
Selama Kerajaan Mughal berdiri, para raja yang memerintah antara lain : Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556), Akbar (1556-1605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707), Bahadur Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754), Alamghir II (1754-1760), Syah Alam (1760¬-1806), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah (1837-1858).[2]
Sebelum kerajaan mughal berdiri, Babur harus berjuang menaklukkan daerah-daerah untuk dikuasai seperti Samarkand, kota yang terpenting di asia tengah pada saat itu. Selain dirinya, ekspansi juga dilakukan oleh keturunannya tak terkecuali Akbar itu sendiri.
                  Selain itu berkat toleransi universal yang dicetus oleh Akbar membuat maharaja-maharaja hindu tidak lagi melakukan pertentangan dengan pemerintahan Akbar dan malah menjadi tiang-tiang bagi Kerajaan Mughal.



  1. SEKILAS MENGENAI AKBAR.
Akbar adalah sultan mughal ke tiga yang ada di Delhi, India. Ia adalah anak dari Humayun dan cucu dari pendiri kerajaan Mughal, Zahiruddin Babur. Humayun memberinya nama Abd al-fath Jalal al-Din Muhammad Akbar[3], akan tetapi ia lebih dikenal dengan sebutan Sultan Akbar.
15 Oktober 1542 merupakan tanggal kelahiran Akbar yang bertempat di negeri Sind (India).
            Akbar dikenal sebagai seorang yang pemberani, berwatak keras, senang berperang, berburu dan memanah. Hal ini terlihat ketika pada masa kecilnya, ia lebih suka berburu dibandingkan dengan belajar. Oleh Karena itu, ia tidak pandai membaca dan menulis, kecuali mengaji alquran.
            Ia mulai menjadi sultan mughal ketika berusia 14 tahun, sungguh dalam usia yang terlalu muda. Sehingga pada saat itu kepemimpinannya di alihkan kepada Bairam Khan. Dirasa cukup dewasa, akhirnya Sultan Akbar memerintah kerajaan mughal dengan menyingkirkan Bairam Khan.
            Di masa kepemimpinannya, Akbar mengalami banyak pemberontakan salah satunya yaitu pertempuran melawan Himu. Dan di masa inilah kerajaan mughal mengalami perkembangan yang cukup pesat disebabkan adanya toleransi universal, dimana Akbar tidak membedakan terhadap agama yang mereka anut ataupun yang lainnya.
 
  1. SISTEM PEMERINTAHAN DI MASA AKBAR.
Sistem pemerintahan di masa Akbar adalah militeristik. Dimana seorang penguasa memiliki wewenang yang otoriter, yaitu penguasa bebas melakukan apa saja yang di inginkannya dan rakyat harus tunduk terhadap perintahnya.  
Selain itu, ada pemerintah daerah yang dipegang oleh kepala komandan dan sub-distrik dipegang oleh komandan.
Para elit kekuasaan juga diwajibkan mengikuti pelatihan militer. Jabatan-jabatan di elit kekuasaannya pun mendapatkan jenjang pangkat yang bercorak kemiliteran yang dinyatakan dalam angka, yang menunjukan tugas dan gaji mereka.
            Dalam pemerintahannya, ia tidak hanya mengangkat orang-orang muslim akan tetapi ia juga mengangkat orang-orang nonmuslim, inilah salah satu bukti akibat adanya toleransi universal yang diterapkan oleh Akbar. 
Perpaduan antara sistem pemerintahan yang militeristik dengan toleransi universal yang diterapkan akbar membuat kerajaan mughal mengalami masa keemasan.

