Perkembangan Remaja

♠ Posted by IMM Tarbiyah in at 18.42

I.        PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
Dalam makalah yang kami susun ini akan membahas tentang fase-fase perkembangan manusia masa remaja dan juga membahas tentang karaktekteristik perkembangan remaja dilihat dari aspek perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan social dan masih banyak lagi, serta factor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku menyimpang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Siapakah remaja itu dan apa saja ciri-ciri yang melekat pada remaja?
2.      Bagainana perspektif-perspektif para ahli dalam memahami perkembangan remaja?
3.      Apa saja masa-masa perkembangan pada remaja?
4.      Apa saja karakteristik perkembangan pada masa remaja?
5.      Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja.
II. PEMBAHASAN
A.   Makna Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1991). Pandangan tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock,1991) yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.[1]
Selain itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada individu-individunya. Tampak jelas bahwa para remaja dari keluarga sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial. Para remaja dari kelas sosial yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan cita-citanya. Pendeknya, beberapa keunikan para remaja terletak dalam individualitasnya, bukan pada masa remajanya.[2]
Adapun ciri-ciri atau karakteriskik remaja antara lain[3]:
  • Perkembangan seksual
  • Emosi yang meluap-luap
  • Mulai tertarik kepada lawan jenis
  • Kegelisahan
  • Pertentangan
  • Aktifitas kelompok
  • Keinginan mencoba segala sesuatu
B.  Prespektif Dalam Perkembangan Remaja
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Menurut Salzman dalam bukunya Syamsu Yusuf LN, remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah kemandirian (independence),  minat-minat seksual,  perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam membahas makna remaja  berikut tinjauan para ahli[4]:
a.       Prespektif biososial
Prespektif ini memfokuskan kajiannya kepada hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman social. Tokohnya adalah G. Stanley Hall dan Roger Barker.
b.      Perspektif interpersonal
Remaja merupkan suatu periode yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan berkembangnya minat terhadap lawan jenis atau pengalaman pertama dalam bercinta. Kegagalan dalam hubungan sosial atau bercinta, mungkin akan menjadi penghambat bagi perkembangan berikutnya, baik dalam persahabatan, pernikahan, atau berkeluarga. Tokoh dalam prespektif ini adalah George Levinger, Ellen Berschheid&Elaine Walster.
c.       Perspektif Sosiologis dan Antropologis.
Prespektif ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok dan dampak teknologi terhadap perilaku remaja. Tokohnya adalah Kingsley Davis, Ruth Benedict.
d.      Perspektif psikologis
Teori psikologis dan psikososial mengkaji hubungan antara mekanisme penyesuaian psikologis dengan kondisi-kondisi sosial yang memfasilitasinya (mempengaruhinya). Stress dan krisis dipandang sebagai elemen pokok dalam prespektif ini. Tokohnya adalah Erik H. Erikson.
e.       Prespektif belajar sosial
Teori ini memberikan pandangan tentang pentingnya prinsip-prinsip belajar yang dapat digunakan untuk memahami tingkah laku remaja dalam berbagai status sosial. Yang termasuk ahli teori belajar adalah seperti Boyd McCandless, Talcot Parson, Albert Bandura.
f.       Prespektif Psikoanalis
Freud memandang bahwa masa anak akhir dan remaja awal merupakan periode yang lebih tenang. Masa ini dinamakan periode “Latency”, ego terbebas dari konflik antara insting seksual dengan norma-norma sosial. Periode ini merupakan saat anak berkonsolidasi untuk mencapai perkebangan ego dan super egonya. Pada periode ini anak banyak melibatkan dirinya pada kegiatan-kegiatan sosial. Masa remaja awal dipandang mampu mensublimasi insting melalui saluran yang secara sosial dapat diterima.
            Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Menurut ahli psikolog menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yaitu saat anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya belum dikatakan dewasa.[5]
C.      Masa-Masa Perkembangan Remaja
