♠ Posted by IMM Tarbiyah in Kuliah Umum at 18.42
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam makalah yang kami
susun ini akan membahas tentang fase-fase perkembangan manusia masa remaja dan
juga membahas tentang karaktekteristik perkembangan remaja dilihat dari aspek
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan
social dan masih banyak lagi, serta factor yang menyebabkan remaja melakukan
perilaku menyimpang.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah remaja itu
dan apa saja ciri-ciri yang melekat pada remaja?
2. Bagainana
perspektif-perspektif para ahli dalam memahami perkembangan remaja?
3. Apa saja masa-masa perkembangan pada remaja?
4. Apa saja karakteristik perkembangan pada masa remaja?
5.
Faktor apa saja yang
mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja.
II. PEMBAHASAN
A.
Makna
Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya
memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock,1991). Pandangan tersebut didukung oleh Piaget (Hurlock,1991) yang
menyatakan bahwa secara psilologis remaja adalah suatu usia di mana anak tidak
merasa berada di bawah tingkat yang lebih tua, melainkan merasa sama atau
paling tidak sejajar.[1]
Selain itu, remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada individu-individunya.
Tampak jelas bahwa para remaja dari keluarga sama memperlihatkan
perbedaan-perbedaan dalam besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial.
Para remaja dari kelas sosial yang satu berbeda dengan para remaja dari kelas
yang lain dalam sikap dan cita-citanya. Pendeknya, beberapa keunikan para
remaja terletak dalam individualitasnya, bukan pada masa remajanya.[2]
Adapun ciri-ciri atau karakteriskik remaja antara lain[3]:
- Perkembangan seksual
- Emosi yang meluap-luap
- Mulai tertarik kepada lawan jenis
- Kegelisahan
- Pertentangan
- Aktifitas kelompok
- Keinginan mencoba segala sesuatu
B. Prespektif Dalam Perkembangan Remaja
Fase
remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan
matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Menurut
Salzman dalam bukunya
Syamsu Yusuf LN, remaja merupakan masa perkembangan
sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah kemandirian
(independence), minat-minat
seksual, perenungan diri dan perhatian
terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam
membahas makna remaja berikut tinjauan
para ahli[4]:
a. Prespektif biososial
Prespektif ini
memfokuskan kajiannya kepada hubungan antara mekanisme biologis dengan
pengalaman social. Tokohnya adalah G. Stanley Hall dan Roger Barker.
b. Perspektif interpersonal
Remaja merupkan
suatu periode yang mengalami perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai
dengan berkembangnya minat terhadap lawan jenis atau pengalaman pertama dalam bercinta. Kegagalan dalam hubungan
sosial
atau bercinta, mungkin akan menjadi penghambat bagi perkembangan berikutnya,
baik dalam persahabatan, pernikahan,
atau berkeluarga. Tokoh dalam prespektif ini adalah George Levinger, Ellen
Berschheid&Elaine Walster.
c. Perspektif Sosiologis dan Antropologis.
Prespektif ini
menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan budaya dan
sosial,
ritual, tekanan kelompok dan dampak teknologi terhadap perilaku remaja.
Tokohnya adalah Kingsley Davis, Ruth Benedict.
d. Perspektif psikologis
Teori psikologis
dan psikososial mengkaji hubungan antara mekanisme penyesuaian psikologis
dengan kondisi-kondisi sosial yang
memfasilitasinya (mempengaruhinya). Stress dan krisis dipandang sebagai elemen
pokok dalam prespektif ini. Tokohnya adalah Erik H. Erikson.
e. Prespektif belajar sosial
Teori ini
memberikan pandangan tentang pentingnya prinsip-prinsip belajar yang dapat
digunakan untuk memahami tingkah laku remaja dalam berbagai status sosial. Yang termasuk ahli
teori belajar adalah seperti Boyd McCandless, Talcot Parson, Albert Bandura.
f. Prespektif Psikoanalis
Freud memandang
bahwa masa anak akhir dan remaja awal merupakan periode yang lebih tenang. Masa
ini dinamakan periode “Latency”, ego terbebas dari konflik antara insting
seksual dengan norma-norma sosial.
Periode ini merupakan saat anak berkonsolidasi untuk mencapai perkebangan ego
dan super egonya. Pada periode ini anak banyak melibatkan dirinya pada
kegiatan-kegiatan sosial.
Masa remaja awal dipandang mampu mensublimasi insting melalui saluran yang secara sosial dapat diterima.
Masa remaja termasuk masa yang
sangat menentukan
karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan
fisiknya. Menurut ahli psikolog menganggap masa remaja sebagai peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa yaitu saat anak tidak mau lagi diperlakukan
sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya belum dikatakan
dewasa.[5]
C.
