♠ Posted by IMM Tarbiyah in Filsafat at 16.36
PENDAHULUANMasalah yang dihadapi umat Islam adalah terjadinya dikotomi pendidikan Islam dengan pengetahuan modem yang berasal dari Barat. Barat telah mengklaim bahwa pendidikan Barat adalah pendidikan yang maju punya solusi yang membawa cita-cita ke depan. Banyak sarjana-sarjana muslim yang belajar di Barat tidak memiliki otonomi keilmuan tersendiri karena tidak diberi oleh Barat dalam konteks mandiri. Sarjana-sarjana itu hanya dapat berbuat hasil-hasil jiplakan dari para ahli Barat. Hal ini disebabkan kekhawatiran mereka akan terjadinya transpormasi ilmu pengetahuan ke dunia Islam. Setelah tasauf dan tariqat memasuki dunia Islam seolah-olah pintu ijtihad sudah tertutup, pendidikan Islam tidak menerima inovasi, arahan dari kurikulum pendidikan yang bersifat tradisional mengacu hanya pada hal-hal yang bersifat syari'ah, seolah-olah pengatahuan eksak seperti astronomi, fisika, kimia kedokteran dan lain-lain sebagainya yang telah dipunyai dunia Islam zaman klasik terabaikan.
Hal ini disebabkan tradisi kebudayaan Islam di dalam kurikulum pendidikan tidak lagi dijadikan mata kuliah wajib di perguruan tinggi di madrasah-madrasah sedangkan tradisi Barat di ajarkan dengan konsisten dan penuh keseriusan merupakan bagian dari program inti yang diwajibkan, hal inilah yang mendorong AI-Faruqi mengetengahkan ide Islamisasi ilmu pengetahuan.
Bagaimana kiprah Al-Faruqi mengemukakan konsep-konsepnya dalam dunia kontemporer. Berikut yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI
Ismail Raj’i al-Faruqi adalah cendekiawan yang produktif memformulasikan Islam bagi kemajuan di masa modern. Ia lahir tanggal 1 januari 1921 di Jaffa, Palestina. Pendidikan awalnya ditempuh di College des Freres sejak tahun 1923-1936. Gelar sarjana muda dalam bidang filsafat diraihnya dari Amerika University di Beriut tahun 1941. Al-faruqi kemudian menjadi pegawai pemerintahan Palestina yang berada di bawah mandat Inggris selama 4 tahun, dan kemudian menjadi Gubernur Galilee yang terakhir. Dengan jatuhnya provinsi ini ke tangan Israel tahun 1947, al-Faruqi memutuskan berhijrah ke Amerika tahun 1948.
Tahun 1949, al-Faruqi memulai karir akademisnya di AS dengan meraih gelar M.A. dalam bidang filsafat dari Indiana University dengan tesisnya berjudul “Tentang Pembenaran Tuhan: Metafisika dan Epistemologi Nilai”. Dari universitas yang sama, ia memperoleh gelar doktor pada tahun 1952.
Al-Faruqi mulai mengajar di McGill University, Kanada, tahun 1959, dan secara intensif ia mempelajari Yudaisme dan Kristen. Tahun 1961 sampai 1963, al-Faruqi pindah ke Karachi, Pakistan, untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan Central Institute for Islamic Reseach dan jurnalny. Saat kembali ke AS, al-Faruqi mengajar di Schoolof Divinity, University of Chicago, dan selanjutnya memulai program kajian Islam di Syracuse University, Philadelphia, sebagai guru besar agama dan mendirikan Pusat Kajian Islam. Ia menetap di universitas ini sampai akhir hayatnya.
Hidup Ismail al-Faruqi berakhir tragis setelah ia dan istrinya, Lamya Faruqi, secara brutal dibunuh pembunuh gelap di rumahnya di Philadelphia pada tanggal 27 Mei 1986. Beberapa pengamat menduga bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh zionis Yahudi karena proyek Faruqi yang demikian intens untuk kemajuan islam.
B. Latar Belakang Sosial Ismail Raji’ al-Faruqi
Ismail Raji’ al-Faruqi adalah cendekiawan yang produktif memformulasikan islam bagi kemajuan di masa modern. Pendidikan awalnya ditempuh di College des Freres sejak tahun 1926-1936. Gelar sarjana muda dalam bidang filsafat diraihnya dari American University di Beirut tahun 1941.