Orang Barat menyebutnya dengan istilah puber, sedang orang Amerika menyebutnya dengan adolesensi, sedangkan di Indonesia disebut dengan istilah akil baligh, pubertas dan yang paling banyak menyebutnya adalah remaja. Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun. Seorang gadis mengalami masa pubertas awal pada usia 12 tahun yang ditandai dengan menstruasi pertama.[6] Sedangkan laki-laki mengalami masa pubertas awal pada usia 13 tahun atau ditandai dengan mimpi basah. Biasanya perkembangan biologis perempuan akan lebih cepat satu tahun bila dibandingkan dengan perkembangan biologis pria. Karena perempuan lebih dahulu mengawali remaja yang berakhir pada usia 19 tahun, sedangkan pemuda baru pria mengakhiri masa remaja sekitar usia 21 tahun[7].
Masa remaja atau masa pubertas dibagi menjadi empat fase[8] :
1.         Masa awal pubertas sering disebut masa pueral atau pra-pubertas
2.         Masa-menentang kedua (fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung)
3.         Masa pubertas sebenarnya
4.         Masa adolensi.
1)         Masa pueral atau masa pra-pubertas
Puer artinya anak besar. Masa ini anak tidak suka diperlakukan seperti anak-anak tetapi belum digolongkan sebagai orang dewasa. Pada anak laki-laki merasa badannya bertambah kuat, lebih berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang lain, menimbulkan perselisihan dan perkelahian. Suatu keistimewaan pada anak perempuan yaitu suka tertawa riuh dan gembira sekali. Pada masa ini perasaan harga diri lebih kuat, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman yang luar biasa.
              Salah satu ciri yang menonjol pada masa ini adalah kecenderungan untuk melepaskan diri dari identifikasi lama. Jika pada masa kanak-kanak meniru perbuatan ibu dan ayahnya misalnya suka memakai baju ibunya atau sepatu ayahnya, maka pada masa ini anak berusaha melepaskan identifikasi lama[9].
Pada masa ini hubungan antara anak-anak gadis dengan pemuda biasanya masih bersifat non seksual. Anak laki-laki dan perempuan berkumpul bersama-sama hanya karena adanya faktor rasa ingin tahu dan bukan masalah-masalah seksual. Aktifitas mereka bersifat netral, bahkan saling mengganggu, saling berolok-olok, bahkan kadang-kadang juga melakukan perkelahian. Kontak sosial anak-anak pra-pubertas masih primitive dan longgar dan didominasi oleh keingian untuk melebihi orang lain.[10]
2)         Masa menentang kedua (fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung)
Pada akhir periode pueral timbul kecenderungan untuk menentang dan memberontak yang didorong perasaan hidup positif. Pada masa ini anak suka melanggar dan menentang peraturan-peraturan baik di rumah maupun di sekolah. Masa menentang ini disebut masa transisi atau masa peralihan. Pada masa ini jiwa anak masih labil sekali, karena belum menemukan nilai-nilai serta pegangan hidup yang mantap.
3)         Masa pubertas
Pubertas merupakan fase di mana nilai-nilai hidup baru mulai dicobakan kepada anak-anak. Biasanya pada masa pubertas ini ditandai dengan perkembangan seks primer dan sekunder. Pada masa ini mulai muncul sifat pasif-menerima pada wanita dan aktif  berbuat pada laki-laki.
Tetapi sifat yang paling menonjol pada masa pubertas adalah[11]:
a.          Pendapat lama ditinggalkan
Remaja puber ingin menyusun pendirian baru. Pada saat mencari kebenaran-kebenaran itu segala sesuatu berubah menjadi tidak berketentuan.
b.         Keseimbangan jiwanya terganggu
Remaja puber suka menentang tradisi, menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman hidupnya.
c.          Suka menyembunyikan isi hatinya
Remaja puber suka menjadi teka-teki, karena sukar diselami jiwanya. Perbuatan dan tindakan dijadikan pedoman untuk menentukan corak kejiwaannya.
d.         Masa bangunnya perasaan kemasyarakatan
Remaja puber mendirikan perkumpulan yang disusun sendiri peraturan seperti pemilihan ketua, tetapi perkumpulan ini biasanya tidak tahan lama.
e.          Perbedaan sikap pemuda dan gadis
Perbedaan pemuda dan gadis besar sekali, khususnya dalam perbedaan kelamin. Seorang pemuda memiliki keinginan seksual yang timbul dengan sendirinya dan dialaminya lebih kuat dari pada yang dirasakan seorang gadis.
4)         Masa Adolesensi
Pada masa ini terjadi proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik, yang berlangsung secara berangsur-angsur dan teratur. Menurut ahli ilmu jiwa batas waktu adolesensi ialah 17-19 tahun atau 17-21 tahun.
Menurut Michaelis, pada awal adolsen seorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-organ pada tubuh waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan yang didorong oleh perkembangan kelenjar jenis. Beberapa sifat-sifat adolesen ialah :
a.          Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup
b.         Jika pada masa pubertas mengalami guncangan maka dalam masa ini jiwa mulai tampak tenang.
c.          Dapat menunjukan perhatiannya kepada masalah kehidupan yang sebenarnya.
d.         Mulai sadar bahwasanya mengecam itu mudah tetapi melaksanakannya sukar.