  1. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA IDE TOLERANSI ANTAR UMAT.
Sebab-sebab tersebut antara lain :
1.      Ajaran dari Gurunya.
Seorang yang bernama Abd al-Latif adalah salah satu pendidik Akbar, dimana ia mengajarkan kepada Akbar tentang perdamaian universal yang tidak dilupakan oleh Akbar itu sendiri.
2.      Hidup di Lingkungan yang Liberal.
Akbar lahir dan hidup di lingkungan yang liberal. Karena liberalnya telah tertanam dalam jiwanya, otomatis ia lebih suka dengan kehidupan yang bebas tanpa adanya paksaan. Fakta membuktikan bahwa perilaku seseorang tertanam menurut lingkungannya. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap cara kepemimpinannya yang pada akhirnya melahirkan politik toleransi universal, yang membebaskan rakyatnya menganut agama apapun tanpa membedakan satu sama lain.
3.      Wasiat dari Zahiruddin Babur.
Akbar mendapat wasiat dari kakeknya yaitu Zahiruddin Babur, supaya ia tidak mempersulit kehidupan rakyatnya yang nonmuslim. sehingga pada saat pemerintahannya ia megeluarkan kebijakan antara lain : penghapusan jizyah (upeti) bagi seluruh nonmuslim, pemaksaan agama islam bagi mereka, penghapusan pajak ke candi-candi bagi kaum hindu.
4.      Menyatukan Maharaja Hindu.
Maharaja hindu yang ingin melepas dari kekuasaan islam, disatukan oleh Akbar dengan cara memasukkan mereka ke dalam jajaran elit kekuasaan. Sehingga dengan taktik seperti ini maharaja hindu tidak lagi melakukan keinginan untuk separatisme (melepas diri) dan malah mempererat hubungan diantara mereka. Hal ini membuktikan bahwa Akbar tidak membeda-bedakan mereka dengan orang-orang muslim.

  1. DAMPAK TOLERANSI UNIVERSAL.
Dampak toleransi universal antara lain :
1.      Masuknya Orang nonmuslim ke Jajaran Elit Pemerintahan.
Dengan adanya toleransi ini, mengakibatkan kursi pemerintahan diduduki tidak hanya orang-orang muslim, akan tetapi orang-orang nonmuslim pun masuk menduduki kursi pemerintahan tersebut. Tercatat bahwa 20% orang hindu masuk ke dalam pemerintahan.[4]
2.      Terhindar dari Perpecahan.
Toleransi universal membuat maharaja hindu tidak mampu berkutik sehingga mereka tunduk dan patuh terhadap perintah Akbar. Tak ada lagi niatan untuk melakukan separatisme (memisahkan diri) dengan maharaja muslim. Sehingga rakyat Islam, Hindu, dan penganut agama lain menyatu.

3.      Penghapusan Jizyah.
Karena akbar tidak membeda-bedakan orang muslim dan nonmuslim, oleh karena itu akbar menghapus jizyah (upeti/pajak) terhadap orang nonmuslim.
4.      Didirikannya Ibadat Kana (Rumah Sembahyang).
Merupakan tempat diskusi keagamaan yang diadakan setiap malam jumat, dimana awal mulanya tempat tersebut merupakan tempat khusus bagi orang muslim. Akbar membuka diskusi ini untuk semua penganut agama.
5.      Melahirkan Din Illahi.
Akbar tak memandang perbedaan rakyatnya baik itu agama, etnis maupun yang lainnya menjadikan Akbar melahirkan din illahi. Konsep din illahi ini menempatkan para penganut agama itu sama derajatnya. Dimana mereka sama-sama menuju tuhan, hanya dalam penerapannya untuk menuju tuhan berbeda-beda.

  1. AKHIR KEKUASAAN AKBAR.
Pada tanggal 3 oktober 1605 Akbar sakit, dan sakitnya menjadi parah ketika terjadi perselisihan antara anaknya Akbar yaitu jahangir/salim dengan anak salim yaitu Khursav yang pada akhirnya membentuk dua kubu perselisihan. Karena Akbar merasa kondisi kesehatannya sudah terlalu parah, oleh sebab itu Akbar memilih Jahangir/Salim untuk menggantikan dirinya.
Tepatnya pada waktu tengah malam tanggal 25-26 Oktober 1605 Akbar meninggal dan dimakamkan secara islami di Sikandra. Dengan meninggalnya Akbar maka berakhir pula din illahi karena jahangir tidak meneruskan din illahi serta di masa itu tidak ada toleransi terhadap nonmuslim.

  1. KESIMPULAN.
Kerajaaan mughal mengalami kemajuan yang pesat di masa pemerintahan Akbar. Di masa ini akbar menerapkan politik toleransi universal, dimana ia tidak membedakan rakyatnya dari segi manapun, khususnya dalam hal agama.
Dengan adanya toleransi ini, membuat Akbar melahirkan din illahi yang memfokuskan peribadatan menuju tuhan walaupun dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
                                                                            
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2000), hal 145-151
Hamka, Sejarah Umat Islam (edisi baru), (Singapure: Pustaka Nasional, 1994), hal 505-513
Husayu Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,, 1997), hal 261-263
http://intelectualism.wordpress.com/2008/05/12/imperium-islam-di-india/