Al-Faruqi kemudian menjadi pegawai pemerintahan palestina yang berada di bawah mandat Inggris selama 4 tahun, dan kemudian menjadi Gubernur Galilee yang terakhir. Dengan jatuhnya provinsi ini ke tangan Israel tahun 1947, al-Faruqi memutuskan berhijrah ke Amerika pada tahun 1948. Tahun 1949, al-Faruqi memulai karir akademisnya di AS dengan meraih gelar M.A. dalam bidang filsafat. Dan memperoleh gelar doktor di Universitas yang sama pada tahun 1952 di Indiana University.
Merasa kurang pengetahuannya mengenai islam-walaupun sudah bergelar doktor- Faruqi lalu pergi ke Mesir. Selama tiga tahun, ia menyelesaikan pascasarjana di Universitas Al-Azhar. Kemudian ia bergabung dengan Institute of Islamic Studies di Universitas McGill, Canada pada tahun 1959-1961. Selain mengajar, ia mempelajari etika Yahudi dan Kristen.
Pada tahun 1964, Faruqi kembali ke AS dan menjadi guru besar tamu pada Universitas Chicago dan Associate Profesor bidang agama pada Universitas Syracuse. Lalu pada tahun 1968, ia menjabat guru besar agama pada Universitas Temple, dan sebagai profesor studi keislaman pada Central Institute of Islamic Research, Karachi.
Ketika bekerja dan menetap di Barat, Faruqi menyajikan islam dalam kategori-kategori Barat guna mencari khalayak Barat dan membuat islam lebih dapat dipahami dan dihormati. Pada akhir tahun 1960 dan 1970 dia secara progresif berperan sebagai sarjana-aktivis Islam.
Pandangan dan interpretasi Islam al-Faruqi didasarkan pada doktrin Tauhid (keesaan Tuhan), memadukan penegasan klasik sentralis keesaan Tuhan (monoteisme) dengan interpretasi modernis (ijtihad), dan penerapan Islam dalam kehidupan modern. Dalam bukunya, Tauhid: Its Implication for Thought and life, dia melukiskan tauhid sebagai esensi pengalaman keagamaan, inti Islam, prinsip sejarah, pengetahuan, etika, estetika, umat (komunitas muslim), keluarga, serta tatanan politik, sosial, ekonomi, dan dunia.
Ismail Raji’ al-Faruqi meninggal dunia bersama istrinya, Lamya Faruqi di rumahnya Philadelphia pada tanggal 27 Mei 1986, yang diduga dibunuh oleh zionis Yahudi karena proyek Faruqi yang demikian intens untuk kemajuan Islam.
C. KARYA-KARYA AL FARUQI
Karya yang dihasilkan dari pemikiran al-Faruqi dapat kita jumpai dalam bentuk karya asli maupun terjemahan. Sebagian besar karyanya berbicara tentang dialektika Islam modern dan mencurahkan perhatiannya tentang islamisasi sains. Ide-idenya selalu menampilkan wacana yang mengarah kepada ketauhidan. Berikut ini beberapa karya-karyanya:
1. On Arabism 4 Jilid. Amsterdam, 1962.
2. Christian Ethics, Montreal, 1967.
3. “Islam and Modernity: Diatribe or Dialogue?” Journal of Ecumenical Studies, 1968.
4. “Islam and Modernity: Problem and Prospectives” dalam The Word in the Third World, disunting oleh James P. Cotter, 1968.
5. Historical Atlas of The Religious of The World. New York, 1974. “Islamizing the Social Science”. Studies in Islam, 1979.
6. Islam and Culture, Kuala Lumpur, 1980.
7. The Role of Islam in Global Interreligions Dependences” dalam Towards a Global Congress of World’s, disunting oleh Warren Lewis, Barrytown, N.Y. 1980.
8. Essays in Islamic and Comparative Studies. Washington D.C. 1982. (kumpulan esai yang disunting oleh al-Faruqi)
9. Islamization of Knowledge. Islamabad, 1982.
10. Tauhid: Its Implications for Thought and Life. Herndon, 1982.
Dari sekian banyak karya yang dia ditulis, sebagian besar berbicara tentang Islamisasi pengetahuan. Dia menggarisbawahi tentang perlunya kesadaran tauhid sebagai landasan bagi setiap disiplin ilmu. Bahkan, dalam beberapa karyanya dia merekomendasikan perlunya sebuah islamisasi ilmu-ilmu sosial.