Masa-Masa Perkembangan
Remaja
Orang Barat menyebutnya dengan
istilah puber, sedang orang Amerika menyebutnya dengan adolesensi, sedangkan di
Indonesia disebut dengan istilah akil baligh, pubertas dan yang
paling banyak menyebutnya adalah remaja. Bila ditinjau dari segi perkembangan
biologis, yang dimaksud
remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun. Seorang gadis mengalami
masa pubertas awal pada usia 12 tahun yang ditandai dengan menstruasi pertama.[6]
Sedangkan laki-laki mengalami masa pubertas awal pada usia 13 tahun atau
ditandai dengan mimpi basah. Biasanya perkembangan biologis perempuan akan
lebih cepat satu tahun bila dibandingkan dengan perkembangan biologis pria.
Karena perempuan lebih dahulu mengawali remaja yang berakhir pada usia 19
tahun, sedangkan pemuda baru pria mengakhiri masa remaja sekitar usia 21 tahun[7].
Masa remaja atau masa pubertas dibagi menjadi empat
fase[8] :
1.
Masa
awal pubertas sering disebut masa pueral atau pra-pubertas
2.
Masa-menentang
kedua (fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung)
3.
Masa
pubertas sebenarnya
4.
Masa adolensi.
1)
Masa
pueral atau masa pra-pubertas
Puer artinya anak
besar. Masa ini anak tidak suka diperlakukan seperti anak-anak tetapi belum
digolongkan sebagai orang dewasa. Pada anak laki-laki merasa badannya bertambah
kuat, lebih berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang lain,
menimbulkan perselisihan dan
perkelahian. Suatu keistimewaan pada anak perempuan yaitu suka tertawa
riuh dan gembira sekali. Pada masa ini perasaan harga diri lebih kuat, suka
menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman
yang luar biasa.
Salah
satu ciri yang menonjol pada masa ini adalah kecenderungan untuk melepaskan
diri dari identifikasi lama. Jika pada masa kanak-kanak meniru perbuatan ibu
dan ayahnya misalnya
suka memakai baju ibunya atau sepatu
ayahnya, maka pada masa ini anak berusaha melepaskan identifikasi
lama[9].
Pada masa ini hubungan
antara anak-anak gadis dengan pemuda biasanya masih bersifat non seksual. Anak
laki-laki dan perempuan berkumpul
bersama-sama hanya karena adanya faktor
rasa ingin tahu dan bukan masalah-masalah seksual. Aktifitas mereka bersifat
netral, bahkan saling mengganggu, saling berolok-olok, bahkan kadang-kadang
juga melakukan perkelahian. Kontak sosial anak-anak pra-pubertas masih
primitive dan longgar dan didominasi oleh keingian untuk melebihi orang lain.[10]
2)
Masa
menentang kedua (fase negative, trotzalter kedua, periode verneinung)
Pada akhir periode pueral timbul
kecenderungan untuk menentang dan memberontak yang didorong perasaan hidup
positif. Pada masa ini anak suka melanggar dan menentang peraturan-peraturan
baik di rumah maupun di sekolah. Masa menentang ini disebut masa transisi atau
masa peralihan. Pada masa ini jiwa anak masih labil sekali, karena
belum menemukan
nilai-nilai
serta pegangan hidup yang mantap.
3)
Masa
pubertas
Pubertas merupakan fase di mana
nilai-nilai hidup baru mulai dicobakan kepada anak-anak. Biasanya pada masa
pubertas ini ditandai dengan perkembangan seks primer dan sekunder. Pada masa
ini mulai muncul sifat pasif-menerima pada wanita dan aktif berbuat pada laki-laki.
Tetapi sifat yang paling menonjol pada
masa pubertas adalah[11]:
a.
Pendapat
lama ditinggalkan
Remaja puber ingin menyusun pendirian
baru. Pada saat mencari kebenaran-kebenaran itu segala sesuatu berubah menjadi
tidak berketentuan.
b.
Keseimbangan
jiwanya terganggu
Remaja puber suka menentang tradisi,
menggunakan pendiriannya sendiri sebagai pedoman hidupnya.
c.
Suka
menyembunyikan isi hatinya
Remaja puber suka menjadi teka-teki,
karena sukar diselami jiwanya. Perbuatan dan tindakan dijadikan pedoman untuk
menentukan corak kejiwaannya.
d.
Masa
bangunnya perasaan kemasyarakatan
Remaja puber mendirikan perkumpulan yang
disusun sendiri peraturan seperti pemilihan ketua, tetapi perkumpulan ini
biasanya tidak tahan lama.
e.
Perbedaan
sikap pemuda dan gadis
Perbedaan pemuda dan gadis besar sekali,
khususnya dalam perbedaan kelamin. Seorang pemuda memiliki keinginan seksual
yang timbul dengan sendirinya dan dialaminya lebih kuat dari pada yang
dirasakan seorang gadis.