D.    Karakteristik  Perkembangan Pada Remaja[12]
a.       Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu sebagai berikut:
a)      Ciri-ciri seks primer
·            Pada remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis. Setelah testis mulai tumbuh dan penis menjadi panjang ,pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut ,memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun ) mengalami “mimpi basah”.
·            Pada remaja wanita kematangan organ seksualnya ditandai dengan tumbuhnya rahim ,vagina dan ovarium(indung telur). Ovarium menghasilkan telur dan mengeluarkan hormon-hormon yang dikeluarkan untuk kehamilan ,menstruasi. Pada masa ini sekitar usia 11-15 tahun remaja wanita mengalami menstruasi pertama.
b)      Ciri-ciri seks sekunder
·           Wanita     :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak , bertambah besar buah dada , bertambah besarnya pinggul.
·           Pria           :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis , tumbuh jakun.
b.      Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun  walaupun secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana.
c.       Perkembangan emosi
Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias mengendalikan emosinya.
d.      Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik ,baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya , mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui persahabatan maupun percintaan. Dalam hubungan persahabatan , remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga keinginan orang lain.
e.       Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Keberagaman tingkat moral remaja disebabkan karena faktor penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.
f.       Perkembangan kepribadian
Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual,  emosional, sosial, kognitif dan nilai-nilai. Pada masa remaja paling penting bagi pengembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa meliputi remaja:

a)            Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
b)            Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c)            Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi diri kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d)           Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan pria maupun wanita.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson meyakini bahwa perkembangan identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmen terhadap okupasi masa depan.
Dalam mengolaborasi teori Erikson tentang identity remaja , James Marcia dkk. Mengemukan bahwa ada empat alternative bagi remaja dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya yaitu sebagai berikut[13]:
a)            Identity Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistik , maka dia harus membuat pilihan dan berprilaku sesuai dengan pilihannya.
b)            Identity Foreclosure, menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihannya.
c)            Identity Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya.
d)           Moratorium, penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau okupasi. Dalam hal ini Erikson menyadari bahwa remaja dalam masyarakat yang kompleks mengalami krisis identitas atau periode moratorium dan kebingungan yang temporer.
g.      Perkembangan kesadaran beragama
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak sebagai berikut:
a)      Masa remaja awal (sekitar usia 13-16 tahun)
      Pada masa ini kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi kadang sangat berkurang. Hal ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga malas. Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal maupun eksternal.
                  Faktor internal seperti matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat oleh norma keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam masyarakat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film dan foto-foto porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.
      Apabila kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat menjadi pemicu berkembangnya sikap  dan perilaku remaja yang kurang baik seperti pergaulan bebas( free sex), minum-minuman keras ,menghisap ganja dan menjadi trouble maker dalam masyarakat.