Al-Faruqi adalah ilmuan yang produktif. Ia berhasil menulis lebih dua puluh buku dan seratus artikel. Diantara bukunya yang terpenting adalah: Tauhid: It’s Imlications for Thought and file (1982). Buku ini mengupas tentang tauhid secara lengkap. Tauhid tidak hanya dipandang sebagai ungkapan lisan bahkan lebih dari itu, tauhid dikaitkan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu segi politik, sosial, dan budaya. Dari inilah kita dapat melihat titik tolak pemikiran Al- Faruqi yang beraplikasi pada pemikirannya dalam bidang-bidang lain. Dalam buku Islamization of Knowledge: General Principle and Workplan (1982), walaupun ukurannya sangat sederhana, namun menampilkan pikiran yang cemerlang dan kaya, serta patut dijadikan rujukan penting dalam masalah Islamisasi ilmu pengetahuan, didalamnya terangkum langkah-langkah apa yang harus ditempuh dalam proses islamisasi tersebut. Karyanya yang berhubungan dengan ilmu perbandingan agama cukup banyak, hal ini dapat dimaklumi karena ia sendiri adalah orang yang ahli dalam perbandingan agama. Walaupun ia diargumentasikan tak cukup "sukses" sebagai ahli perbandingan agama. Berbagai karya dalam bidang ini menunjukkan ia kelewat "terbakar" oleh Islam untuk mengapresiasikan agama-agama lain. Ia lebih mengambil posisi sebagai pendebat dan missionaris teguh yang membela dan mendakwakan Islam 5. Bukunya yang secara khusus membahas perbandingan agama adalah Cristian Ethics, Triolouge of Abraham Faits pada buku ini terdapat tiga topik utama: Tiga agama saling memandang. Konsep tiga agama tentang negara dan bangsa, konsep tiga agama tentang keadilan dan perdamaian, masing-masing penyumbang dari Yahudi, Kristen dan Islam menawarkan prespektif yang jelas mengenai pokok persoalan berdasarkan tiga topik utama tersebut. Buku ini merupakan sebuah langkah baru perbandingan agama yang dapat membuka jalan bagi pemikiranan diskusi masa depan, serta buku Historical Atlas of the Region of the World.
Dan karyanya yang dianggap monumental adalah Cultural Atlas Islam, karya ini ditulis bersama istrinya, Louis lamiya AI-Faruqi, dan diterbitkan tak lama setelah keduanya meninggal. Tulisan-tulisannya yang lain seperti The Life of Muhammad (Philadelphia: Temple University Press, 1973); Urubah and Relegion (Amsterdam: Djambatan, 1961); Particularisme in the Old Testament and Contemporary Sect in Judaism (Cairo: League of arabe States, 1963); The Great Asian Religion (New York: Macmillen, 1969) (AI-Faruqi, 1975:XI), serta banyak lagi artikel dan makalah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
D. PEMIKIRAN ILMU KALAM
Al-Faruqi banyak mengemukakan gagasan serta pemikiran yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh Umat Islam. Dan semua pemikirannya itu saling terkait satu sama lain, semuanya berporos pada satu sumbu yaitu Tauhid. Diantaranya pemikiran Al-Faruqi yang terpenting adalah:
1. Tauhid
Pemikiran Al-Faruqi tentang kalam dapat ditelusuri melalui karyanya yang berjudul, Tahwid: Its Implications for Thought and Life (Edisi Indonesianya berjudul Tauhid). Sesuai dengan judulnya,buku ini mengupas hakikat tauhid secara mendalam. Al-Faruqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut:
a) Tauhid sebagai inti pengalaman agama
Inti pengalaman agama, kata Al-Faruqi adalah Tuhan. Kalimat syahadat menempati posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Kehadiran Tuhan mengisi kesadaran muslim dalam setiap waktu.Bagi kaum muslimin, Tuhan benar-benar merupakan obsesi yang agung.
b) Tauhid sebagai pandangan dunia
Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu, sejarah manusia, dan takdir.