4)
Masa
Adolesensi
Pada masa ini terjadi proses pematangan
fungsi-fungsi psikis dan fisik, yang berlangsung secara berangsur-angsur dan
teratur. Menurut ahli ilmu jiwa batas waktu adolesensi ialah 17-19 tahun atau
17-21 tahun.
Menurut Michaelis, pada awal adolsen
seorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-organ pada tubuh
waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan yang didorong oleh
perkembangan kelenjar jenis. Beberapa sifat-sifat adolesen ialah :
a.
Mulai
jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup
b.
Jika
pada masa pubertas mengalami guncangan maka dalam masa ini jiwa mulai tampak
tenang.
c.
Dapat
menunjukan perhatiannya kepada masalah kehidupan yang sebenarnya.
d.
Mulai
sadar bahwasanya mengecam itu mudah tetapi melaksanakannya sukar.
a. Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa
rentang kehidupan individu dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat.
Masa pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu
pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun
pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu
mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas
terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh
individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Dalam
perkembangan seksualitas remaja ,ditandai dengan dua ciri yaitu sebagai
berikut:
a) Ciri-ciri seks primer
·
Pada
remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis. Setelah testis
mulai tumbuh dan penis menjadi panjang ,pembuluh mani dan kelenjar prostat
semakin membesar. Matangnya
organ-organ seks tersebut ,memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun )
mengalami “mimpi basah”.
·
Pada
remaja wanita kematangan organ seksualnya ditandai dengan tumbuhnya rahim
,vagina dan ovarium(indung telur). Ovarium menghasilkan telur dan mengeluarkan
hormon-hormon yang dikeluarkan untuk kehamilan ,menstruasi. Pada masa ini
sekitar usia 11-15 tahun remaja wanita mengalami menstruasi pertama.
b) Ciri-ciri seks sekunder
·
Wanita :Tumbuh rambut atau bulu disekitar kemaluan
dan ketiak , bertambah besar buah dada , bertambah besarnya pinggul.
·
Pria :Tumbuh rambut atau bulu disekitar
kemaluan dan
ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis , tumbuh jakun.
b. Perkembangan kognitif (intelektual)
Pada usia 12-20 tahun proses pertumbuhan otak
mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak sudah menyamai orang
dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal
yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan
merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini
berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan
intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja
tersebut berbakat namun belum bijaksana.
c. Perkembangan emosi
Pada masa remaja merupakan puncak emosionalitas
yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ
seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta ,rindu
dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja awal
perkembangan
emosinya menunjukan sifat sensitive dan reaktif terhadap peristiwa atau situasi
sosial,
emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bias
mengendalikan emosinya.
d. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik ,baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-nilai
maupun perasaannya. Pemahamannya , mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab
dengan teman sebaya, baik melalui persahabatan maupun percintaan. Dalam
hubungan persahabatan , remaja memilih teman yang memiliki kualitas
psikologisnya relative sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap,
nilai maupun kepribadian. Pada masa ini juga remaja cenderung mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, hobby dan juga
keinginan orang lain.
e. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan
perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Keberagaman tingkat moral remaja
disebabkan karena faktor
penentuannya yang beragam juga. Salah satu yang mempengaruhi adalah orangtua.
f. Perkembangan kepribadian
Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan
fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif dan
nilai-nilai. Pada masa remaja paling penting bagi pengembangan dan integrasi
kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan
kepribadian pada masa meliputi remaja:
a)
Perolehan
pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
b)
Kematangan
seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
c)
Kesadaran
terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi diri
kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
d)
Kebutuhan
akan persahabatan yang bersifat heteroseksual ,berteman dengan pria maupun
wanita.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity
(jati diri). Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja
yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Erikson meyakini bahwa perkembangan
identity pada masa remaja berkaitan erat dengan komitmen terhadap okupasi masa depan.
Dalam mengolaborasi teori Erikson tentang identity
remaja , James Marcia dkk. Mengemukan bahwa ada empat alternative bagi remaja
dalam menguji diri dan pilihan-pilihannya yaitu sebagai berikut[13]:
a)
Identity
Achievement, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan yang realistik , maka dia harus
membuat pilihan dan berprilaku sesuai
dengan pilihannya.
b)
Identity
Foreclosure, menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkan pilihannya.
c)
Identity
Diffusion yang berarti kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam
hidupnya.
d)
Moratorium,
penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-pilihan aspek pribadi atau
okupasi. Dalam hal ini Erikson menyadari bahwa remaja dalam masyarakat yang
kompleks mengalami krisis
identitas atau periode moratorium dan kebingungan yang temporer.
g. Perkembangan kesadaran beragama
Untuk
memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja dapat disimak sebagai
berikut:
a) Masa remaja awal (sekitar usia 13-16
tahun)
Pada masa
ini kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat ,akan tetapi kadang
sangat berkurang. Hal
ini dapat terlihat pada cara beribadah kadang rajin kadang juga malas.