b)        Masa remaja akhir (17-21 tahun)
      Secara psikologis , masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai stabil dan pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak.
E.     Problema Remaja
Remaja sebagai individu yang sedang dalam proses berkembang yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematang tersebut remaja memerlukan bimbingan. Karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupan. Disamping terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berjalan secara mulus atau steril dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan tidak selalu berjalan dalam alur-alur yang linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor yang menghambatnya.[14]
            Diantaranya  faktor yang menghambat seperti lingkungan yang tidak kondusif yaitu ketidak stabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, krisis politik, krisis ekonomi, perceraian orangtua, sikap dan perilaku orangtua yang kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama dalam kehidupan keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja[15]:
1.      Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai dan agama)
2.      Perselisihan atau konflik orangtua
3.      Sikap perlakuan orangtua yang buruk terhadap anak
4.      Perceraian orangtua
5.      Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit (miskin)
6.      Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol
7.      Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas
8.      Pengangguran
9.      Kehidupan moralitas yang bobrok
10.  Kurang memanfaatkan waktu luang
11.  Beredarnya film-film dan bacaan porno
12.  Pergaulan negative (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperihatikan nilai-nilai moral)








III. KESIMPULAN
1.      Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Sedangkan Pandangan Piaget dalam bukunya Sitti Hartinah yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingjat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
2.      Adapun perspektif-perspektif  para ahli dalam memandang para remaja, antara lain: perspektif biososial, perspektif interpersonal, perspektif sosiologis dan antropologis, perspektif psikologis, perspektif belajar sosial, perspektif psikoanalis.
3.      Masa perkembangan remaja meliputi:
a.      Masa awal pubertas sering disebut masa pueral atau pra-pubertas
b.     Masa-menentang kedua (fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung)
c.      Masa pubertas sebenarnya
d.     Masa adolensi.
4.      Perkembangan-perkembangan yang dialami pada masa remaja, antara lain: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, perkembangan kepribadian, dan perkembangan kesadaran beragama.
5.      Factor-faktor yang mempengaruhi remaja bersikap atau berperilaku menyimpang adalah sebagai berikut:
a.      Kelalaian orangtua dalam mendidik anak
b.     Perselisihan atau konflik orangtua
c.      Sikap perlakuan orangtua yang buruk terhadap anak
d.     Perceraian orangtua
e.      Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit(miskin)
f.      Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol














DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008.
L,Zulkifli,Psikologi Perkembangan,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006,
Kartono,Kartini,Psikologi Anak (PsikologPerkembangan), Bandung: Mandar Maju, 2007
Hartinah,Sitti,”pengembangan peserta didik”,Bandung:PT Refika Aditama,2008.
Desmita, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009.


[1] Sitti Hartinah,”pengembangan peserta didik”,Bandung:PT Refika Aditama,2008,hlm.57-58
[2] Ibid,hlm.59                                                                                                                                                         
[3] Zulkifli L,”Psikologi Perkembangan”,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2006,hlm.65-66
[4] Syamsu Yusuf LN,Psikologi Perkembangan Anak & Remaja,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2008,hlm.185-191
[5] Zulkifli L,”Psikologi Perkembangan ,hlm.63.
[6] Ibid.hlm.63-64
[7] Ibid.hlm.64.
[8] Kartini Kartono,”Psikologi  Anak  (Psikologi  Perkembangan).Bandung:Mandar Maju.2007.hlm.149
[9] Ibid.hlm.156.
[10] Ibid.hlm.158.
[11] Zulkifli L,”Psikologi Perkembangan”,hlm.70
[12] Syamsu Yusuf  LN, Psikologi Perkembagan Anak & Remaja”,hlm.193-209
[13] Syamsu Yusuf  LN, Psikologi Perkembagan Anak & Remaja”,hlm.201-202
[14] Syamsu Yusuf  LN, Psikologi Perkembagan Anak & Remaja”,hlm.212
[15] Syamsu Yusuf LN,Perkembangan Psikologi Anak & Remaja,hlm.212