c) Tauhid sebagai intisari Islam
Esensi peradaban Islam adalah Islam sendiri, dan esensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan. Tidak ada satu perintah pun dalam Islam yang dapat di lepaskan dari tauhid. Tanpa tauhid, Islam tidakakan ada.
d) Tauhid sebagai prinsip sejarah
Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu etika ketika keberhargaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang dicapainya dalam mengisi ruang dan waktu. Eskatologi Islam tidak mempunyai sejarah formatif. Ia terlahir lengkap dalam Al-Qur’an,dan tidak mempunyai kaitan dengan situasi para pengikutnya pada masa kelahiranya seperti halnya dalam agama yahudi atau Kristen.
e) Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
Iman Islam adalah kebenaran yang diberikan kepada pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah mempercayai apa saja. Kebenaran bukanlah misteri,hal yang sulit dipahami dan tidak dapat diketahui dan tidak masuk akal,melainkan bersifat kritis dan rasional.
f) Tauhid sebagai prinsip metafisika
Alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, Ia bersifat teleologis, sempurna, dan teratur. Sebagai anugerah, Ia merupakan kebaikan yang tak mrngandung dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuanya adalah memungkinkan manusia melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan.
g) Tauhid sebagai prinsip etika
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah memberi amanat-Nya kepada manusia, suatu amanat yang tidak mampu dipukul oleh langit dan bumi, amanat yang mereka hindari dengan penuh ketakutan. Amanat atau kepercayaan Illahi tersebut berupa pemenuhan unsure etika dari kehendak IIlahi yang sifatnya bahwa ia harus direalisasikan denagn kemerdekaan. Dalam Islam, etika tidak dapat Dipisahkan dari agama dan bahkan dibangun diatasnya.
h) Tauhid sebagai prinsip tata sosial
Masyarakat Islam adalah masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh bergabung denganya, baik sebagai anggota tetap ataupun sebagai yang di lindungi (dzimmah). Masyarakat Islam harus berusaha mengembangkan dirinya untuk mencakup seluruh umat manusia, Jika tidak, ia akan kehilangan klaim keislamanya.
i) Tauhid sebagai prinsip ummah
Al-Faruqi menjelaskan prinsip ummah tauhidi dengan tiga identitas: Pertama, Menentang Etnosentrisme. Maksudnya, Tata sosial bersifat Universal. Kedua, Universalisme. Maksudnya, Islam bersifat universal dalam arti meliputi seluruh manusia.Ketiga, Totalisme. Maksudnya, Islam relevan dengan setiap bidang kegiatan hidup manusia.
j) Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al-Faruqi memandang bahwa selama tetap melestarikan identitas mereka dari gerogotan Komunitas dan ideology-ideologi Barat, umat Islam akan menjadi masyarakat yang selamat dan tetap menempati kedudukanya yang terhormat. Keluarga Islammemiliki peluang lebih besar untuk tetap lestari sebab ditopang oleh hukum islam dan dideterminisi pleh hubungan erat dengan tauhid.
k) Tauhid sebagai prinsip tata politik
Al-Faruqi mengaitkan tata politik tauhidi dengan kekhalifahan. Kekhalifahan didefinisikan sebagai kesepakatan wawasan (ijma ar-ru’yah), Kehendak (ijma al-iradah), dan tindakan (ijma al-amal).
l) Tauhid sebagai prinsip tata ekonomi
Al Faruqi melihat bahwa premis mayor implikasi Islam untuk tata ekonomi melahirkan dua prinsip utama : Pertama, bahwa tak ada seorang atau kelompok pun boleh memeras yang lain. Kedua, tak satu kelompok pun boleh mengasingkan atau memisahkan diri dari umat manusia lainya.
m) Tauhid sebagai prinsip estetika
Tauhid tidak menentang kreatifitas seni;juga tidak menentang kenikmatan dan keindahan. Sebaliknya, Islam memberkati keindahan. Islam menganggap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendak-Nya yang diwuhyukan dalam firman-firman-Nya
2. Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Menurut Al-Faruqi pengetahuan moderen menyebabkan adanya pertentangan wahyu dan akal dalam diri umat Islam, memisahkan pemikiran dari aksi serta adanya dualisme kultural dan religius. Karena diperlukan upaya islamisasi ilmu pengetahuan dan upaya itu harus beranjak dari Tauhid.