Kegoncangan dalam keberagamaan ini muncul karena disebabkan faktor internal maupun
eksternal.
Faktor
internal seperti matangnya organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, namun disisi lain dilarang oleh agama. Yang lain adalah bersifat
psikologis yaitu sikap independen, keinginan untuk bebas , tidak mau terikat
oleh norma keluarga. Edang berkaitan dengan perkembangan budaya dalam
masyarakat, yang
tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti beredarnya film-film
dan foto-foto porno, miras, ganja atau obat-obat terlarang.
Apabila
kurang mendapat bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat menjadi pemicu
berkembangnya sikap dan perilaku remaja
yang kurang baik seperti pergaulan bebas( free sex), minum-minuman keras
,menghisap ganja dan menjadi trouble maker dalam masyarakat.
b) Masa remaja akhir (17-21 tahun)
Secara
psikologis , masa ini merupakan permulaan masa dewasa , emosinya mulai stabil
dan pemikirannya kritis. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai
melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiata keberagamaan dan dapat membedakan
agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan tidak.
E.
Problema Remaja
Remaja
sebagai individu yang sedang dalam proses berkembang yaitu berkembang kearah
kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematang tersebut remaja memerlukan
bimbingan.
Karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupan. Disamping
terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu
berjalan secara mulus atau steril dari masalah. Dengan kata lain proses
perkembangan tidak selalu berjalan dalam alur-alur yang linier, lurus atau
searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor
yang menghambatnya.[14]
Diantaranya faktor yang menghambat seperti lingkungan
yang tidak kondusif yaitu ketidak stabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis
ekonomi, krisis
politik, krisis
ekonomi, perceraian
orangtua, sikap
dan perilaku orangtua yang kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan
nilai-nilai moral atau agama dalam kehidupan keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang
mempengaruhi perilaku menyimpang pada remaja[15]:
1. Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan
bimbingan tentang nilai-nilai dan agama)
2. Perselisihan atau konflik orangtua
3. Sikap perlakuan orangtua yang buruk terhadap
anak
4. Perceraian orangtua
5. Kehidupan ekonomi keluarga yang
morat-marit (miskin)
6. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang
kurang terkontrol
7. Diperjualbelikannya minuman
keras/obat-obatan terlarang secara bebas
8. Pengangguran
9. Kehidupan moralitas yang bobrok
10. Kurang memanfaatkan waktu luang
11. Beredarnya film-film dan bacaan porno
12. Pergaulan negative (teman bergaul yang
sikap dan perilakunya kurang memperihatikan nilai-nilai moral)
III. KESIMPULAN
1.
Remaja dalam bahasa aslinya
disebut adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang artinya
“tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Sedangkan Pandangan Piaget
dalam bukunya Sitti Hartinah yang menyatakan bahwa secara psilologis remaja
adalah suatu usia di mana anak tidak merasa berada di bawah tingjat yang lebih
tua, melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
2.
Adapun
perspektif-perspektif para ahli dalam
memandang para remaja, antara lain: perspektif biososial, perspektif
interpersonal, perspektif sosiologis dan antropologis, perspektif psikologis,
perspektif belajar sosial, perspektif psikoanalis.
3. Masa
perkembangan remaja meliputi:
a. Masa awal pubertas sering disebut masa
pueral atau pra-pubertas
b. Masa-menentang kedua (fase negative,
trotzalter kedua, periode verneinung)
c. Masa pubertas sebenarnya
d. Masa adolensi.
4.
Perkembangan-perkembangan yang dialami pada masa remaja,
antara lain: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, perkembangan moral, perkembangan kepribadian, dan
perkembangan kesadaran beragama.
5.
Factor-faktor yang mempengaruhi remaja bersikap atau
berperilaku menyimpang adalah sebagai berikut:
a. Kelalaian orangtua dalam mendidik anak
b. Perselisihan atau konflik orangtua
c. Sikap perlakuan orangtua yang buruk
terhadap anak
d. Perceraian orangtua
e. Kehidupan ekonomi keluarga yang
morat-marit(miskin)
f. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang
kurang terkontrol
DAFTAR
PUSTAKA
Yusuf, Syamsu, Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2008.
L,Zulkifli,Psikologi Perkembangan,Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2006,
Kartono,Kartini,Psikologi Anak (PsikologPerkembangan), Bandung: Mandar Maju, 2007
Hartinah,Sitti,”pengembangan peserta didik”,Bandung:PT
Refika Aditama,2008.
Desmita, Psikologi perkembangan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2009.