Islamisasi itu pengetahuan itu sendiri berarti melakukan aktifitas keilmuan seperti mengungkap, menghubungkan, dan menyebarluaskannya manurut sudut pandang ilmu terhadap alam kehidupan manusia .
Menurut AI-Faruqi sendiri Islamisasi ilmu pengetahuan berarti mengislamkan ilmu pengetahuan moderen dengan cara menyusun dan membangun ulang sains sastra, dan sains-sains pasti alam dengan memberikan dasar dan tujuan-tujuan yang konsisten dengan Islam. Setiap disiplin harus dituangkan kembali sehingga mewujudkan prinsip-prinsip Islam dalam metodologinya, dalam strateginya, dalam apa yang dikatakan sebagai data-datanya, dan problem-problemnya. Seluruh disiplin harus dituangkan kembali sehingga mengungkapkan relevensi Islam sepanjang ketiga sumbu Tauhid yaitu, kesatuan pengetahuan, hidup dan kesatuan sejarah.
Hingga sejauh ini kategori-kategori metodologi Islam yaitu ketunggalan umat manusia, ketunggalan umat manusia dan penciptaan alam semesta kepada manusia dan ketundukan manusia kepada Tuhan, harus mengganti kategori-kategori Barat dengan menentukan presepsi dan susunan realita.
Dalam rangka membentangkan gagasannya tentang bagaimana Islamisasi itu dilakukan, Al-Furuqi menetapkan lima sasaran dari rencana kerja Islamisasi, yaitu:
1. Menguasai disiplin-disiplin moderen
2. Menguasai khazanah Islam
3. Menentukan relevensi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu pengetahuan moderen
4. Mencari cara-cara untuk melakukan sentesa kreatip antara khazanah Islam dengan khazanah Ilmu pengetahuan moderen.
5. Mengarahkan pemikiran Islam kelintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Tuhan.
Untuk merealisasikan ide-idenya tersebut Al-Faruqi mengemukakan beberapa tugas dan langkah-langkah yang perlu dilakukan: Tugas petama, memadukan sistem pendidikan Islam dengan sistem sekuler. Pemaduan ini harus sedemikian rupa sehingga sistim baru yang terpadu itu dapat memperoleh kedua macam keuntungan dari sistim-sistim terdahulu. Perpaduan kedua sistim ini haruslah merupakan kesempatan yang tepat untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistim, seperti tidak memadainya buku-buku dan guru-guru yang berpengalaman dalam sistim tradisional dan peniruan metode-metode dari ideal-ideal barat sekuler dalam sistim yang dekuler.
PENUTUP
Ismail Al-faruqi telah menyumbangkan gagasan pemikiran Islam yang telah mempengaruhi kebangkitan Islam dalam bidang intelektual. Ia amat produktifmenulis danteme pennulisannya berkisar dalam bidang filsafat dan pemikiran.
Karena gagasan keislamannya tampak bebas dari segala pengaruh mazhab manapun, banyak yang menyebut al-faruqi sebagai pemikir neo-salafisme. Artinya ia penganut paham murni berdasar ur’an dan sunnah dengan penafsiran modern dan kontekstual.
Kepergian faruqi menyebabkan kehilangan besar bagi umat islam, apalagi kepergiannya berlangsung “tidak wajar”. Ia dan istrinya dibunuh secara sadis, yang menurut sebagian orang dilakukan oleh agen Zionis Yahudi.
Proyek islamisasi sains faruqi telah memberikan pengaruh pada para pemikir Islam di Indonesia. Ada yang menyambutnya dengan membuat proyek Islamisasi sains dan kampus, seperti Universitas Ibn Khaldun Bogor, UI Bandung, dan Universitas Asy-syafi’iyah Jakarta. Namun ada pula yang memndangnya sebagai utopis dan mempertanyakan keabsahannya, seperti Munawir Syadzali dan Suriaaumantri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2010).
Didin Saefuddin, Pemikiran Modern dan Postmodern (Jakarta: Grasindo, 2003),
http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/02/pemikiran-ismail-raji-al-faruqi.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1663/1/arab-rahimah.pdf
Ismail Raji Al-Faruqi,Tauhid,terj.Rahmani Astuti,Pustaka,1998,hlm.1.
Imanuddin khalil, Pengantar Islamisasi ilmu Pengetahuan dan Sejarah. Jakarta: Media Dakwah 1994.